ISLAMTODAY — Beberapa bulan terakhir satu persatu perusahaan rintisan atau start up di Indonesia melakukan efisiensi karyawannya dengan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Total sudah ada 17 start up di Indonesia yang terpaksa mem-PHK ratusan karyawannya.
Berikut deretan start up yang mem-PHK karyawannya Tanihub, SiCepat, LinkAja, Zenius, JD.ID, Mobile Premier League (MPL), Line, Beres.id, Pahamify, MamiKos, Shopee, Tokocrypto, Xendit, Carsome, Fabelio, Bananas, hingga Binar Academy.
Kepala Pusat Inovasi dan Ekonomi Digital Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda mengungkapkan tingginya biaya yang dibutuhkan untuk berinvestasi start up akhir-akhir ini menurunkan semangat berinvestasi.
“(Tingginya biaya investasi) cost of fund akan cenderung meningkat yang pada akhirnya akan menurunkan investasi,” kata Nailul dilansir dari tempoco, Senin (17/10/2022).
Satu-satunya opsi paling rasional yang bisa dilakukan ialah melakukan pengurangan jumlah pekerja. Hal ini dilakukan demi mempertahankan perusahaan.
“Maka secara rasional perusahaan akan mengurangi jumlah pegawai untuk bisa bertahan,” ujar Nailul.
Nailul juga mengungkapkan bahwa saat ini pendanaan di bisnis start up tidak lancar.
“Selain itu, di bisnis startup ternyata pendanaan sangat seret di tahun ini,” tutur Nailul.
Pendanaan yang seret mau tak mau juga berimbas pada operasional perusahaan start up. Bagi mereka yang tak mampu bersaing pasti akan kolaps.
“Akibatnya banyak startup digital yang tidak mampu bersaing dan beroperasional tanpa pendanaan investor. Alhasil banyak yang kolaps,” kata ucap Nailul.
Nailul juga menambahkan bahwa aksi merumahkan karyawan perusahaan start up tidak hanya fenomena di Indonesia saja. Fenomena serupa juga terjadi di luar negeri seperti yang dilakukan oleh Meta dan Google.