(IslamToday ID) – Satgas Operasi Damai Cartenz merilis daftar pencarian orang (DPO) terhadap 16 orang tersangka dalam kasus pembakaran pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK-BVY, yang terjadi di lapangan terbang Paro, Nduga, Papua Pegunungan pada 7 Februari 2023 lalu.
Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz, Kombes Pol Faisal Ramadhani mengatakan 16 pelaku pembakaran pesawat Susi Air itu ditetapkan sebagai DPO atau buronan Polda Papua.
“Hasil gelar perkara yang beberapa hari lalu kita lakukan, kita sudah menetapkan 16 orang sebagai DPO untuk kasus pembakaran pesawat. Dan untuk itu, kita sudah tetapkan DPO-nya,” kata Faisal dikutip dari IDN Times, Selasa (28/3/2023).
Disebutkan bahwa 16 orang tersebut merupakan anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) yang berada di dalam video yang disebarkan Sebby Sambom yang mengaku sebagai Juru Bicara TPNPB-OPM.
“Iya ada beberapa (di dalam video), tapi ada juga yang kita identifikasi berdasarkan keterangan dari lima orang saksi,” kata Faisal.
Kendati demikian, ia tidak memaparkan secara detail 16 nama DPO tersebut. Ia hanya memastikan bahwa satu di antaranya adalah Egianus Kogoya.
Lebih lanjut disampaikan, hingga saat ini TNI-Polri terus melakukan pencarian terhadap pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Merthens yang disandera bersamaan dengan aksi pembakaran pesawat. “Sampai sekarang kita masih melakukan pencarian terhadap keberadaan pilot,” kata Faisal.
Perihal itu, segala upaya telah dilakukan mulai dari pencarian oleh TNI Polri dan juga upaya negosiasi melalui para tokoh setempat agar pilot dapat dibebaskan. Namun upaya tersebut belum membuahkan hasil. “Kami berusaha mudah-mudahan bisa menyelamatkan pilot,” tutur Faisal.
Diungkapkan, pihaknya pun sedang mendalami apakah ada kelompok-kelompok lain di luar Nduga, yang masuk untuk membantu kelompok Egianus Kogoya.
Sementara itu, Faisal juga menampik perihal adanya aksi-aksi penembakan di wilayah lain yang dinilai merupakan upaya untuk memecah konsentrasi operasi penyelamatan Kapten Philip Mark Merthens.
Menurutnya, masing-masing KKB di Papua selalu bergerak sendiri-sendiri dan bukan satu kesatuan, sehingga aksi-aksi di wilayah lain tidak ada kaitannya dengan penyanderaan pilot. “Sampai sekarang kita yakini bahwa kelompok kriminal bersenjata yang ada di Papua ini bukan merupakan satu kesatuan,” ujarnya.
Berdasarkan pengamatan data per tahunan, dijelaskan bahwa setiap tahun aksi penembakan memang selalu intens dilakukan dari bulan Februari hingga Juli.
“Jadi kejadian-kejadian belakangan ini kalau kita amati tentunya setiap di awal tahun, dari mulai bulan Februari sampai nanti bulan Juli, itu pasti ada peningkatan intensitas. Selalu seperti itu setiap tahun. Data itu menunjukkan bahwa di awal sampai pertengahan tahun, kegiatan aksi akan meningkat,” pungkasnya. [wip]