(IslamToday ID) – Ekonom dari Universitas Bung Karno, I Gede Sandra mewanti-wanti bahwa Indonesia di ambang krisis ekonomi seiring dengan kondisi dunia yang makin tidak menentu. Menurutnya, sejumlah negara di dunia kini sudah di ambang resesi karena terjadi stagflasi.
Sandra mencontohkan sejumlah negara yang kini mengalami stagflasi seperti sejumlah negara di Asia Selatan misalnya Bangladesh dan Sri Lanka, serta di Amerika Serikat (AS). Stagflasi yaitu kondisi dimana pertumbuhan ekonomi menurun namun inflasi malah melejit.
“Dan untuk mengatasi stagflasi itu Bank Sentral Amerika akan menjalankan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga mereka, yang dampaknya akan memicu resesi di negara-negara di dunia yang masih rentan terhadap dolar AS, termasuk Indonesia,” ungkap Sandra dalam tayangan YouTube Bravos Radio, dikutip Selasa (21/6/2022).
Untuk diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah mendekati angka 15.000. Apalagi masih banyak bahan-bahan pokok kita yang harus disuplai impor. “Bahan pokok yang masih impor misalnya kedelai, yang terkena pukulan ganda, yakni naiknya harga bahan itu sendiri dan karena lemahnya nilai tukar kita terhadap dolar. Sehingga harga pangan di Indonesia pasti akan naik tinggi sehingga menyumbangkan inflasi,” jelas Sandra.
Ia kemudian bercerita kenapa inflasi di Indonesia masih di level 4 persen, padahal di India dan AS misalnya sudah di angka 8 persen. “Ya karena harga di sektor energi kita masih ditahan (disubsidi) oleh pemerintah. Untuk hal ini pemerintah sebenarnya sudah tertekan, subsidi energi sudah sangat memberatkan, sudah sekitar Rp 500 triliun,” ujarnya.
Menurut Sandra, jika pemerintah sudah lepas tangan atau tak sanggup lagi untuk memberikan subsidi khususnya di sektor energi, maka Indonesia akan sama dengan sejumlah negara yang kini sudah di ambang resesi. Apalagi ini ditambah dengan sektor pangan dengan kenaikan harga yang tak terkendali.
“Dan dampaknya pasti akan memukul sekali daya beli masyarakat kita yang memang sudah sangat terpukul. Apalagi kelas buruh atau kelas pekerja kemarin hanya dinaikkan upahnya 1 persen, bahkan di beberapa wilayah tidak naik, padahal inflasi sudah memotong nilai upah mereka,” jelasnya.
“Jadi kelas pekerja Indonesia ini semakin miskin, kemudian petani sawit juga sedang sangat menderita karena harga jatuh. Pada waktu yang sama harga pupuk meningkat sampai 300 persen. Dan ini sangat terkait dengan kenaikan harga energi dunia tadi,” tambahnya. [wip]