(IslamToday ID) – Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia masih jauh di bawah harga pasar dunia. Hal ini tak lepas dari subsidi yang diberikan pemerintah.
Menurut Nicke, karena subsidi itu harga BBM bisa ditahan tetap murah. Padahal, harga minyak dunia belakangan ini melonjak tajam akibat perang yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina.
Namun di tengah kondisi itu, harga BBM di Pertamina masih jauh lebih rendah dibandingkan di tingkat global.
Sebagai contoh, katanya, Pertamina menjual solar atau CN48 bio-solar B30 itu dengan harga Rp 5.150 per liter. Padahal, dengan harga minyak hari ini seharusnya solar dibanderol Rp 18.150 per liter.
“Jadi kalau kita bandingkan harga yang ditahan dicap oleh pemerintah dengan harga keekonomian di Juli ini, untuk solar ini selisih Rp 13.000,” kata Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR, Rabu (6/7/2022).
Kemudian, untuk pertalite masih dijual dengan harga Rp 7.650. Padahal, katanya, dengan kenaikan harga pasar, BBM jenis Ron 90 yang setara dengan pertalite seharusnya dijual dengan harga Rp 17.200.
“Sehingga untuk setiap liter pertalite yang dibeli masyarakat, pemerintah mensubsidi Rp 9.550,” ujar Nicke seperti dikutip dari CNN Indonesia.
Lebih lanjut, ia mengklaim harga elpiji penugasan sudah sejak 2007 belum ada kenaikan, sehingga masih dijual Rp 4.280 per kg. Padahal harga keekonomian elpiji adalah Rp 15.698 per kg. “Subsidi dari pemerintah adalah Rp 11.448 per kg,” ujarnya.
Sedangkan untuk pertamax, Pertamina masih mematok harga Rp 12.500 per liter meski di pasar global dijual Rp 17.950 per liter.
“Kalau kita lihat untuk RON 92 (setara pertamax) ini kompetitor sudah menetapkan harga Rp 17.000, karena memang harga keekonomian adalah Rp 17.950 per liter,” lanjut Nicke.
Bahkan, ia menyebut ada kemungkinan pertamax dapat disubsidi jika mengacu kepada roadmap atau peta jalan pemerintah untuk mencapai target net zero emission pada 2060.
“Subsidi BBM ada roadmap, dulu yang disubsidi premium maka masyarakat pindah ke pertalite karena pertalite lebih tinggi, sehingga emisinya bisa kita kurangi. Sekarang yang disubsidi ron 90, itu pengurangan karbon emisinya besar,” jelasnya.
Sebab, Nicke tidak menutup kemungkinan jika BBM Ron 92 alias pertamax akan menjadi objek subsidi, sama seperti pertalite.
“Roadmap pemerintah paling baik mensubsidi bahan bakar ramah lingkungan sesuai target net zero emission 2060. Maka roadmap berikutnya yang disubsidi adalah pertamax. Ada roadmap tahapannya, kan tidak bisa serta merta pindah. Ini kita lakukan bertahap,” ungkapnya. [wip]