(IslamToday ID) – Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko meragukan laporan penurunan kasus virus corona (Covid-19) di Tanah Air belakangan ini.
Menurutnya, fenomena turunnya kasus Covid-19 hingga melebihi 100 persen dibandingkan Juli-Agustus lalu masih samar, lantaran tidak dibarengi dengan strategi testing dan tracing oleh pemerintah daerah sesuai standar.
“Puncak itu kan Juni-Juli ya, sekarang memang turun, tapi sayangnya tidak disertai data yang akurat. Karena tes tidak standar di semua kabupaten/kota, kemudian juga contact tracing juga tidak standar, jadi sulit kita membacanya, karena semua tidak standar,” kata Miko seperti dikutip dari CNN Indonesia, Selasa (7/9/2021).
Ia menyebut sejauh ini meski capaian testing Covid-19 mengalami peningkatan, namun belum pernah mencapai target pemerintah yang telah disepakati bersama selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Capaian jumlah pemeriksaan warga terhadap virus corona masih jauh dari target 215.306 pemeriksaan dalam sehari selama PPKM perpanjangan di Jawa-Bali dan 214.802 target testing di luar Jawa-Bali. Apabila dirata-rata dalam enam hari PPKM Level 4, 3, dan 2 perpanjangan ketujuh, maka capaian testing secara nasional hanya sekitar 125.000 per hari.
Belum lagi capaian tracing alias penelusuran kontak yang disarankan 1:10 hingga 1:15, artinya apabila satu warga terinfeksi Covid-19 maka 10-15 orang diantaranya yang disebut kontak erat juga harus lekas diperiksa dan dikarantina, sehingga mampu meminimalisasi penyebaran virus.
“Seharusnya testing-nya standar dulu baru bisa diamati dengan benar. Lagi pula testing tidak boleh naik turun ya, tapi harus sama atau bahkan terus meningkat,” kata Miko.
Ia lantas meminta pemerintah pusat maupun daerah fokus dalam urusan testing dan tracing, sehingga kondisi yang dilaporkan dalam data harian mendekati kondisi riil di lapangan.
Ia pun mengamini apabila laporan data pemerintah memperlihatkan penurunan kasus Covid-19. Seperti misalnya dalam laporan data harian milik Satgas Penanganan Covid-19 selama periode 23-29 Agustus.
Jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 94.375 kasus. Namun selama periode 30 Agustus-5 September kasus konfirmasi Covid-19 dalam sepekan turun menjadi 55.189 kasus, atau apabila dirata-rata 7.884 kasus dalam sehari.
Kendati begitu, Miko menilai Indonesia belum bisa “percaya diri” lantaran masih terdapat potensi ribuan bahkan ratusan ribu kasus di tengah masyarakat yang masih tidak terjaring oleh kail testing pemerintah.
Ia menyebut penambahan kasus kematian Covid-19 yang masih relatif tinggi menjadi salah satu bukti bahwa banyak pasien Covid-19 yang tidak tertangani dengan baik, atau telat datang ke pelayanan kesehatan lantaran keterlambatan deteksi secara dini oleh pemerintah.
“Jadi memang datanya turun dari bulan Juli ya, saya sepakat. Namun turunnya itu yang tidak pasti. Kalau menurut saya, kematian itu yang datanya pasti,” pungkasnya. [wip]