(IslamToday ID) – Untuk memenuhi kebutuhan gula dalam negeri, Indonesia masih rajin impor. Nilai impornya juga tidak kecil, yakni total mencapai 4 juta ton.
“Sampai dengan saat ini kita tahu untuk impor gula konsumsi sekitar 1 juta ton, kemudian untuk gula industri sekitar 3 juta ton. Jadi 4 juta ton gula menjadi PR besar bagi kita semuanya,” kata Direktur Produksi dan Pengembangan PTPN III Mahmudi dalam webinar secara virtual pada Selasa (28/9/2021).
Lebih lanjut, ada beberapa hal yang menyebabkan pemerintah rajin mengimpor gula. Pertama, produksi gula secara nasional baru sekitar 2,1 juta ton per tahun. Kedua, secara total konsumsi nasional sebesar 5,8 jutaan ton per tahun yang terdiri dari gula konsumsi dan gula kebutuhan produksi.
Pada 2020, menurut International Trade Center 2020, Indonesia adalah negara impor gula terbesar di dunia dibandingkan China yang berpopulasi melebihi 1,3 miliar orang.
Mahmudi mengatakan tengah berusaha agar menyetop impor gula. Pertama, mengusahakan modernisasi pabrik gula nasional. Kedua, meningkatkan efisiensi serta mentransformasi bisnis gula di Indonesia.
Menurutnya, dengan menyetop impor gula tersebut memiliki beberapa fungsi untuk negara. Pertama, dapat menghemat devisa negara dan menjaga stabilitas harga gula konsumsi. Kedua, meningkatkan kesejahteraan petani dan mewujudkan kemandirian gula konsumsi nasional.
Guna mewujudkan kemandirian gula, katanya, kemitraan dengan petani adalah salah satu poin penting untuk bisa mendorong kemandirian gula nasional. “Karena petani berada di garda terdepan dalam upaya kemandirian gula nasional,” katanya seperti dikutip dari Tempo.
Ia juga membeberkan nasib petani tebu. Saat ini, katanya, rata-rata petani tebu hanya mendapat Rp 3,7 juta per hektare per tahun. Hal tersebut karena total area perkebunan tebu PTPN saat ini hanya 150.000 hektare dengan produktivitas tebu 67 hektare dan rendemen 7 persen.
“Dari situ diperoleh produksi gula sekitar 4,67 ton per hektare atau total sekitar 702.000 ton,” katanya.
Maka dari itu, ia menargetkan dalam tiga tahun ke depan SHU atau hasil anak usaha pendapatan petani bisa naik menjadi Rp 21,2 juta per hektare. “Kita harus wujudkan kesejahteraan petani,” katanya.
Menurut Mahmudi, peran petani terhadap suplai bahan baku tebu di tingkat nasional mencapai 58 persen. “Sehingga kemandirian gula nasional ini akan terwujud jika para petani sejahtera,” pungkasnya. [wip]