IslamToday ID– Kurator Budicole dari Graffiti.id mengatakan penghapusan mural oleh aparat beberapa waktu lalu merupakan hal yang terburu-buru dalam mengambil sikap. Hal ini menandakan pemerintah tidak mengartikan arti atau maksud dari gambar mural itu terlebih dahulu.
Tak hanya itu, kata-kata yang dituliskan dalam mural tersebut juga bukan berarti sebuah kritik melainkan sebuah doa dari seniman dan masyarakat umum. Seharusnya pemerintah juga dapat mengartikan tulisan yang tergambar dari sebuah mural.
“Kalau saya rasa pemerintah terlalu terburu-buru ini gitu tanpa ditelaah lebih jauh, harusnya kan bisa melihat dulu kenapa sampai tulisan ini ada,” sebutnya dalam wawancara, Sabtu ( 21/08/2021)
Budicole juga merasa tak setuju bila alasan pengahapusan mural adalah sebuah vandalisme, menurutnya mural-mural tersebut memiliki makna yang berbeda dan merupakan sebuah karya seni dan bukan merupakan bentuk vandalisme.
Bila mural tersebut dikatakan vandalisme seharusnya aparat seluruh Indonesia juga harus menghapus mural yang terdapat di semua wilayah.
Ia malah menilai bahwa vandalisme terjadi pada umbul-umbul atau baliho politik yang kini kerap muncul diberbagai wilayah karena baliho beserta umbul- umbul tersebut dinilai tidak memiliki estetika.
“umbul-umbul baliho, itu juga termasuk vandalisme, secara estetika gak enak dilihatnya, kalo ini ( mural )masi enak bentuk-bentuk kreatif gitu , lewat mural, bukan baliho yg nyampah gitu,” ujar Budicole.
Untuk itu, Budicole meminta pemerintah dan aparat untuk lebih mengetahui arti dari estetika, karya seni , garafiti. Karena hal ini dinilai penting. Bila pemerintah tak memahaminya akan dinilai buta terhadap estetika dari sebuah karya seni.
“Pemerintah juga berlaku balajar untuk mengetahui untuk cari lebih dalam apa itu ekstetika, karya seni, mural, graviti, apa itu semiotika itu, apa itu kritk kayaknya harus belajar lagi, jangan sampai buta estetika juga. Baru melihat mural gini aja udah panik heboh segala macamn, terus dilebih-lebihkan,” jelas Budicole.
Ia bahkan menyoroti sikap dari staff khusus presiden yang memberikan komentar terkait penghapusan mural. Menurut Budicole, pernyataan staff khusus tersebut tak mencerminkan sikap anak muda yang harus menjunjung tinggi sebuah karya seni. Dan terlalu cepat mengambil respon sebuah peristiwa.
“Apalagi ada stafkusus yang komen , padahal dia masih muda seharusnya melihat dari sisi lain, terlalu cepat mengambil respon,” pungkasnya.
Diketahui, sejumlah mural telah dihapus oleh aparat di beberapa tempat. Misalnya saja, Mural ‘Tuhan Aku Lapar’ di kawasan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Mural yang bertuliskan ‘Tuhan, Aku Lapar’ ini diketahui sempat viral setelah dihapus oleh aparat.
Kemudian, mural ‘404: Not Found’ di daerah Kota Tangerang, tepatnya di Bbatucepe. Dan mural ‘Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit’ di kawasan Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Mural tersebut dihapus pihak kecamatan setempat sesuai arahan dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pada 10 Agustus.
Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara Faldo Maldini pun turut mengkritik salah satu dari mural itu, yaitu mural Jokowi 404: Not Found. Faldo menyampaikan kritik melalui akun Twitter @FaldoMaldini pada Jumat (13/8/2021),. Dia berkata, tidak salah melukis mural asalkan mendapat izin.
“Jadi, mural itu, ga salah. Kalau ada ijinnya. Kalau tidak, berarti melawan hukum, berarti sewenang-wenang. Makanya, kami keras. Ada hak orang lain yang dicederai, bayangkan itu kalau tembok kita, yang tanpa ijin kita. orang yang mendukung kesewenang-wenangan, harus diingatkan,” kata dia.
Faldo menambahkan yang menjadi masalah dalam mural itu bukan konten atau kritiknya, tetapi pembuatan mural tanpa izin merupakan tindakan sewenang-wenang.
“Sekali lagi, saya minta maaf, agak keras. Yang jadi masalah, bukan konten atau kritiknya. Kritik selalu terus dijawab dengan kinerja yang baik. Tapi ini tindakan yang sewenang-wenang. Setiap warga negara harus dilindungi dari tindakan yang sewenang-wenang,” kata dia.
Penulis Kanzun