ISLAMTODAY ID — Al-Azhar IIBS atau Al-Azhar International Islamic Boarding School merupakan sekolah Islam pertama yang memiliki cita-cita mulia mencetak generasi ‘Buya Hamka’. Sekolah Al-Azhar IIBS pun akan menggunakan kurikulum khusus bernama SuperQC.
“SuperQC menjadi trademark kita untuk pengembangan IIBS ke depan. Super itu S-nya adalah scientist (ilmuwan), U-nya adalah ulama, P-nya itu professional (ahli) dan Er-nya itu entrepreneur (pengusaha),” kata Steering Committee Board of Al Azhar IIBS, Prof. Dr. Taufiq Kasturi.
“(Sementara) QC-nya itu Qur’an dan Courtesy atau adab,” jelasnya.
Prof. Taufiq yang juga guru besar ilmu Psikologi UMS menjelaskan selama menempuh pendidikan di Al-Azhar IIBS sepanjang enam tahun (SMP sampai SMA) para siswa akan diwajibkan menghafal 30 juz Al-Qur’an. Setiap semesternya mereka wajib menyelesaikan hafalan sebanyak 2,5 juz.
“Setiap semester mereka akan menghafalkan 2,5 juz bukan ziadah tapi mutqin, tapi benar-benar menghafal. Sekali duduk langsung hafal,” ujar Prof. Kasturi.
Ia menjelaskan pula tentang hal yang membedakan dari Al-Azhar IIBS dengan sekolah Islam lainnya ialah metode hafalannya. Hafalan yang dilakukan oleh siswa Al-Azhar IIBS tidak hanya sekedar hafalan biasa melainkan terdapat kajian intensif dari berbagai sudut pandang keilmuwan.
“Dua setengah jus itu akan kita kupas di dalam kelas dari berbagai sudut pandang pendekatan ilmu. Misalnya PKN, PAI, Biologi, Fisika, Kimia itu akan mengupas 2,5 juz itu,” jelas Prof. Kasturi.
Prof. Kasturi berharap dengan metode hafalan tersebut, siswa-siswa lulusan Al-Azhar IIBS tidak hanya lulus sebagai seorang hafidz namun juga memiliki kemampuan dalam menguraikan ayat-ayat Al-Qur’an.
“Anak-anak ini harapannya tidak hanya mampu menghafal Al-Qur’an tapi bagaimana mensarikan hafalan tadi dalam pengembangan keilmuan dan keenterpreneurshipan dan juga ke arah pengembangan adab dan sebagainya,” tuturnya.
‘Kurikulum’ Buya Hamka
Pengembangan kurikulum SuperQC di Al-Azhar IIBS tidak bisa dilepaskan dari sosok Buya Hamka. Seorang ulama kharismatik dan tokoh bangsa yang diakui di dalam dan luar negeri.
Buya Hamka memiliki kompetensi yang paripurna, ia ulama, yang memiliki keahlian sangat beragam mulai dari sastrawan, jurnalis hingga politisi. Ia juga merupakan sosok muffasir Al-Qur’an dengan karya besarnya Tafsir Al-Azhar.
Segudang prestasinya kemudian mendapat banyak penghargaan baik nasional maupun internasional. Bahkan pengakuan pertama justru datang dari dunia internasional seperti universitas tertua di dunia Al-Azhar, Kairo Mesir (1961) dan Universitas Kebangsaan Malaysia (1974). Penghargaan dari dalam negeri pun tak kalah bergengsi yakni yaitu Bintang Mahaputera (1986) dan Pahlawan Nasional (2011).
Prof. Taufiq menjelaskan tentang ide dasar dari konsep kurikulum SuperQC yang digali dari sosok ulama hebat Buya Hamka. Hasil kajian terhadap profil kepribadian Buya Hamka dapat diambil enam karakter yakni ilmuwan, ulama, professional, usahawan, seorang ahli Qur’an (muffasir) dan adab.
Ia mengatakan secara konsep pendidikan di Al-Azhar IIBS ialah gabungan dari dua lembaga pendidikan Islam yang telah dimiliki oleh Yayasan Pendidikan Al-Azhar yakni Al-Azhar Solo Baru dan Pondok Pesantren Isy Karima. Oleh karenanya perpaduan dua konsep di dalam Al-Azhar IIBS ini nanti diharapkan mampu melahirkan sosok Buya Hamka baru.
“Idealisme ya jadi Buya Hamka, karena karakter Buya Hamka kita breakdown dalam kurikulum, termasuk tentang kurikulum adab,” ungkap Prof. Kasturi.
Penggunaan kurikulum adab bagi siswa-siswa di Al-Azhar IIBS ini tidak bisa dilepaskan dari banyaknya pakar-pakar psikologi di dalamnya. Termasuk salahsatunya ialah Prof. Kasturi yang gelar profesornya diambil dari karyanya yang berjudul Akhlakul Karimah.
Prof. Kasturi yakin jika kurikulum adab ini belum banyak diterapkan di sekolah-sekolah Islam lainnya. Kurikulum adab di sekolah Al-Azhar IIBS ini nantinya akan merujuk pada acuan tertentu yang terukur berdasarkan atas kajian ilmu psikologi.
“Kita melibatkan ilmu psikologi untuk mendesain kurikulum adab tersebut,” tandasnya.
Penulis: Kukuh Subekti