ISLAMTODAY ID (SURABAYA)— Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII) menyelenggarakan kegiatan Sidang Dewan Pleno Nasional (SDPN) dengan tema “Perkuat Persatuan Rajut Kemenangan” bertempat di Hotel Sofia Juanda, Jl. Juanda No.20 Sidoarjo, Jawa Timur.
PB PII menggandeng Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dalam mengisi rangkaian acara kegiatan SDPN. Diawali dengan Seminar Pelajar Digital Fest dengan tema Pelajar Cakap Digital: Membangun Budaya Literasi
Dalam kesempatan kali ini turut hadir sebagai pemateri, Tori Nuariza Pemimpin Redaksi ITD News, Subhan Setowara Direktur Eksekutif RBC Institute, A. Malik Fajar dan Widuri Siberkreasi. Diikuti oleh 350 peserta Meeting dari kalangan pelajar dan umum dengan metode hybrid lewat kanal Youtube PB PII Official dan Zoom.
Tori Nuariza pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa generasi muda terutama aktivis pergerakan Islam terkhusus PII, untuk bisa menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah. Selain itu PII juga bisa memanfaatkan era digital ini untuk memperluas jejaring yang dimilikinya baik di level nasional maupun internasional.
“PII bisa memperluas jejaring internal-eksternal dengan menghimpun anggota melalui PII Connect (modal sosial-digital), memberdayakan pemuda melalui PII Empowerment (pendidikan, sosial, budaya) dan PII Global, memperkuat kiprah di ranah Internasional dengan advokasi suara pelajar Islam melalui wadah OKI, ASEAN, ASIA AFRIKA dan G-20”, jelas alumni Universitas Sebelas Maret Surakarta itu.
Ketua Umum PB PII, Rafani Tuahuns mengatakan, banyaknya ketimpangan pendidikan dan kebudayaan selama pandemi Covid-19. Ketimpangan ini disebabkan oleh masih minimnya literasi gigital.
“Dampak dari pandemi Covid-19 masih terasa, cepatnya perkembangan teknologi berdampak pada kesiapan pelajar dan penggerak media sosial tidak diimbangi dengan literasi gigital, sehingga menimbulkan kegaduhan di media sosial yang sangat luar biasa,” ujar sarjana hukum tersebut.
Oleh karenanya PB menggandeng KOMINFO untuk memberantas masalah yang ada saat ini di kalangan pelajar.
Sementara itu, Widuri menyampaikan pengalamannya selama terjun di literasi digital. Ia menganggap banyak konten yang beredar sudah tidak lagi mengedukasi, lebih banyak yang membahayakan diri sendiri dan orang lain,
Ia khawatir dampak negatif dari konten tersebut pada generasi penerus, tidak sedikit dari pelajar justru mengikuti trend tersebut. Padahal menurutnya, potensi pelajar sangat luar biasa.
“Kedepan semoga bisa memberikan konten-konten yang berkualitas, memunculkan potensi dan itu yang harus diviralkan,” harap perempuan yang berkantor di Jakarta itu.
SDPN merupakan kegiatan pengambilan keputusan tertinggi kedua setelah Muktamar PII, yang memiliki ruang lingkup nasional. Peserta sidang dalam kegiatan ini mencakup pengurus wilayah PII yang masih aktif di struktural dan pengurus daerah sebagai peninjau disertai dengan surat mandat yang dari masing-masing institusi. (Kukuh)