(IslamToday ID) – Wilayah Laut Natuna menjadi panas setelah pemerintah China menyurati Indonesia untuk tidak mengebor minyak dan gas di wilayah tersebut.
Dalam laporan Reuters, pemerintah China mengirimkan surat kepada Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia. Pengeboran minyak dan gas alam itu disebut bersinggungan dengan klaim sembilan garis putus-putus milik Negeri Tirai Bambu.
Sekjen Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Hadi Ismoyo mengatakan potensi migas di Laut China Selatan ini sangat besar, sehingga menjadi rebutan banyak pihak. Indonesia juga telah memproduksi migas dari blok migas di kawasan Natuna Barat sejak sejak 1990-an yang kemudian gasnya diekspor ke Singapura.
Natuna sendiri adalah ladang minyak dan gas yang besar yang penting bagi Indonesia dalam tujuannya untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
Mengacu data ESDM, Pulau Natuna memiliki cadangan minyak sebesar 135,17 juta barel dan cadangan gas sebesar 1,26 triliun kaki kubik (TCF), dengan rincian:
Cadangan Terbukti Minyak 60,31 juta barel
Cadangan Mungkin Minyak 47,43 juta barel
Cadangan Harapan Minyak 27,43 juta barel
Cadangan Terbukti Gas 767,23 miliar kaki kubik
Cadangan Mungkin Gas 390,72 miliar kaki kubik
Cadangan Harapan Gas 106,30 miliar kaki kubik
Sebenarnya ada harta karun lebih besar di Natuna yaitu cadangan hidrokarbon raksasa mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF) di Blok Natuna Timur.
Hadi sempat mengatakan bahwa potensi besar gas di Blok East Natuna ini bahkan telah ditemukan sejak 47 tahun lalu, tapi sayangnya hingga saat ini belum juga bisa dieksploitasi.
Kendalanya, karena kandungan karbondioksidanya besar sekali mencapai 71 persen, sehingga dibutuhkan teknologi canggih dan investasi tinggi untuk mengelolanya.
Dari potensi 222 TCF, hanya bisa dieksploitasi sekitar 46 TCF. Namun, itu bahkan mencapai tiga kali lipat dari cadangan Lapangan Tangguh dan Blok Masela.
“Jadi, ini memang cadangan besar. Posisinya adalah beneran di perbatasan antara wilayah Indonesia dan Laut China Selatan yang diklaim China Daratan,” ujar Hadi seperti dikutip dari CBBC Indonesia.
Terbaru, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil Tuna BV berhasil menemukan cadangan minyak dan gas bumi (migas) di Wilayah Kerja (WK) atau Blok Tuna.
Wilayah Kerja Tuna ini berada di lepas pantai Natuna Timur, tepat di perbatasan Indonesia-Vietnam.
Benny Lubiantara, Deputi Perencanaan SKK Migas mengatakan, temuan cadangan ini diperoleh melalui pengeboran dua sumur delineasi Singa Laut (SL)-2 dan Kuda Laut (KL)-2.
“Potensi hidrokarbon dari struktur SL dan KL ini kemudian dikonfirmasi kembali dengan melakukan pengeboran dua sumur delineasi SL-2 dan KL-2 pada tahun 2021,” paparnya, Selasa (30/11/2021).
Kedua sumur ini ia sebut sudah dikategorikan ke dalam sumur kunci tahun 2021 oleh SKK Migas sejak awal. Temuan ini menurutnya bisa membantu pemerintah dalam mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang.
“Keberhasilan kedua sumur ini akan membuka peluang penemuan hidrokarbon lainnya di area tersebut yang dapat membantu target pemerintah dalam mencapai produksi 1 juta bph dan 12 BSCFD,” ujarnya.
Ia berpandangan temuan cadangan di struktur SL dan KL ini sangat berpotensi menjadi temuan migas ekonomis pertama yang dapat berproduksi di Cekungan Natuna Timur. [wip]