ISLAMTODAY — Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) baru-baru ini berbicara tentang adanya resesi geopolitik global. Sebuah era baru persaingan antara kekuatan-kekuatan besar di dunia.
“Kita memasuki era baru persaingan kekuatan besar,” kata SBY dalam pidatonya dalam kuliah umum di Syarahan Canselor Tuanku Muhriz ke-5 di Universiti Kebangsaan Malaysia pada Selasa 16 Agustus 2022.
Para pakar geopolitik menyebut situasi hari ini dengan tiga istilah Perang Dingin 2.0, Perang Dingin Baru, atau Perdamaian Panas. Dalam bahasa yang lebih halus fenomena hari ini bisa dikatakan sebagai resesi geopolitik.
“Beberapa pakar telah mulai berbicara tentang Perang Dingin 2.0, Perang Dingin Baru, atau Perdamaian Panas. Agar lebih nyaman, kita sebut saja situasi ini sebagai resesi geopolitik,” tutur SBY.
Resesi geopolitik global ini ditandai dengan meletusnya Perang Ukraina pada 24 Februari 2022. Peristiwa ini akan menyeret pada eskalasi ke level berikutnya.
“Persaingan kekuatan besar sekarang memasuki fase berbahaya, tarifnya meningkat, biayanya lebih mahal, taruhannya lebih tinggi,” ungkap SBY.
SBY menambahkan konflik perang yang terjadi di Ukraina adalah kompetisi untuk saling mengalahkan. Dengan pola zero-sum, yang berarti satu pihak harus menang dan pihak lain harus kalah.
“Hubungan antar-kekuatan besar ditandai dengan konflik yang intensif, meningkatkan persaingan, membuahkan rasa tidak aman, sehingga tumbuh rasa saling tidak percaya,” tandasnya.