ISLAMTODAY.ID | Setiap tanggal 19 September, Pemprov DKI memperingati Peristiwa IKADA. Belum lama ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri peringatan 74 tahun Rapat Raksasa Lapangan Ikada di Monas, Jakarta Pusat, (19/9/2019).
“Hari ini kita mendengar 300 ribu orang berkumpul di Monas hal biasa tapi bayangkan tahun ’45, saat peristiwa itu terjadi. Apa yang membuat itu muncul? Sebulan sebelumnya ada kemerdekaan dideklarasikan,” ucap Anies dalam pidatonya.
Sebagai informasi, Rapat Raksasa Lapangan Ikada terjadi di Lapangan Ikada yang kini dikenal sebagai Monas pada 19 September 1945. Dalam rapat itu, Presiden RI pertama Sukarno menyampaikan pidatonya.
Apa yang menjadi latar belakang peristiwa IKADA? Pemuda Indonesia kecewa melihat Jepang yang sudah kalah perang masih berkuasa atas nama Sekutu. Pada tanggal 12 September 1954 tersiar kabar dari Singapura, Inggris diberi kuasa oleh Sekutu untuk ambil alih pemerintahan Jepang di Indonesia.
Menurut sejarawan JJ Rizal, kalangan pemuda menganggap peristiwa proklamasi berjalan terlalu adem. Mereka, utamanya golongan Sjahrir dan Tan Malaka yang ikut terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok, merasa tidak puas dan kecewa karena Jepang masih berkuasa.
Maka digagaslah rapat raksasa di Ikada. Salah satu tujuannya adalah mendapatkan kepastian dari pemerintah Republik Indonesia, mengenai apakah benar saat itu Indonesia sudah merdeka. Di pinggiran Jakarta, saat itu kabar ini masih desas-desus. Maklum saja sebab tentara Jepang menutup rapat-rapat berita ini dan melarang peristiwa proklamasi disebarluaskan melalui media apa pun juga.
Kronolgi peristiwa 19 September 1945, dimulai pagi hari, rakyat sudah membajiri lapangan Ikatan Atletik Djakarta (IKADA), sekarang adalah lapangan Monas. Orang yang datang bukan hanya dari Jakarta, tapi juga dari Bogor, Bekasi, Cikampek, Sukabumi dan Bandung. Sampai matahari tinggi Bung Karno belum juga datang. Perkiraan orang yang datang sekitar 250.000 orang orang Badan perjuangan yang datang: BKR Jakarta, Mahasiwa Prapatan 10, Pemuda Menteng 31, Barisan Pelopor, Barisan Banteng, Barisan Hisbullah, Laskar Jakarta Imam Syafii dan Daan Anwar, Laskar Klender H. Darip.Pukul 17.00 Sukarno dan rombongan dari Prapatan 10 menuju IKADA.
Sukarno pidato singkat,” Percayalah rakyat kepada Pemerintah Republik Indonesia. Kalau saudara-saudara memang percaya kepada Pemerintah Republik yang akan mempertahankan Proklamasi kemerdekaan itu, walaupun dada kami dirobek-robek, kami tetap akan mempertahankan Negara Republik Indonesia. Maka berilah kepercayaan itu kepada kami dengan cara tunduk kepada perintah-perintah dan tunduk kepada disiplin.” Lalu, rakyat tertib membubarkan diri.
Peran Letkol Moeffreni Moe’min
Mengenang Rapat Raksasa IKADA, Bung Hatta berkali-kali berpesan bahwa tidak mungkin memperingati Proklamasi 17 Agustus 1945 tanpa Rapat IKADA 19 September 1945.
Pada 17 Agustus 1945 adalah hari di mana Proklamasi Kemerdekaan yang diumumkan terbatas di hadapan 200-an orang. Sedangkan pada 19 September 1945 mendapat kesempatan dinyatakan langsung dihadapan 250.000 orang. Suatu pernyataan bahwa Proklamasi Kemerdekaan bukan hanya tindakan segelintir elite, tetapi kehendak rakyat banyak. Sebuah penegasan, bahwa proklamasi bukan hadiah dari Jepang, tetapi harapan dan tekad rakyat Indonesia secara luas.
Tahun lalu (2018), saat peringatan Peristiwa Rapat Raksasa IKADA, selain dilakukan rekontruksi sejarah (reka ulang) di Monas, Forum Warga Betawi juga mengajukan Letkol Moeffreni Moe’min sebagai Pahlawan Nasional.
Sejarah mencatat, salah seorang yang berperan besar dalam rapat raksasa IKADA adalah Letkol Moeffreni Moe’min. Saat itu ia menjabat sebagai Ketua BKR Jakarta Raya 1945. Menurut Anwar Ali (Sejarawan), Moeffreni Moe’min adalah penggerak dan pengawal Presiden Sukarno saat rapat raksasa di lapangan Ikada (Monas) 19 September 1945.
Menyadari betapa pentingnya peran Moeffreni Moe’min, Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) pada 2017 lalu, mengusulkan Letkol Moeffreni Moe’min menjadi Pahlawan Nasional. Salah seorang penggagasnya ketika itu adalah Sekretaris Jenderal Lembaga Kebudayaan Betawi Ahmad Sarofi.
“Kita sudah roadshow dalam rangka usulkan pahlawan Betawi Letkol Moeffreni, yang punya peran besar dalam terlaksananya rapat raksasa Ikada. Kalau baca sejarah, rapat ini sangat penting. Proklamasi nggak banyak gaungnya, maka para pemuda menggagas memperkuat proklamasi dengan rapat Ikada,” ujar Ahmad Sarofi. (desastian)