(IslamToday ID) – LaporCovid-19 menerima banyak keluhan warga yang kesulitan mencari akses oksigen medis. Situasi ini mendekatkan Indonesia pada krisis oksigen untuk kebutuhan pasien Covid-19.
“Hasilnya, kesulitan oksigen itu cukup banyak. Tercatat ada 43 laporan warga mengenai kesulitan mendapatkan oksigen hingga hari ini,” kata Analis Data LaporCovid-19, Said Fariz Hibban seperti dikutip dari Republika, Ahad (25/7/2021).
Ia mengatakan warga yang kesulitan akses oksigen adalah yang memutuskan untuk isolasi mandiri (isoman) di rumah setelah ditolak dirawat di rumah sakit. Mengenai kendala di lapangan, ia menyebutkan ada beberapa alasan.
Alasan pertama karena tidak ada tabung oksigen medis, kemudian kedua terkendala informasi terkait ketersediaan oksigen. Menurut Said, warga di daerah suburban atau rural sulit mencari oksigen medis. Akhirnya, pasien isoman yang susah mengakses oksigen kemudian meninggal dunia.
Salah satu provinsi yang saat ini mengalami krisis oksigen medis adalah Bali. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya mengatakan akibat lonjakan kasus positif Covid-19, daerah setempat kini kondisinya mengalami krisis atau kekurangan oksigen hingga mencapai lebih dari 70 ton dalam sehari.
“Kita sudah mulai mengalami kekurangan oksigen itu sejak 14 Juli dan semakin hari kondisinya semakin kritis karena adanya lonjakan kasus baru,” kata Suarjaya di Denpasar, Jumat (23/7/2021).
Ia mengemukakan, pada 14 Juli dari kebutuhan oksigen cair di berbagai rumah sakit di Bali sebesar 104,34 ton (72.962.526 liter), saat itu oksigen yang tersedia di RS sebesar 99,62 ton (69.666.728 liter). Kebutuhan oksigen sempat menurun pada 15 Juli menjadi 91,11 ton, namun tetap saja RS kekurangan oksigen karena ketersediaannya sebesar 87,66 ton.
Selanjutnya, pada 16 Juli dari kebutuhan 139,59 ton, yang tersedia di RS sebanyak 77,03 ton. Bahkan pada 21 Juli, dari kebutuhan oksigen sebanyak 131,92 ton, yang tersedia hanya 45,50 ton, atau artinya kekurangan hingga 86,42 ton.
Sedangkan pada 22 Juli, Suarjaya menjelaskan, dari kebutuhan 113,34 ton, ketersediaan di RS hanya sebanyak 40,55 ton. Atau dengan kata lain, kekurangan oksigen sebesar 72,79 ton.
“Bali sudah sangat krisis oksigen, sedangkan jumlah kasus positif terus naik. Penambahan kasus harian dalam beberapa hari terakhir sudah di atas 1.000. Kemarin 1.250 dan hari ini 1.407 kasus,” ucapnya.
Suarjaya menambahkan, dari pihak PT Samator, selaku penyedia oksigen sebelumnya menjamin kebutuhan oksigen untuk Bali aman hingga tiga bulan ke depan. Namun, di tengah tingginya kebutuhan oksigen karena lonjakan kasus di Pulau Jawa, pasokan untuk Bali pun akhirnya terkendala.
“Sebelum kasus melonjak, dengan mendapat suplai sebanyak 10 ton itu sudah cukup dapat memenuhi kebutuhan seluruh RS di Bali selama 2-3 hari. Namun, kini sejak di pabriknya saja, oksigen sudah menjadi rebutan dan terkadang jatah untuk Bali itu di tengah perjalanan dibalikkan ke tempat lain,” ucap Suarjaya.
Akibat kelangkaan oksigen, hampir setiap saat ia mendapatkan telepon dari pimpinan RS yang meminta bantuan oksigen. Bahkan pada Kamis (22/7/2021) stok oksigen di RSUD Bali Mandara benar-benar habis, padahal tengah merawat 116 pasien dan UGD juga penuh.
Pertolongan sementara diupayakan dengan mencari-cari dari RS yang masih memiliki stok, melakukan sejumlah penghematan dengan menunda tindakan yang kurang mendesak dan tidak mengancam jiwa, serta mengecek saluran instalasi oksigen jangan sampai ada yang bocor.
Terkait kondisi defisit oksigen yang dihadapi Bali, pihaknya telah berupaya maksimal berkomunikasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Rencananya akan mendapat bantuan oksigen dari Morowali, Sulawesi Tengah sebesar 40 ton. Kemudian dari Cilegon akan dikirimkan sebesar 50 ton. Selain itu, Bali juga mendapat bantuan 64 oksigen konsentrator dari Kemenkes yang dapat langsung memproduksi oksigen.
Namun, oksigen konsentrator ini, satu alat hanya untuk satu orang. “Situasi yang terjadi sekarang ini sangat menegangkan karena Bali sangat krisis oksigen dan tentu harus segera mendapatkan solusi,” ucap Suarjaya.
Beberapa rumah sakit di Sumatra Barat juga dilaporkan mengalami kekurangan stok oksigen cair untuk kebutuhan perawatan pasien Covid-19. Direktur Utama RS Universitas Andalas (Unand), Yevri Zulfikar, Kamis (22/7/2021), mengatakan saat ini terdapat 84 orang pasien yang sedang menjalani perawatan di RS Unand.
RS pendidikan tersebut butuh oksigen 6 kubik sebanyak 250 tabung per hari. Sebelum pandemi, kebutuhan RS Unand untuk oksigen antara 70 sampai 80 tabung.
“Kalau biasanya pasien yang datang ke kami itu dengan gejala ringan hingga sedang, sekarang pasiennya kebanyakan yang berat dan kritis. Terbayang kan berapa banyak kebutuhan pasien-pasien seperti ini,” ucap Yevri.
RS Unand, katanya, masih berusaha untuk mencari sumber pasokan oksigen. “Info yang kita dapat vendor ini baru akan datang jelang Magrib nanti, nah sekarang kita cari oksigen-oksigen yang bisa dialihkan dari rumah sakit lain dulu.”
RS Hermina Padang juga mengalami hal yang sama. RS Hermina butuh 100 tabung. “Tadi pagi seperti itu (kekurangan sekali), lalu kami cari rekanan. Alhamdulllah dapat sesuai kebutuhan untuk hari ini,” kata Direktur RS Hermina, Nanik Supriani.
Pada Rabu (21/7/2021), layanan di RSUD Ciamis, Kabupaten Ciamis sempat mengalami kendala. Melalui akun Instagram resminya, manajemen RSUD Ciamis mengumumkan tidak dapat memberikan pelayanan oksigen kepada pasien karena adanya keterbatasan oksigen.
Direktur RSUD Ciamis, Rizali Sofiyan mengatakan stok oksigen di tempatnya memang sempat terbatas pada Rabu kemarin. Sebab, suplai oksigen dari penyedia mengalami keterlambatan.
“Jadi, pasien yang keluhannya sesak tak bisa mendapatkan pelayanan oksigen. Jadi kemarin kita putuskan buat pengumuman tidak bisa memberikan layanan oksigen. Karena suplainya tidak ada,” katanya, Kamis (21/7/2021).
Namun, pada Rabu malam pihaknya mendapatkan kiriman oksigen sebanyak 80 tabung. Alhasil, layanan oksigen untuk pasien di RSUD Ciamis mulai kembali berjalan meski belum sepenuhnya normal. Sebab, kebutuhan rata-rata oksigen di RSUD Ciamis mencapai 120 tabung per harinya. “Sekarang sudah ada, tapi masih terbatas,” katanya.
Rizali mengatakan, kondisi keterbatasan oksigen sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Salah satu penyebabnya adalah meningkatkan kasus Covid-19 di Kabupaten Ciamis.
Ia menjelaskan, dari total 65 ruang isolasi yang ada di RSUD Ciamis, saat ini seluruhnya terisi. Bahkan, ada beberapa ruangan yang diisi oleh dua pasien. Per Rabu sore, terdapat 68 pasien Covid-19 yang menjalani perawatan di RSUD Ciamis.
Sementara itu, layanan oksigen tak hanya dibutuhkan oleh pasien Covid-19. Pasien umum lainnya dinilai ada juga yang membutuhkan oksigen.
Menurut Rizali, pihaknya sudah berupaya memenuhi kebutuhan oksigen ke beberapa penyedia lainnya. Pihaknya juga meminta bantuan ke Pemkab Ciamis dan Pemprov Jawa Barat. Namun, tetap tidak memenuhi kebutuhan ideal. “Memang karena permintaan oksigen saat ini tinggi,” katanya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, sedang mengecek laporan-laporan terkait kekurangan stok oksigen tabung di RS. Terkait oksigen medis, Kemenkes mengaku terus mengupayakan memenuhi kebutuhan.
“Laporan ini harusnya dicek dulu karena beda-beda masalahnya,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Kamis (22/7/2021).
Ia menyebutkan ada delapan upaya pemenuhan oksigen yang dilakukan Kemenkes. Pertama, pembentukan satgas oksigen di setiap provinsi beranggotakan Dinas Perindustrian, Dinas Kesehatan, rumah sakit, produsen, dan distributor gas untuk mendata kebutuhan gas dan memonitor suplai gas setiap hari.
Upaya kedua, ia melanjutkan, mendorong suplai harian oksigen medis di Pulau Jawa melebihi kebutuhan yaitu lebih dari 2.000 ton per hari untuk memastikan komitmen pemasok existing dan menambah alternatif pasokan dari BUMN seperti PT Krakatau Steel, PT Petrogas, dan PT Pusri.
Ketiga, ia menambahkan, yaitu memprioritaskan transportasi dan menambah armada distribusi oksigen medis. Usaha selanjutnya, ia menambahkan, yaitu memprioritaskan pengisian oksigen tabung gas silinder dibandingkan liquid.
Upaya kelima, yakni menambah stok tabung gas silinder. Upaya keenam, konversi produksi oksigen industri ke oksigen medis. Upaya ketujuh, optimalisasi kapasitas produksi yang masih idle. “Upaya terakhir atau kedelapan yaitu jaminan kestabilan pasokan listrik,” katanya. [wip]