(IslamToday ID) – Ekonom senior Rizal Ramli blak-blakan sering jadi sasaran ribuan buzzer jika menuliskan kritik terhadap pemerintah melalui akun media sosialnya. Ia pun sampai bisa mengidentifikasi siapa-siapa buzzer-buzzer rupiah yang menyerang dirinya itu.
“Jadi yang menarik, kalau tweet saya biasa-biasa aja ya nggak ada reaksi lah, tapi begitu menyinggung bosnya (Jokowi) langsung semalam itu bisa ribuan (buzzer), bahkan pernah sampai hampir 6.000 buzzer yang maki-maki kita,” kata Rizal Ramli dalam percakapannya dengan jurnalis senior Hersubeno Arief di YouTube FNN, Jumat (25/11/2022).
Dengan mengamati fenomena itu, Rizal Ramli kemudian berinisiatif untuk berburu buzzer. Menurutnya, ada tiga tanda sederhana yang berhasil diidentifikasi dari banyaknya buzzer yang menyerang dirinya.
“Siapa sih buzzer rupiah? Apa tanda-tandanya? Nah ternyata tanda-tandanya sederhana: miskin fakta atau tidak paham fakta, miskin logika, dan miskin kosakata. Karena dia pakai kosakata yang diarahkan oleh kakak pembina, misal Rizal Ramli pecatan, Rizal Ramli nyinyir, Rizal Ramli iri hati, Rizal Ramli gak ada prestasi,” ungkapnya.
Ia kemudian menghubungkan fenomena buzzer itu dengan istilah dalam bahasa Jawa yakni nabok nyilih tangan atau memukul dengan memakai tangan orang lain. “Jokowi-nya sendiri tetap kelihatan bijaksana, main tengah, dikritik gak komentar, tapi tangan kirinya nyuruh buzzer, nyuruh influenzer untuk menyerang tokoh-tokoh ini. Ini feodal banget lah, hajar dari belakang. Lama-lama kita tahu polanya,” ungkapnya.
Pengakuan Rizal Ramli itu juga sejalan dengan tweetnya saat menanggapi sederet pernyataan dari politikus senior PDIP Panda Nababan yang sempat membuat heboh beberapa waktu lalu. Saat itu Panda berbicara soal cara berpolitik Jokowi yang disebutnya pintar membalas dendam dengan cara tak terduga.
Melalui cuitannya di media sosial, Rizal Ramli mengaitkan hal itu dengan pengerahan buzzer untuk membungkam pihak oposisi pemerintah. “Nabok nyilih tangan,” cuitnya pada Selasa (22/11/2022). “Teknik meminjam tangan orang lain untuk gebuk musuh.”
“Contoh: pura-pura bijak tidak bereaksi, tapi kerahkan influenceRp dan BuzzeRp berbayar (pakai anggaran/bandar) untuk gebukin tokoh-tokoh yang berbeda pendapat. Walaupun signal sempat keceplos, ‘Tak Gebuk, Tak Gebuk’,” sambung Rizal Ramli. [wip]