ISLAMTODAY — Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) yang juga Rektor Universitas Paramadina, Prof. Dr. Didik Rachbini mengatakan tentang ancaman inflasi global terhadap Indonesia. Gelombang inflasi di hampir 60 negara benar-benar harus diwaspadai oleh pemerintah Indonesia.
Penetapan harga jual BBM di Indonesia yang di bawah pasaran menjadi pangkal masalah. Harga Pertalite rata-rata di pasaran ialah Rp 17ribu sampai Rp 20ribu, sementara di Indonesia hanya Rp 7.650,00. Kenaikan harga minyak dunia memang dibarengi oleh kenaikan sejumlah komoditas ekspor Indonesia. Sebut saja batu bara dan kelapa sawit, namun kenaikan ini tak berdampak signifikan.
Harga Pertalite hari ini merupakan hasil subsidi dari APBN, pajak dan pajak non bukan pajak (PNBP). Pemerintah dalam posisi yang dilematis di tengah tingginya harga minyak dunia namun jika BBM dipaksakan naik maka harga-harga pun naik.
“Sementara jika harga Pertalite dinaikkan, maka harga-harga akan beranjak naik. Ada dilema yang dihadapi Pemerintah sekarang,” jelas Prof. Didik
Ia juga mengkritisi besaran anggaran subsidi yang diklaim pemerintah mencapai Rp 500 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih bermanfaat jika digunakan untuk membangun rumah rakyat daripada subsidi BBM.
“Ironisnya yang menikmati subsidi itu juga para orang kaya. Penghematan harus dilakukan rakyat. Meski kondisinya tidak seperti Pakistan atau Sri Lanka yang rusuh,” tutur Prof. Didik.
Prof. Didik menuturkan di tengah situasi sulit ini pemerintah harus bijak. Jika terjadi pemerintah gegabah maka APBN bisa jebol
“Jika kebijakan masa sulit ini bisa dilakukan dengan baik maka masa sulit terlewati. Sebaliknya, jika kebijakan yang dilakukan sembrono, APBN dibiarkan jebol maka ekonomi Indonesia akan menghadapi masalah,” pungkasnya.