(IslamToday ID) – Presiden Jokowi mengatakan sebanyak 28 negara sudah mengantre untuk meminjam dana dari lembaga moneter internasional (IMF). Menurutnya, kondisi tersebut merupakan dampak dari situasi global yang semakin tidak pasti.
“Pagi tadi saya dapat informasi dari pertemuan di Washington DC, 28 negara sudah antre di markasnya IMF, menjadi pasien,” katanya saat membuka ‘Investor Daily Summit 2022’ yang disiarkan secara daring, Selasa (11/10/2022).
“Ini yang sekali lagi kita tetap harus menjaga optimisme, tapi yang lebih penting hati-hati dan waspada, eling lan waspodo,” tambahnya dikutip dari Kompas.
Jokowi lantas menjelaskan hampir semua negara di dunia saat ini mengalami inflasi. Belum lagi ada dampak dari perubahan iklim dan situasi geopolitik yang memperparah krisis ekonomi dan energi. Menurutnya, dengan situasi yang ada sekarang ini, negara manapun dapat terlempar dengan cepat.
“Apabila tidak hati-hati dan tidak waspada, baik dalam pengelolaan moneter dan pengelolaan fiskal, apalagi setelah perang Rusia dan Ukraina, kita tahu, pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 yang sebelumnya diperkirakan 3 persen, terakhir sudah diperkirakan jatuh di angka 2,2 persen,” jelas Jokowi.
“Inilah yang sering disampaikan membayar harga dari sebuah perang. Yang harganya sangat mahal sekali, tetapi dengan ketidakpastian yang tadi saya sampaikan kita harus tetap optimis,” tambahnya.
Jokowi mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2022 ini sebesar 5,44 persen. Ia menyebutkan, pertumbuhan tersebut menjadi salah satu yang terbaik di dunia.
Sementara itu, lanjut Jokowi, inflasi di Indonesia masih terkendali setelah adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu. Menurut kepala negara, inflasi saat ini masih berada di bawah 5,9 persen.
“Ini juga kita tetap syukuri karena kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, sekarang ini di Argentina (inflasi) sudah 83,5 persen, dengan kenaikan suku bunga sudah 3.700 basis poin. Kita inflasi 5,9 dengan perubahan suku bunga di 75 basis poin,” jelasnya.
Merujuk kepada kondisi tersebut, Jokowi menyebutkan kondisi moneter Indonesia masih pada posisi yang bisa dikendalikan. Ia mengatakan, kondisi tersebut juga didukung keseharian antara Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral dan Kementerian Keuangan berjalan beriringan dan tidak saling tumpang tindih.
“Ini yang saya lihat komunikasi baik sehingga fiskal dan moneter bisa berjalan bersama-sama,” pungkas Jokowi. [wip]