(IslamToday ID) – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan penikmat bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite 80 persennya merupakan orang-orang kaya. Sementara sisanya 20 persen adalah orang yang berhak yakni orang yang tidak mampu.
“Dari subsidi pertalite Rp 93,5 triliun ini 80 persen dinikmati oleh rumah tangga yang relatif mampu, bahkan sangat kaya, hampir Rp 60 triliun dari Rp 90 triliun,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers, Jumat (26/8/2022).
Sedangkan, katanya, masyarakat miskin seperti pemakai motor hanya mengkonsumsi pertalite 20 persen saja.
Sementara untuk konsumsi solar subsidi untuk masyarakat tidak mampu hanya sekitar 5 persen, sementara 95 persen dinikmati oleh orang-orang mampu dari nilai subsidinya mencapai Rp 149 triliun.
Dalam kesempatan yang sama, Sri Mulyani membeberkan bahwa harga keekonomian pertalite mencapai Rp 14.450 per liter dan solar subsidi Rp 13.950 per liter.
Sejatinya, harga pertalite dan solar subsidi yang saat ini dijual ke masyarakat masih di bawah harga keekonomian. Untuk pertalite pemerintah masih mensubsidi mencapai Rp 6.800 per liternya.
“Kalau menggunakan harga dengan dolar ke rupiah Rp 14.450 dan ICP 100 dolar AS per barel, harusnya harga solar di Rp 13.950 per liter dan harga Pertalite Rp 14.450 per liter. Harga pertalite ini 53 persen rakyat yang mengkonsumsi dan menggunakan pertalite mendapatkan subsidi Rp 6.800 setiap liter yang dibeli,” terang Sri Mulyani dikutip dari CNBC Indonesia.
Ia menyatakan, jika melihat outlook harga minyak sampai akhir tahun, diproyeksikan harga minyak sepanjang tahun mencapai 104,8 dolar AS per barel.
“Konsekuensinya, harga-harga yang ada di masyarakat untuk energi tidak berubah. Solar harga jual eceran ditetapkan Pertamina dengan seizin pemerintah hanya Rp 5.150 per liter. Ini artinya harga solar jauh di bawah, hanya 37 persen dari harga rillnya atau keekonomiannya,” tandas Sri Mulyani.
Kemudian untuk pertamax yang sekarang harganya di Rp 12.500, seharusnya harga berdasarkan ICP 105 dolar AS dan kurs Rp 14.700 itu seharusnya di Rp 17.300 per liter.
“Jadi bahkan pertamax sekalipun yang dikonsumsi mobil-mobil yang biasanya bagus, berarti yang pemiliknya juga mampu, itu setiap liternya mereka mendapatkan subsidi Rp 4.800,” ungkap Sri Mulyani.
Lebih lanjut, ia juga membeberkan harga keekonomian elpiji 3 kg alias gas melon. Saat ini harga jualnya Rp 4.250 per kilogram. “Kalau mengikuti dengan harga gas dan kurs harusnya di angka Rp 18.500. Ini artinya setiap kilo elpiji, konsumen mendapatkan subsidi Rp 14.250,” kata Sri Mulyani. [wip]