(IslamToday ID) – Dalam beberapa hari terakhir, ramai perbincangan di media sosial (medsos) tentang pesawat kepresidenan yang berganti warna menjadi merah putih dari sebelumnya putih biru.
Penampakan pesawat baru itu pertama kali diunggah oleh akun Instagram @adhimas_aviation dengan caption “New Livery For A-001! A-001 Blasting Out From CGK Bound To Pelabuhan Ratu For Test Fight”.
Keterangan dalam foto tersebut juga menuliskan Indonesian Government A-001 Boeing 737-8U3 (BBJ2), seperti dikutip CNBC Indonesia, Selasa (3/8/2021).
Unggahan tersebut lantas mendapatkan respons dari eks Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo. Eks menteri era Presiden SBY itu mengkritik munculnya penampakan baru dari pesawat kepresidenan.
“Kalau memang apa yang ada di IG @adhimas_aviation tentang New Livery for A-001 alias Cat Baru Pesawat Kepresidenan RI ini benar, terus terang sangat disayangkan,” tulis Roy Suryo dalam akun Twitter @KRMTRoySuryo2.
“Di tengah-tengah pandemi Covid-19 yang tidak terkendali dan jutaan rakyat menderita, sempet-sempetnya nge-cat pesawat? Semoga hanya animasi,” katanya.
Munculnya warna baru dari pesawat kepresidenan itu kemudian ditanggapi oleh pengamat penerbangan Alvin Lie. Ia menuliskan bahwa biaya untuk mengecat ulang pesawat tidaklah murah.
“Hari gini masih saja foya-foya ubah warna pesawat kepresidenan,” kata Alvin dalam cuitannya @alvinlie21.
Alvin mengemukakan biaya cat ulang pesawat setara B737-800 berkisar hingga 100.000 dolar AS hingga 150.000 dolar AS alias setara Rp 1,4 miliar hingga Rp 2,1 miliar.
Dalam cuitannya tersebut, Alvin Lie juga mention ke akun @KemensetnegRI, @setkabgo.id, dan @jokowi.
Dikonfirmasi, Alvin Lie mengurai bahwa ada dua metode pengecatan ulang pesawat B737-800 penerbangan sipil. Yaitu dengan cara sanding dan stripping.
Sanding dilakukan dengan cara cat lama diamplas hingga hilang warnanya, tinggal primer dasar kemudian dicat dengan warna dan pola baru.
Sedangkan stripping dengan cara cat lama dikupas total hingga ke kulit pesawat atau bare metal, kemudian dicat ulang.
“Yang lazim dilakukan adalah metode sanding. Biaya berkisar 100.000 dolar AS per pesawat,” beber Alvin Lie seperti dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (3/8/2021).
Mantan anggota Ombudsman RI ini menilai, cat ulang dan ubah warna pesawat bukanlah kebutuhan yang mendesak. Apalagi, pesawat kepresidenan usianya baru tujuh tahun dan jarang dipakai.
“Perawatan bagus, penampilan juga masih layak. Tidak ada urgensi dicat ulang atau ubah warna,” pungkas Alvin.
Pengecatan Sudah Direncanakan
Istana menjawab anggapan yang berkembang di media sosial bahwa pengecatan ulang pesawat kepresidenan Indonesia-1 atau BBJ 2 sebagai bentuk foya-foya. Istana menyatakan pengecatan ulang itu sudah direncanakan sejak dua tahun lalu.
“Dapat dijelaskan bahwa pengecatan pesawat ini telah direncanakan sejak tahun 2019, serta diharapkan dapat memberikan kebanggaan bagi bangsa dan negara,” kata Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono dalam keterangan tertulis seperti dikutip dari DetikCom, Selasa (3/8/2021).
Ia menjelaskan anggaran untuk pengecatan pesawat kepresidenan itu sudah dialokasikan di APBN. Terkait refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19, Heru menjelaskan hal itu sudah dilakukan.
“Perlu kami jelaskan bahwa alokasi untuk perawatan dan pengecatan sudah dialokasikan dalam APBN. Selain itu, sebagai upaya untuk pendanaan penanganan Covid, Kementerian Sekretariat Negara juga telah melakukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan,” ujar Heru.
“Dapat pula kami tambahkan bahwa proses perawatan dan pengecatan dilakukan di dalam negeri, sehingga secara tidak langsung mendukung industri penerbangan dalam negeri, yang terdampak pandemi,” sambung Heru.
Ia menjelaskan pengecatan ulang pesawat kepresidenan Indonesia-1 atau BBJ 2 sepaket dengan heli Super Puma. Itu dalam rangka HUT ke-75 RI.
“Benar, pesawat kepresidenan Indonesia-1 atau pesawat BBJ 2 telah dilakukan pengecatan ulang. Pengecatan pesawat BBJ 2 sudah direncanakan sejak 2019, terkait dengan perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020. Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan heli Super Puma dan pesawat RJ,” kata Heru.
Namun, pada 2019 pesawat BBJ 2 belum memasuki jadwal perawatan rutin sehingga pengecatan terlebih dahulu dilakukan pada heli Super Puma dan pesawat RJ.
“Perawatan rutin pesawat BBJ 2 jatuh pada tahun 2021, merupakan perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik, maka tahun ini dilaksanakan perawatan sekaligus pengecatan yang bernuansa merah putih sebagaimana telah direncanakan sebelumnya. Waktunya pun lebih efisien, karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan,” ujar Heru. [wip]