ISLAMTODAY ID (ACEH UTRARA)— Central Information for Samudera Pasai Heritage (CISAH) menggelar Haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih ke-747. Ia adalah sultan pertama di Asia Tenggara.
Rutin Tahunan
Haul Sultan Al-Malik Ash-Shalih sang pendiri Kesultanan Samudera Pasai ini mulai rutin diadakan sejak tahun 2018. Agenda rutin tahunan ini sengaja dipusatkan di Kompleks Makam Kesultanan Gampong Beringen, Kec. Samudera, Aceh Utara.
Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan tentang kiprah dan perjuangan Sultan Al-Malik Ash-Shalih kepada masyarakat luas, terutama generasi muda.
Dalam rangka menyukseskan tujuan tersebut peringatan haul ini disertai dengan adanya pemberian santunan. Sebanyak 60 anak yatim dari 18 gampong di Blang Mee, Aceh Utara menerima bantuan santunan.
“Dalam kegiatan ini, kita juga memperkenalkan kembali sosok Sultan, ketokohannya, supaya bisa kita ambil i’tibar, kita jadikan teladan dari sifat-sifat dan karakter Sultan, terutama bagi generasi muda khususnya Aceh,” ujar Ketua CISAH, Tgk Abdul Hamid dilansir dari acehinfo.id (17/4/2022).
Ia menambahkan acara terselenggara atas dukungan berbagai pihak diantaranya Baitul Mal Kabupaten Aceh Utara, Kepala-kepala sekolah yang aktif melakukan studi sejarah di Museum Samudera Pasai.
Acara tersebut selain ada ditutup dengan buka bersama juga diawali dengan beragam acara mulai dari pembacaan samadiyah dan do’a hingga diskusi tentang sosok Sultan Al-Malik Ash-Shalih.
Sultan Al-Fatih
Sultan Al-Malik Ash-Shalih merupakan sultan pertama di Asia Tenggara bahkan dunia yang bergelar Al-Fatih. Sebuah gelar yang menunjukkan betapa ia memiliki posisi yang sangat istimewa.
Wakil Ketua CISAH, Sukarna Putra dalam paparannya menjelaskan tentang profil singkat sang sultan sebagaimanan tertera pada epitaf Nisan Sultan Al-Malik Ash-Shalih.
“Pada epitaf nisan kaki terbaca nama Al-Fatih Sultan Al-Malik Ash Shalih,” kata Sukarna.
Sukarna menambahkan tentang keistimewaan gelar Al-Fatih pada sultan pertama di Kesultanan Samudera Pasai itu. Sebuah gelar yang sama dengan gelar Sultan Muhammad Al-Fatih dari Kesultanan Turki Utsmani pada tahun 1453.
“Al-Fatih dikenal sebagai nama Sultan Muhammad asal Turki yang merupakan Sang Penakluk, begitu pula Sultan Malikussaleh menyandang nama ini karena sejatinya beliau juga Penakluk, pendiri kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara,” ungkap Sukarna.
Menariknya pemberian gelar Al-Fatih pada dua sultan itu selisih 156 tahun. Gelar tersebut pertama kali diberikan kepada Sultan Al-Malik Ash Shalih yang wafat pada Ramadhan tahun 696 H tepatnya tahun 1297 M sementara Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 875 H bertepatan dengan tahun 1453 M.
Hadir dalam peringatan haul Sultan Al-Malik Ash Shalih itu dari Kepala Perhubungan Kodam Iskandar Muda (Kahubdam IM) Aceh, Kolonel CHB Dr Jun H. Mastra. Pihaknya berkomitmen untuk mendukung upaya penyelamatan situs cagar budaya peninggalan kerajaan Islam di Aceh.
“Kita dari Hubdam prihatin dengan kondisi batu nisan di Aceh,” ucap Kolonel CHB Dr Jun H. Mastra.
Kolonel CHB Dr Jun H. Mastra menambahkan temuan nisan-nisan peninggalan Kesultanan Samudera Pasai dan kerajaan Islam lainnya di Aceh ini sangat istimewa. Terutama jika dibandingkan dengan jenis artefak bersejarah lainnya.
“Batu nisan adalah bukti sejarah otentik, nisan menunjukkan kedudukan orang dimakamkan. Kalau kitab, uang, gampang dibuat palsu, tapi nisan tidak bisa dipalsukan. Karena sejauh ini tidak ada nisan palsu,” jelas Kahubdam Iskandar Muda itu.
Sultan Al-Malik Ash Shalih rupanya bukan satu-satunya sultan Aceh yang wafat di bulan Ramadan. Selain dia ada dua sultan, pertama Sultan Mu’iz Ad-Dunya wa Ad-Din Ahmad (870 H) dan kedua, Sultan ‘Adlullah (911 H). (Kukuh)