IslamToday ID –Situs Bongal di desa Jago Jago, kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah mengejnutkan banyak pihak. Situs ini sangat kaya dengan peninggalan arkeologis, terutama jejak peradaban Islam.
“Situs Jago-jago (Bongal) menyimpan kebudayaan Islam awal yang berasal dari abad pertama hijriyah. Yang ditemukan di Pulau Sumatera,” kata Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Utara (Balar Sumut), Dr. Ery Soedewo usai menyampaikan materi dalam FGD Islam dan Jalur Rempah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (22/12/2020).
Situs Bongal juga menjadi saksi bahwa pada abad pertama hijriyah Islam telah sampai di Nusantara, melalui Pulau Pantai Barat Sumatera. Tidak hanya itu, Islam membawa peradaban yang sangat maju.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, berdasarkan analisis temuan di kawasan itu, Situs Bongal diduga lebih tua 200 tahun dari Situs Lobu Tua dan Barus. Kawasan tersebut diperkirakan eksis pada abad 7 hingga abad 11 Masehi.
Beragam temuan arkeologis di situs Bongal juga semakin menguatkan betapa tua dan majunya peradaban di kawasan tersebut.
Salah satu bukti majunya peradaban Islam di kawasan Bongal adalah adanya jejak industri farmasi kuno di sana. Keberadaan industri farmasi kuno ini didasari oleh temuan pecahan kaca Timur Tengah.
Fragmen, pecahan botol kaca tersebut dulunya diduga merupakan alat penyulingan minyak pohon barus seperti kemenyan atau kamper.
“Wadah kaca yang bercerat (baca: bercorong) cukup panjang tampaknya ini adalah wadah kaca yang dulunya pernah difungsikan sebagai alat destilasi, entah kamper atau kemenyan,” ujar Ery.
“Artinya ada produksi komoditas lokal yang kemudian diekstrasi jadi suatu minyak yang mempunyai nilai jual yang cukup tinggi yang kemudian di bawah ke mancanegara,” imbuhnya.
Pelabuhan Internasional
Di masa lalu kawasan Bongal merupakan pelabuhan internasional. Berbagai sumber daya alam seperti kamper, kemenyan, pala, pinang, kemiri hingga emas menjadi komoditas utama para pedagang di Pantai Barat Sumatera.
“Emas, kamper, kemenyan, pala, damar, kemiri, dan pinang menjadi alasan (utama) para pelaut dan pedagang mancanegara dan Nusantara menyinggahi Bongal di masa lalu,” tutur Ery.
Namun demikian, Ery belum bisa memastikan siapa penguasanya pelabuhan internasional ini di masa silam. Namun menurutnya, pelabuhan tersebut merupakan kawasan perdagangan bebas dengan sistem ketataniagaan yang baik.
“Untuk sementara bisa kita anggaplah ini sebagai pelabuhan bebas yang tidak didominasi oleh kerajaan tertentu. Tapi dia mempunya sistem perdagangan yang memungkinkan mereka saling menghargai satu sama lain,” pungkas Ery.
Penulis: Kukuh Subekti/Arief Setiyanto