(IslamToday ID) – Masyarakat di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sultang) diimbau untuk mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang sebagai bentuk belasungkawa atas wafatnya Ketua Utama Alkhairaat, Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri.
Walikota Palu Hadianto Rasyid mengatakan pengibaran bendera setengah tiang itu untuk menghormati jasa dan pengabdian ketua organisasi Islam terbesar di wilayah Indonesia Timur itu. Pengibaran bendera dilakukan dari Rabu (4/8/2021) hingga Jumat (6/8/2021).
Pengibaran bendera tersebut tidak hanya dilakukan di rumah-rumah warga, tetapi juga di instansi-instansi pemerintah di ibukota Provinsi Sulawesi Tengah itu.
Menurut Hadianto, jasa dan pengabdian Habib Saggaf begitu besar terutama di bidang pendidikan Islam. “Insya Allah, amal ibadah almarhum Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri diterima di sisi Allah SWT. Dilapangkan kubur beliau, dan diampuni dosa-dosa beliau,” ujarnya seperti dikutip dari Ihram, Rabu (4/8/2021).
Sementara itu, Ketua PB Alkhairaat Habib Sayyid Ali bin Muhammad Aljufri mengajak seluruh Komisariat Wilayah (Komwil) dan Komisariat Daerah (Komda) Alkhairaat agar menggelar tahlilan.
“Kita berada di tengah pandemi Covid-19. Jadi diimbau agar tahlilan dilakukan di rumah masing-masing, sedangkan di Kota Palu dilaksanakan di Masjid Alkhairaat. Tapi nanti kita lihat situasinya,” katanya.
Almarhum Habib Saggaf memimpin Alkhairaat sejak 1974. Alkhairaat memfokuskan kegiatannya pada pengembangan dunia pendidikan, terutama pendidikan Agama Islam di kawasan Indonesia Timur.
Semasa hidupnya, Habib Saggaf dikenal sebagai sosok dermawan, ulama, pendidik, cinta belajar, dan gemar mengajar meski usianya telah renta.
“Habib Saggaf dikenal sebagai seorang cendekiawan muslim Indonesia asal Kota Palu yang lahir di Pekalongan. Ia adalah salah satu tokoh yang dihormati dalam masyarakat dan sering dikunjungi para pejabat negara untuk membahas masalah agama dan negara,” kata Hadianto.
Habib Saggaf wafat di RS Alkhairaat di Kota Palu pada Selasa sekitar pukul 15.50 waktu setempat. Almarhum dikebumikan pada Rabu selepas salat Zuhur di kompleks pemakaman Alkhairaat, berdekatan dengan makam pendiri Alkhairaat, Habib Idrus bin Salim Aljufri.
Habib Saggaf menyelesaikan pendidikannya di Muallimin Alkhairaat di Palu, kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir pada 1959 dan meraih gelar sarjana pada 1963, kemudian melanjutkan ke S2 di universitas yang sama, lulus pada 1967.
Setelah kembali dari Al Azhar, Habib Saggaf membaktikan diri dan ilmunya untuk Alkhairaat. Beliau juga aktif berdakwah di seluruh pelosok Tanah Air, sekaligus mendirikan Madrasah Alkhairaat.
Di usia yang sudah sangat sepuh, Habib Saggaf tidak pernah meninggalkan dakwahnya. Beliau terus berdakwah di masjid dan di beberapa wilayah di Tanah Air, seperti Ternate dan Kalimantan.
Sosok Ulama Panutan
Ketua Dewan Pakar Alkhiraat Kota Palu Prof Zainal Abidin mengatakan almarhum Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri adalah sosok ulama panutan bagi warga Sulawesi Tengah terlebih bagi umat muslim di provinsi itu.
“Selaku Abhaul Khairaat dan keluarga besar Alkhairaat kami sangat kehilangan sosok panutan,” kata Zainal Abidin yang dihubungi di Palu, Selasa (3/7/2021).
Sosok karismatik itu, menurutnya, bukan hanya seorang ulama tetapi juga seorang cendekiawan yang sangat dihormati warga Sulteng, bahkan tidak jarang pejabat negara berkunjung membahas gama dan masalah bangsa.
“Sampai di detik-detik terakhir, beliau masih memikirkan umat dan masih memikirkan bagaimana mengembangkan Alkhairaat,” ujar Ketua MUI Kota Palu ini.
Semasa hidupnya, kata Zainal Abidin, Ketua Utama Alkhairaat itu sangat toleransi dan menghargai perbedaan baik sesama muslim maupun non-muslim dalam rangka membangun dan memupuk jiwa nasionalisme untuk kesatuan dan persatuan bangsa.
Bahkan, lanjut Zainal Abidin, ulama-ulama besar asal Timur Tengah khususnya dari Yaman sangat menghargai almarhum, itu terlihat saat di beberapa kesempatan mereka berkunjung ke Palu. “Itu artinya almarhum Habib Saggaf senang membangun silaturahim kepada siapa saja,” pungkasnya. [wip]