(IslamToday ID) – Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra dikabarkan meninggal dunia, Ahad (18/9/2022) di Malaysia. Kabar meninggalnya Azyumardi diungkapkan oleh Ketua Komisi Penelitian, Pendataan dan Ratifikasi Dewan Pers, Ninik Rahayu.
“Benar. Pukul 12.30 waktu setempat. Saya konfirmasi ke istri beliau yang berada di sana. Sekarang jenazahnya sedang diurus kedutaan,” kata Ninik dikutip dari CNN Indonesia.
Sementara itu, anggota Dewan Pers Yadi Hendriana juga membenarkan kabar meninggalnya Azyumardi.
“Innaa lillahi wa inna ilaihi raji’un. Telah meninggal Prof Dr Azyumardi Azra CBE. Semoga beliau husnul khatimah, ditempatkan di kalangan orang berilmu dan mujahid di sisi Allah. Amin,” katanya.
Pada Jumat (16/9/2022), Azyumardi sempat dibawa ke Rumah Sakit Serdang, Selangor, tak lama setelah tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (16/9/2022). Azyumardi dibawa ke rumah sakit setelah mengalami gangguan kesehatan. Azyumardi juga dikabarkan mendapatkan perawatan di ruang khusus Covid-19.
Azyumardi adalah Ketua Dewan Pers periode 2022-2025. Ia juga dikenal sebagai salah satu intelektual Islam terkemuka. Karya-karyanya tersebar di jurnal ilmiah hingga media massa.
Selain itu Azyumardi produktif menulis buku. Beberapa karyanya yang dikenal luas antara lain Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (2004), Renaisans Islam Asia Tenggara (1999), Pergolakan Politik Islam (1996).
Azyumardi lahir pada 4 Maret 1955 dan mengawali pendidikan tingginya di Fakultas Tarbiyah IAIN Jakarta pada 1982. Ia meraih gelar Master of Art (MA) di Departemen Bahasa dan Budaya Timur Tengah, Columbia University Amerika Serikat pada 1988.
Ia mendapatkan beasiswa Fullbright dan Columbia President Fellowship saat meraih gelar MA di kampus tersebut. Azyumardi juga mendapatkan gelar doktoral di kampus yang sama.
Disertasi doktoralnya yang berjudul “The Transmission of Islamic Reformism to Indonesia: Network of Middle Eastern and Malay-Indonesian Ulama in the Seventeenth and Eighteenth Centuries” diterbitkan menjadi buku.
Azyumardi juga berhasil mendapatkan gelar Guru Besar Sejarah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah.
Usai kembali ke Indonesia pada 1993, Azyumardi mendirikan dan menjadi Pemimpin Redaksi Studia Islamika, sebuah jurnal Indonesia untuk studi Islam. Ia tercatat pernah menjadi wartawan Panji Masyarakat pada 1979-1985.
Berbagai jabatan akademis juga sempat diemban Azyumardi. Ia tercatat menjadi Dosen Fakultas Adab dan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta sejak 1992 sampai sekarang.
Ia juga pernah menjadi profesor tamu pada Universitas Filipina dan Universitas Malaya, Malaysia pada 1997. Namun nama Azyumardi makin populer ketika menjabat sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah pada periode 1998-2006.
Pada 2010, Azyumardi diberikan gelar Commander of the Order of British Empire dari mendiang Ratu Inggris Elizabeth II. Gelar CBE diberikan oleh Kerajaan Inggris kepada individu untuk menghargai kontribusi positif yang telah dilakukan di bidang pekerjaan mereka.
Dengan gelar kehormatan itu, Azyumardi telah diakui sebagai anggota keluarga bangsawan Inggris. Ia berhak memakai gelar ‘Sir’ di depan namanya hingga bebas keluar-masuk Inggris tanpa visa. Artinya, Azyumardi ‘dinobatkan’ sebagai individu pemegang gelar ‘Sir’ pertama di Indonesia. [wip]