(IslamToday ID) – Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) periode tahun 2019 sampai tahun 2021, Komjen Pol Dharma Pongrekun turut bersuara terkait dunia kesehatan RI yang sedang tidak baik-baik saja. Ia turut bersuara terkait proyek penyebaran nyamuk bionik atau buatan oleh ‘World Mosquito Program’ di Indonesia yang berujung pada proyek vaksin mirip dengan Covid-19.
“Kalau saya boleh bilang ini nyamuk bionik (buatan), nyamuk buatan yang akan disebar ujung-ujungnya vaksin (sama kayak Covid-19),” kata Komjen Pol Dharma dilansir dari Channel Youtube Jeg Bali, ‘Bocoran Komjen Dharma Pongrekun Soal Program Nyamuk Buatan Bill Gates, Pandemi Baru???’, edisi hari Senin 13 November 2023.
Komjen Pol Dharma menjelaskan tentang rencana vaksinasi tersebut ialah beredarnya surat sosialisasi vaksinasi. Salah satunya sosialisasi di Kalimantan beredar sosialisasi vaksinasi Japanese Encephalitis untuk mengatasi dampak dari nyamuk buatan bernama culex.
“(Vaksinasi) yang sudah mulai disosialisasikan di masyarakat bahkan banyak surat edaran, di Kalimantan (misalnya) akan digalakan masalah vaksinasi Japanese Encephalitis untuk mengatasi virus dari nyamuk culex,” ungkap Komjen Pol Dharma.
Situasi yang berbahaya ini juga telah disuarakan oleh sejumlah pakar dan eks Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari. Ia bahkan mengungah sebuah video singkat lewat akun tiktoknya @siti_fadilah_supari pada 8 November 2023.
Siti dalam videonya mengatakan jika pemerintah Indonesia telah melakukan penyebaran nyamuk buatan tersebut pada awal sampai pertengahan bulan September 2023 kemarin. Nyamuk-nyamuk tersebut disebar di sejumlah titik seperti Jakarta Barat, Jawa Tengah dan Bandung.
“Kemudian pada November ini, Bali merupakan giliran yang berikutnya. Nah ceritanya kenapa pemerintah menyebar nyamuk ternyata penyebaran nyamuk ini adalah salah satu dari program dunia, World Mosquito Program,”
“Nyamuk itu direkayasa, direkayasa genetika jadi gen-nya yang disuntik (bakteri) Wolbachia,” imbuhnya.
Ia juga menjelaskan tentang riwayat nyamuk buatan tersebut yang berasal dari nyamuk-nyamuk di Indonesia yang diternakan ulang di Kolombia. Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa nyamuk ini mampu menurunkan angka kesakitan akibat DBD hingga 77%, namun memiliki risiko jangka panjang bagi keberlangsungan ekologi manusia.
“Setiap penelitian yang menyenggol gen, nyenggol-nyenggol genetik itu erornya tidak bisa kita ketahui sekarang juga. Kita baru bisa tahu antara dua tahun dan sepuluh tahun yang akan datang,” ujar Siti Fadilah berdasarkan dialognya dengan para ahli dari UGM.
“Nyamuk adalah bagian daripada rantai ekologi yang sudah berlangsung di dunia ini dan biasanya Tuhan menciptakan itu seimbang kenapa sekarang nyamuk itu sekarang akan dimusnahkan dengan cara seperti itu?,” tandasnya.
Para ekolog dari UGM khawatir jika nyamuk aedes musnah dengan cara rekayasa genetika akan menjadi penyebab peristiwa besar seperti musnahnya kupu-kupu. Dampak fatal dari pemusnahan kupu-kupu di suatu pulau ialah bencana angin tornado.
“Maka mereka (para ahli dari UGM) pada protes, dan masyarakat Bali yang lebih dahulu mengetahui mereka melakukan protes bersama-sama,” ucap Siti Fadilah.
Seperti diketahui proyek penyebaran nyamuk di Denpasar Bali yang seharusnya pada 13 November 2023 kemarin akhirnya ditunda. Selain masyarakat Bali, dari sebelas negara yang mengikuti program penyebaran nyamuk buatan ini, Singapura memilih mundur, lantas bagaimana dengan Indonesia?.
“Bagaimana dengan saudara-saudara anda mau daerah anda disebari nyamuk?. Barangkali anda nggak merasa ya, Jawa Barat, Jakarta Barat sudah disebari nyamuk. Bagaimana sih cara nyebarin?,” kata Siti Fadilah.
“Ternyata disebarinnya lewat gelas-gelas yang berisi telor-telor nyamuk lewat RT/RW. Lagi-lagi kita menjadi bahan penelitian, ya itulah nasib kita, siapa yang mau memikirkan kita kalau bukan kita sendiri?,” tegasnya.