(IslamToday ID) – Kekerasan terhadap wartawan seolah tak berhenti di wilayah Sumatera Utara. Hanya berselang sebulan setelah seorang wartawan di Pematangsiantar tewas ditembak, wartawan lain di Kota Medan mengalami penganiayaan berat. Adalah Persada Bhayangkara Sembiring disiram dengan air keras pada Ahad malam, 25 Juli 2021.
Kejadian ini menambah panjang rentetan kasus kekerasan terhadap wartawan di Sumatera Utara, diduga akibat upaya mereka meliput kasus perjudian dan peredaran narkoba.
Persada (25), adalah wartawan media online Jelajah Perkara. Serangan air keras itu terjadi saat ia hendak bertemu narasumber berinisial HST di simpang tiga Simpang Selayang, Kota Medan.
Sekitar pukul 21.40 WIB, Persada tiba di lokasi terlebih dahulu. Ia menghentikan sepeda motornya, hanya berjarak sekitar 5 meter sebelum rumah makan babi panggang Karo (BPK) Tesalonika. Masih mengenakan helm, ia turun dari sepeda motornya dan berdiri di tepi jalan menunggu HST.
10 Menit kemudian, dua laki-laki menaiki sepeda motor berhenti di dekat Persada. Seorang di antaranya turun, lalu menyiramkan air keras ke wajahnya.
Persada meronta sembari berlari ke rumah makan BPK meminta pertolongan. Persada mengambil ponselnya dan meminta seseorang di rumah makan itu untuk mencari sekaligus menghubungi nomor rekannya.
Sekitar pukul 22.00, Bonni Manullang, menerima panggilan dari nomor ponsel Persada. “Lae, tolong merapat, ada yang menyiramku dengan air keras,” kata Persada, seperti ditirukan Bonni.
Mendapat kabar itu, Bonni bergegas menuju ke lokasi. 10 Menit kemudian ia langsung membawa rekannya itu ke RSUP Adam Malik.
Persada malam itu juga menjalani operasi di bagian wajah. Menurut keterangan rumah sakit, sekitar 5 persen wajahnya melepuh akibat air keras.
“Kondisi pasca operasi sudah stabil, kesadaran bagus, hemodinamik bagus. Saat ini dirawat bersama bedah plastik dengan mata, karena pada bagian matanya ada peradangan. Penglihatan (Persada) masih dalam batas normal,” kata Kasubbag Humas RSUP Adam Malik, Dorothy Simanjuntak seperti dikutip dari VICE, Sabtu (31/7/2021).
Beberapa saat setiba di rumah sakit, Bonni sempat berbicara kepada Persada. Ia tidak mengenal orang yang menyiramnya, namun masih ingat wajah dan ciri-cirinya, yakni kurus dan tinggi. Insiden penyiraman air keras juga tampak dalam rekaman CCTV yang didapatkan polisi.
Sosok HST yang hendak ditemui Persada hilang kontak malam itu juga. Foto profilnya yang biasa tampil di nomor WhatsApp sudah tidak dipasang. Sampai akhirnya ponsel Persada disita polisi sebagai barang bukti, HST tak pernah menghubunginya lagi.
Menurut Bonni, HST merupakan salah satu kaki tangan seorang bandar judi tembak ikan dan dadu yang lumayan besar di Sumatra Utara. “Setahu saya, Persada kenal dengan HST sebatas narasumber,” katanya. Beberapa kali mereka berdua melakukan peliputan bersama terkait judi dan narkoba.
Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Rafles Langgak Putra Marpaung, saat jumpa pers pada 28 Juli 2021, mengaku telah menangkap empat orang terkait penyiraman air keras itu pada Senin dini hari. Namun, ia belum bisa memaparkan lebih lanjut motif penyerangan karena masih mencari pelaku lainnya.
Bukan Cerita Baru
Wartawan meliput isu judi dan narkoba, lalu diteror dengan penganiayaan hingga kematian, bukan cerita baru di Sumatera Utara. Menurut wartawan senior Hasudungan Sirait, sejak dekade 1990-an judi sudah menjadi salah satu sumber pemasukan utama berbagai jaringan kriminal setempat.
“Bahkan sejak tahun 1970-an judi sudah jadi cerita lama di Medan, dimulai judi legal seperti Undian Harapan, SDSB hingga Toto KONI, kemudian pada tahun 1990-an muncul judi ilegal seperti toto gelap (togel), hwa-hwe, dan judi elektronik mirip jackpot,” kata Hasudungan.
Kondisi maraknya judi ilegal itu pernah diungkap laporan investigasi di majalah D&R, di mana Hasudungan menjadi editornya dan wartawan investigasi Bambang Soed melakukan penyamaran dalam peliputan.
Bambang Soed, yang kemudian berkarier di majalah Tempo biro Sumatera Utara, menggambarkan bagaimana maraknya perjudian elektronik ‘bingo’ atau juga populer dengan sebutan judi ‘mickey mouse’ di Kota Medan.
Judi elektronik yang dikenal dengan nama ‘bingo’ dan ‘mickey mouse’ dulu marak digelar di sejumlah pusat hiburan, mal, hingga gedung mentereng seantero Medan. Bambang mencatat, selama investigasi ia menemukan enam lokasi judi Mickey Mouse. Itu baru di Kota Medan saja.
“Selain itu juga (ada lokasi judi Mickey Mouse) di beberapa kota di luar Medan,” tulis Bambang seperti dikutip dari naskah liputannya.
Dalam laporan yang diterbitkan di majalah D&R edisi Juni 1998 ini, Bambang sekaligus menyebut nama bandar besar yang mempercayakan urusan bisnisnya kepada seorang dokter, yang kemudian menjadi kaki tangan sang cukong. Posisi itu mirip capo dei capi, bosnya para bos mafia seperti dalam film Godfather.
“Plang praktik dokternya pun ia copot sejak ia mengelola perjudian. Secara ekonomi, alih profesi ini kelihatannya lebih menguntungkan,” tulis Bambang, salah satu pendiri AJI Medan yang meninggal pada pertengahan Juli 2021.
Kedua sosok pengelola bisnis judi di Medan itu digambarkan Bambang sebagai the untouchables. Bisnis mereka seakan-akan tak tersentuh aparat, lebih-lebih wartawan setempat sampai sekarang.
Setelah liputan itu terbit, Bambang menerima rangkaian teror. Ia dan keluarganya tidak pernah tenang selama berbulan-bulan. Bambang kerap mendapat ancaman melalui SMS, rumahnya sering diintai orang tak dikenal, hingga pada akhirnya Bambang mengungsikan keluarganya. Selama berbulan-bulan Bambang hidup dalam pelarian.
Kepada Hasudungan sesekali Bambang bertelepon, mengabarkan bahwa ia masih hidup. Namun Bambang segera mengganti nomornya dan sempat lama enggan memberi tahu lokasi persembunyiannya.
“Tak perlu lae tahu aku di mana, yang penting tahu kalau aku masih hidup,” katanya seperti ditirukan Hasudungan.
Ketua AJI Medan Liston Damanik menyayangkan kekerasan terus terjadi pada wartawan yang menyorot isu-isu terkait aktivitas kejahatan terorganisir.
“AJI Medan prihatin dengan kejadian yang menimpa Persada Sembiring. Kami meminta kepolisian segera mengungkap pelaku dan motif penyiraman air keras terhadap Persada,” kata Liston.
Sepanjang tahun 2020 hingga Juli 2021, sedikitnya terjadi delapan kali insiden, meliputi teror, pembakaran rumah, dan pembunuhan yang menyasar wartawan. Hampir semua kekerasan itu, kata Koordinator Bidang Advokasi AJI Medan Eka Azwin Lubis, terkait pemberitaan perjudian dan peredaran narkoba.
Korban yang pertama tercatat adalah Deno Barus, wartawan media cetak di Medan. Ia diteror oleh orang tak dikenal (OTK). Rumahnya di kawasan Patumbak I, Kabupaten Deli Serdang, dilempar bom molotov pada dini hari, 27 Februari 2020.
Selanjutnya, pada 29 Mei 2021, kediaman wartawan Abdul Kohar Lubis di Kota Pematangsiantar, diteror percobaan pembakaran. Pada 31 Mei 2021, mobil Pujianto Sergai, wartawan televisi nasional di Kabupaten Serdang Bedagai, yang terparkir di depan rumah dibakar orang tak dikenal.
Lalu pada 12 Juni 2021 giliran rumah wartawan Syabarsyah alias Ucok Gondrong di Kota Binjai dibakar secara misterius. Ucok kerap memberitakan tentang maraknya perjudian di kota itu. Ia juga pernah diteror dengan bom molotov dan tembakan airsoft gun di rumahnya. Tak lama setelah itu, 25 Juni 2021, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Sopian, anak Ucok yang juga berprofesi sebagai wartawan.
Puncaknya, pada 18 Juni 2021, wartawan media online Kota Pematangsiantar, Mara Salem Harahap ditembak mati saat hendak pulang ke rumahnya di Desa Karanganyar, Kabupaten Simalungun. Mara Salem dikenal kerap menulis berita terkait peredaran narkoba di salah satu pub Kota Pematangsiantar.
Persada Sembiring menambah daftar korban kekerasan terhadap wartawan di Sumatera Utara. Sang ibu, Restani Samosir mengaku terpukul anaknya disiram air keras.
Kondisi anak sulungnya itu masih mengenaskan pasca operasi. Karena mulutnya terkena air keras, Persada kesulitan makan. Ia juga belum bisa bicara dan harus menjalani perawatan intensif.
“Dia masih sulit membuka matanya, untuk makan juga sulit karena bibirnya terluka karena air keras,” kata Restani ketika ditemui di RSUP Adam Malik.
Restani meminta polisi serius mengungkap otak pelaku penganiayaan anaknya itu, agar teror serupa pada wartawan lain berakhir. “Saya meminta polisi menangkap semua pelakunya,” tandasnya. [wip]