(IslamToday ID) – Sebuah grafiti bertuliskan ‘Tuhan Aku Lapar’ di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, viral di media sosial. Namun, grafiti tersebut sudah dihapus polisi.
Grafiti itu terpampang di sebuah dinding bercat hitam di pinggir jalan dengan huruf kapital berwarna putih. Pihak kepolisian mengaku telah menghapus grafiti itu.
“Iya betul. Itu Jumat malam sudah kita hapus, petugas dari kita ketika tahu ada mural (grafiti) itu langsung dihapus,” Kapolsek Tigaraksa Kompol Rudi Supriadi seperti dikutip dari Detikcom, Senin (26/7/2021).
Ia menjelaskan, grafiti tersebut dibuat oleh salah satu kelompok yang berdomisili di wilayah Kabupaten Tangerang. Grafiti tersebut dibuat hanya untuk menyampaikan aspirasi.
“Mereka itu kan kelompok graviti atau mural, ada kelompok wilayah Tangerang juga sekitar 30 orang. Mereka bikin mural tersebut kalau dengar keterangannya hanya untuk menyampaikan aspirasi seni aja,” kata Rudi.
Ia menyampaikan pihaknya mendatangi kediaman pembuat grafiti tersebut pada hari Sabtu (24/7/2021). Polisi datang ke rumahnya untuk memberikan bantuan.
“Mereka sendiri sudah langsung kita data juga rumahnya, sudah kita datangi juga. Kapolres juga sudah ke sana. Langsung diberi bantuan sembako, Kapolres hari Sabtu langsung datang ke rumahnya,” ungkap Rudi.
Dihapusnya grafiti itu viral di media sosial. Sejumlah netizen menyesalkan mengapa aparat menghapus grafiti tersebut.
Identik Anak Muda
Grafiti biasanya identik dengan anak muda. Bagaimana mereka mengekspresikan diri dengan coretan-coretan di tembok-tembok jalan. Di Indonesia sendiri, seni grafiti hadir karena adanya pengadopsian kultur grafiti dan street art yang berasal dari budaya barat pada era 1990-an.
Awalnya para seniman grafiti lebih sering mengekspresikan idenya di berbagai tembok jalanan. Bahkan tak jarang timbul pro dan kontra ketika mereka sedang membuat karyanya ditembok-tembok jalan tersebut. Sebagian orang menyebut bahwa grafiti memiliki nilai estetika yang unik dan menarik.
Tidak sedikit juga orang yang menilai graffiti di jalanan cuma merusak keindahan tata ruang kota dan menjadikan jalanan tersebut jadi terlihat kumuh karena beberapa coretan grafiti dibuat sesuka hati, tidak mempedulikan wadah tepat sebagai tempat untuk menggambar, bahkan dilakukan pada sarana umum serta ruang publik.
Makanya kadang para seniman tersebut seolah main kucing-kucingan dengan petugas Dinas Kebersihan. Itulah sebabnya para seniman tersebut melakukan kegiatannya di malam hari. Dan karena sebab itu juga kadang grafiti dicap sebagai vandalisme. [wip]