IslamToday ID — Pembangunan institusi pendidikan pertama Turki Utsmani dimulai pada masa Orhan Ghazi, ia mengawali pembangunan madrasah pada tahun 1330-1331 M.
Madrasah sibyan mektepleri merupakan sekolah dasar era klasik yang umumnya didirikan oleh para sultan dan pejabat. Karena lokasi keberadaan mektepleri terletak di area kompleks masjid, alhasil di berbagai penjuru desa-desa pasti akan ditemukan sekolah dasar ini.
Pendidikan sekolah dasar saat itu pun sudah menerapkan kebijakan ruang kelas yang berbeda untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Setiap anak muslim memiliki hak yang sama untuk bersekolah. Saat itu belum ada sistem pendaftaran sekolah untuk bisa masuk ke sekolah dasar. Sekolah dikelola dan dijalankan oleh lembaga wakaf.
Reformasi Pendidikan Sultan Mahmud II
Turki Utsmani melakukan reformasi pendidikan pada masa Sultan Mahmud II. Pada era kepemimpinanannya ia memerintahkan agar usia anak-anak hingga dewasa jangan dihalangi masuk madrasah. Ia merupakan Sultan Turki Usmani yang mewajibkan kehadiran siswa di kelas, dibuatnya sistem kelas, membuka asrama khusus anak yatim, mengawasi kualitas guru. Urusan tata administrasi sekolah diatur oleh Syaikh al-Islam.
Untuk mendukung reformasi pendidikan Sultan Mahmud II mengeluarkan maklumat tentang pendidikan dasar. Sultan mewajibkan orang tua untuk menyekolahkan anaknya daripada bekerja. Anak-anak wajib mengikuti sekolah hingga usia pubertas. Maklumat tersebut berlaku di Kota Istanbul, bagi yang tidak patuh akan dikenai sanksi.
Menurut Harun Nasution dalam bukunya “Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan”, menjelaskan tentang berdirinya madrasah-madrasah pada era Kesultanan Mahmud II. Ketika itu berdirilah madrasah Mekteb-i Ma’arif (Sekolah Pengetahuan Umum), dan madrasah Mekteb-i Ulum-u Edebiye (Sekolah Sastra). Selain itu didirikan pula sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan. Sekolah kedokteran dan sekolah pembedahan digabung menjadi madrasah Dar-ul lum-u hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sabane.
Pada tahun 1864 dibentuklah Komisi Sekolah Dasar Muslim. Komisi ini menyusun kurikulum sekolah yang baru yakni dengan memasukan pelajaran menulis indah atau kaligrafi, kewarganegaraan, geografi dan aritmatika. Sementara untuk madrasah Mekteb-i Ma’arif dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye terdapat pelajaran tambahan seperti bahasa Perancis, ilmu bumi, ilmu ukur, sejarah dan ilmu politik. Begitupun madrasah Dar-ul lum-u hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sabane memperoleh pelajaran tambahan berupa ilmu alam, filsafat dan ilmu-ilmu lainnya.
Wakaf, Sumber Dana Pendidikan
Pendidikan era Kesultanan Turki Usmani sifatnya gratis, orang tua wali murid tidak dikenai biaya sekolah. Justru sebaliknya kalau mereka tidak mau menyekolahkan anaknya dikenai sanksi oleh negara. Sumber pendanaan operasional sekolah berasal dari wakaf, pajak lokal, zakat firah, zakat, serta hasil penjualan kulit hewan kurban.
Lembaga wakaf menjadi sumber pendanaan pendidikan anak-anak Islam saat itu. Sistem wakaf ialah bagian dari prinsip ekonomi umat Islam. Umat Islam meyakini bahwa kegiatan ekonomi berkaitan erat dengan akidah dan syari’at Islam sehingga orientasi umat untuk beribadah dan mencapai kemaslahatan bersama.
Pada tahun 1563 di Kota Bursa, Pemerintah Turki Utsmani mendirikan lembaga wakaf. Tujuannya adalah untuk melakukan pengumpulan dan pengelolaan wakaf yang digunakan untuk kepentingan serta kesejahteraan rakyat. Dana wakaf yang terkumpul digunakan untuk mendanai program pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan kepentingan dakwah.
Tidak heran jika di era kepemimpinan Sultan Hamid II jumlah sekolah dasar mengalami bertambah pesat. Kota Istanbul misalnya telah berdiri 355 sekolah dasar negeri dan tujuh sekolah dasar swasta. Di Kota Aydin bahkan ada 1.379 sekolah yang terdiri atas 669 sekolah dasar khusus laki-laki, 92 sekolah dasar khusus perempuan dan 699 sekolah campuran laki-laki dan perempuan. Begitu pula di kota lain seperti Kastamonu (855 sekolah dasar), Bursa (56 sekolah negeri dan 1.406 sekolah swasta). Bahkan di kota lain yang masuk kekuasaan Turki Utsmani juga terdapat banyak sekolah seperti Yerusalem (300 sekolah dasar), Beirut (200 sekolah dasar), dan Aleppo (100 sekolah dasar).
Penulis: Kukuh Subekti
Redaktur: Tori Nuariza