(IslamToday ID) – Politikus yang juga seniman Eros Djarot melontarkan kritik terkait kondisi perpolitikan Tanah Air yang kini mulai meleceng dari cita-cita para pendiri bangsa. Menurutnya, para pendiri bangsa dulu sepakat membikin negara Indonesia dengan tujuan membangun peradaban bukan perbiadaban.
“Kekuasaan berdasarkan apa yang kita sepakati waktu bikin negara indonesia, yaitu para pimpinan ingin bikin peradaban, peradaban yang sesuai dengan amanat konstitusi, bukan perbiadaban, tapi peradaban. Rupa-rupanya banyak teman yang salah baca, membangun perbiadaban, jadi inilah yang terjadi,” kata Eros saat berbincang di YouTube Unpacking.id, Senin (13/6/2022).
Ia pun bertekad untuk menghentikan perbiadaban politik yang sedang berjalan ini. Menurutnya, ini sudah sangat luar biasa parah karena kerakusan dan ketamakan sudah menjadi budaya.
“Saya bilang gak bisa berlanjut ini, kita harus stop. Jadi apapun cost-nya akan saya bayar untuk melawan perbiadaban ini. Perbiadaban politik yang luar biasa, dimana kemunafikan dibangun, keserakahan dipelihara, kerakusan dan ketamakan menjadi budaya, yang penting saya berkuasa, perkara yang menguasai orang lain tak masalah. Orang berkuasa namun tak menguasai apa-apa, inilah kejadian saat ini,” jelas Eros.
Ia juga jelas menyebut Jokowi meski selama ini menjadi presiden, namun tidak menguasai apa-apa. Kekuasaan telah dikuasai oleh oligarki.
“Apa dikira Pak Jokowi itu menguasai? Enggak lah. Bohong itu. Yang berkuasa saya tahu siapa. Ya siapa lagi kalau bukan doi-doi yang dulu-dulu juga. Sudahlah jangan main sandiwara. Sudahilah, jelaskan pada rakyat yang sesungguhnya bahwasanya kita memang dalam bahaya. Bahwa kekuasaan itu ada yang menguasai,” jelas Eros.
Eros yang dulu adalah pendukung Jokowi mengatakan oligarki harus segera dibongkar. Jangan sampai rakyat terus dibohongi dengan pencitraan-pencitraan.
“Jangan rakyat terus dibohongi dan dibiarkan begitu saja. Kalau Pak Jokowi bagus harus kita dukung. Program-program yang bagus harus kita dukung dong. Tapi kalau ini hanya pencitraan saja harus kita bilang ‘stop pak pencitraannya, kita sudah capek nih’,” ungkap Eros.
Ia pun meminta agar ada keteladanan dari sosok pimpinan. Pemimpin harus pula mengamalkan Pancasila. “Ya berikanlah teladan, kalau mau bagi-bagi sepeda silakan saja, tapi jangan jadikan Pancasila sebagai bahan tertawaanlah, saya tersinggung itu, sebagai rakyat yang mencintai negeri ini. I just can tell you Pak Jokowi, this is not good,” pungkas Eros. [wip]