(IslamToday ID) – Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa geram karena telah dibohongi anak buahnya yang bertugas sebagai Komandan Kompi (Danki) di Pos Ramil Gome, Kabupaten Puncak, Papua.
Andika mengatakan kebohongan yang dilakukan Danki dari Pos Ramil Gome itu yakni melaporkan telah menggelar patroli ke sejumlah titik hingga kemudian mendapat serangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Karena serangan KKB tersebut, mengakibatkan tiga anggota TNI AD gugur dan seorang anggota lainnya terluka hingga kritis.
Adapun ketiga prajurit TNI AD yang gugur itu masing-masing bernama Serda Rizal, Pratu Tuppal Baraza, dan Pratu Rahman. Sementara itu, satu prajurit yang kondisinya kritis bernama Pratu Saeful.
Padahal, lanjut Andika, ketiga prajurit yang gugur itu karena melakukan aktivitas pengamanan proyek galian pasir. Terlebih, prajurit Pos Rayon Militer (Ramil) di Distrik Gome yang melakukan pengamanan tersebut tidak mengantongi izin dari komandan batalyon setempat.
“Cara komandan pos ini menggelar (kegiatan pengamanan) di tempat galian pasir tadi itu sama sekali enggak ada pertimbangan gimana supaya misalnya aman, satu itu salah karena enggak ada izin,” kata Andika dikutip dari Kompas, Kamis (24/3/2022).
Menurut Andika, kuat dugaan bahwa Danki sengaja tidak melaporkan aktivitas pengamanan proyek galian pasir itu ke komandan batalyon karena khawatir akan menimbulkan pertanyaan.
“Kalau dilaporkan sebenarnya pasti mungkin ada pertanyaan, itu apa di situ? Satu, boleh enggak kamu di situ, sehingga itulah yang kemudian ditutupi, harapannya enggak ketahuan,” ucap Andika.
Ia pun mengaku heran karena Danki tersebut menggelar pasukan di tempat terbuka yang merupakan proyek galian pasir tanpa mempertimbangkan hal taktis.
Seharusnya, mereka menggelar pasukan di daerah yang notabene perlu mempertimbangkan aspek keamanan yang matang.
“Ingat, ini kan bukan daerah lain, ini daerah yang memang keamanannya juga agak lebih tidak biasa,” ucap Andika.
Karena tindakannya itulah, kata Andika, Danki yang melakukan pelanggaran tersebut saat ini tengah diproses hukum.
Sebelumnya diberitakan, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa membongkar dugaan kejanggalan dalam insiden penyerangan Pos Ramil Gome yang menewaskan tiga prajurit TNI AD pada Kamis (27/1/2022) lalu.
Dalam pernyataannya, ia mengakui pihak yang melakukan penyerangan hingga menewaskan tiga prajurit TNI tersebut adalah KKB di Papua.
Namun demikian, katanya, dalam kejadian tersebut ada peran Komandan Kompi (Danki) yang saat itu bertindak sebagai Komandan Pos (Danpos), telah melakukan pelanggaran.
Adapun pelanggaran yang dimaksud yakni Danpos tersebut dinilai menyepelekan atau lalai karena melakukan penggelaran pasukan di tempat yang tidak diperhitungkan.
Akibatnya, membuat tiga prajurit TNI AD gugur karena penyerangan yang dilakukan oleh KKB tersebut. Selain itu, Andika juga mengungkapkan bahwa Danpos tersebut juga berbohong.
Andika menjelaskan, kebohongan yang dilakukan Danpos itu karena melaporkan kejadian penyerangan oleh KKB tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya kepada Komandan Batalyon (Danyon).
Padahal, Mabes TNI di Jakarta sangat memikirkan terkait dukungan dan perlindungan anggota TNI di lapangan. Namun demikian, lanjut Andika, Danpos tersebut justru malah mengambil pertimbangan yang sangat pendek demi keuntungan pribadi.
“Kita di sini semuanya memikirkan dukungan bagaimana melindungi anggota. Di sana hanya begini-begini saja rupanya,” katanya, Jumat (18/3/2022).
“Maksudnya, pertimbangannya pendek sekali. Hanya soal, ‘oh saya dapat uang tambahan untuk pengamanan di situ’. Tapi mengorbankan semuanya.” [wip]