(IslamToday ID) – Pengamat komunikasi politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting menyatakan ancaman separatisme di Papua yang kian nyata haruslah disikapi secara tegas oleh TNI. Menurutnya, apa yang terjadi di Papua adalah tugas atau domain dari TNI bukan Polri.
Ia mencatat dalam delapan bulan terakhir kelompok separatis telah melakukan sejumlah serangan dan teror, serta terang-terangan menantang TNI. Sehingga hal ini sangatlah aneh jika mereka hanya dilabeli sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
“Hakikat yang membahayakan dan mengancam kedaulatan negara adalah bidang tugas dan wewenang TNI. Ini domain TNI, domain militer. TNI tidak boleh menyerahkan tugas dan wewenang ini kepada Polri, ini bukan domain Polri,” ungkap Selamat dalam videonya di Selamat Ginting Official (SGO), Kamis (25/11/2021).
Menurutnya, ancaman separatisme selalu membahayakan dan mengancam keutuhan negara, maka sebagai pejuang dan prajurit Sapta Marga, TNI tidak sepatutnya lepas tangan dan mengkhianatti konstitusi UUD 1945.
Ia mengatakan tujuan dari kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan melakukan aksi teror adalah jelas, yakni ingin memisahkan diri dari NKRI. “Sungguh naïf jika nyaris tidak ada yang memahami bahwa pelakunya adalah kelompok separatis OPM. Tujuannya jelas yakni ingin memisahkan diri dari ibu pertiwi NKRI, berarti ini mengancam keutuhan dan kedaulatan negara,” jelas Selamat.
Ia mengatakan aksi serangan yang dilakukan gerombolan separatis Papua selama ini selalu diakhiri dengan melarikan diri ke hutan dan pegunungan. Itu artinya mereka melakukan taktik perang gerilya agar sulit dikejar aparat.
Ini belum lagi jika mereka membaurkan diri dengan masyarakat atau bersembunyi di kampung-kampung atau di daerah basis perlawanan mereka.
“Jadi jelas ini merupakan kesalahan fatal jika mereka hanya dikategorikan sebagai KKB, karena sesungguhnya mereka adalah kelompok dari gerakan separatis, tujuannya jelas yakni disintegrasi bangsa,” ujar Selamat.
Ia menyatakan kasus teror dan penyerangan yang terjadi di Papua belakangan ini mestinya dijadikan sebagai momentum bagi Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dan KSAD yang baru Jenderal Dudung Abdurachman serta seluruh elemen bangsa untuk memiliki kesamaan sikap dalam memerangi gerakan ini.
Selamat membeberkan bahwa aksi kelompok separatis di Papua tidak hanya melakukan penyerangan dan gangguan keamanan, mereka juga membentuk pasukan melalui pendidikan dan latihan militer serta membangun daerah basis perlawanan.
“Jadi seperti gerakan separatisme di dunia, biasanya terdiri dari beberapa kelompok front perjuangan, selain front bersenjata. Juga front politik yang berada di dalam dan luar negeri yang bertugas melakukan rekrutmen kader, termasuk pembentukan opini dan kegiatan diplomasi di luar negeri,” ungkapnya.
Kemudian ada juga front logistik yang bertugas melakukan kejahatan kriminal misalnya perampasan, penodongan, dan perampokan. “Yang terakhir adalah front psikologis yang bertugas melakukan aksi teror,” ujarnya.
Dengan demikian, lanjut Selamat, ancaman gerakan separatis di Papua yang membahayakan kedaulatan negara tidak selalu bersifat militer, melainkan juga bersifat non tempur atau bahkan ancaman nirmiliter. [wip]