ISLAMTODAY — Kenaikan harga BBM membuat masyarakat nelayan kehilangan mata pencaharian mereka. Naiknya harga BBM dari Rp 8.000,00 menjadi Rp 18.000,00 hingga Rp 23.000 di kawasan timur Indonesia membuat nelayan tidak lagi melaut.
Hal ini diungkapkan oleh Dirjen Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Zaini. Kini jumlah nelayan yang melaut berkurang hingga 50%.
“Kalau kapal 10 GT itu sampai sekarang ada 200 ribu unit. Kalau per kapal ada 10 orang, berarti total 2 juta orang. Nah, kalau 50% saja drop nggak berlayar, mereka ini lah yang terkena dampak langsung. Jadi pengangguran. Akibat kenaikan harga BBM nonsubsidi,” kata Zaini.
Zaini menambahkan kapal-kapal dengan kapasitas 10 GT memang rawan terhadap dampak kenaikan BBM. Sebab mereka tidak lagi menggunakan BBM bersubsidi sebagai mana kapal nelayan kecil yang bermuatan 5 GT.
“Yang bisa gulung tikar itu yang kapal 10 GT ke atas ini. Lihat saja di Muara Baru, kapal-kapal uang numpuk. Tadinya cuma sekitar 300 kapal per hari, sekarang di sana ada 800-an kapal. Karena kenaikan BBM,” ujar Zaini.
Berkurangnya jumlah kapal yang melaut juga berimbas pada jumlah tangkapan ikan yang menurun. Sebelum BBM naik, pada Juni lalu jumlah tangkapan ikan mencapai 22,49ribu ton, dan pada Juli ini turun menjadi 12,46 ribu ton ikan.
“Kalau pasokan turun, harga akan naik. Terjadi kenaikan harga signifikan sejak Mei 2022. Berdasarkan tren harga ikan rata-rata yang didaratkan di 22 lokasi pelabuhan perikanan UPT Pusat, di bulan Juli 2022 melonjak jadi Rp24.887 per kg, dari posisi Juni 2022 yang masih Rp22.991 per kg,” ujar Zaini.