IslamToday ID –Situs Bongal, Desa Jago-jago, Kecamatan Badiri, Tapanuli Tengah merupakan situs penting yang diduga eksis pada abad ke 7 hingga 9 Masehi.
Peneliti Balai Arkeologi Sumatera Utara (Balar Sumut), Dr. Ery Soedewo menduga, Situs Bongal pernah menjadi pusat aktivitas manusia dari berbagai negara, atau merupakan pelabuhan internasional.
Menurutnya, sejumlah komoditas unggulan di Pantai Barat Sumatera menjadi daya tarik para pelaut dari berbagai negeri datang ke kawasan ini.
“Emas, kamper, kemenyan, pala, damar, kemiri, dan pinang menjadi alasan (utama) para pelaut dan pedagang mancanegara dan Nusantara menyinggahi Bongal di masa lalu,” Ery Jum’at (29/1/2021)
Ia juga menarik kesimpulan sementara, bahwa Situs Bongal juga menjadi saksi pada abad pertama hijriyah Islam telah sampai di Nusantara, melalui Pulau Pantai Barat Sumatera.
“Situs Jago-jago (Bongal) menyimpan kebudayaan Islam awal yang berasal dari abad pertama hijriyah. Yang ditemukan di Pulau Sumatera,” kata imbuh
Tidak hanya itu, Islam membawa peradaban yang sangat maju.
Berikut ini deretan temuan artifaktual di Situs Bongal yang menandakan eksistensi serta majunya peradaban di kawasan tersebut pada abad ke 7 hingga 9 Mesehi.
1. Koin Emas
Ditemukan koin emas era Bani Umayyah hingga Abbasiyah. Koin emas yang diterbitkan pada masa Bani Umayyah edisi 75-95 Hijriyah atau tahun 694 Masehi hingga 713 Masehi. Koin ini bisa menjadi bukti paling kuat keberadaan Situs Bongal telah ada sejak abad ke 7 Masehi.
Pada koin edisi perdana Umayyah ini masih mengadopsi koin-koin Persia Kuno. Hal ini ditandai dengan adanya gambar Raja Persia yang terakhir, yakni Raja Khusrau II/Kisra II. Hanya saja sudah dibubuhi tulisan arab di sekeliling gambar raja pada koin tersebut.
2. Pecahan Kayu
Pecahan kayu prasasti yang berdasarkan hasil uji karbon di Laboratorium Amerika, yang dikeluarkan pada November tahun 2020 lalu menunjukan hasil penanggalan karbonnya 668 Masehi-778 Masehi.
Kayu prasasti ini selain diuji dengan uji karbon juga dikaji dengan menganalisis jenis aksaranya.
Berdasarkan hasil paleografi menunjuka jika aksara tersebut berasal dari kisaran abad ke 7 Masehi hingga ke 8 Masehi. Hal ini juga dinilai sezaman dengan kerajaan Sriwijaya di daerah Sungai Musi, Sumatera Selatan.
3. Wadah Kalam
Kalam adalah salah satu alat tulis yang banyak digunakan di Arab, khususnya pada awal abad pertama hijriyah atau abad ke 7 Masehi hingga 9 Masehi. Para juru tulis di Arab pada saat itu banyak menggunakan kalam sebagai sarana tulis menulis.
Temuan alat tulis ini di Bongal sekaligus menunjukan bahwa kawasan Bongal adalah kawasan yang maju secara literasi akademik.
4.Guci Nishapur
Guci Neyshabur merupakan guci atau gerabah berglasir dari daerah Persia/Iran yang diyakini berasal dari abad ke 7 Masehi hingga 9 Masehi. Merupakan keramik berglasir yang pewarnaannya merupakan hasil pencampuran antara timah dan kaca.
Pola warna tersebut nantinya dioleskan ke lapisan terakota, gerabah atau tembikar.Teknik pembuatan ini sekaligus upaya mereka meniru model keramik, guci dari China. Hanya saja teknik pembakarannya yang berbeda, sehingga kualitas gucinya juga berbeda.
5.Fagmen Wadah kaca bercerat dari Timur Tengah
Fragmen wadah kaca tersebut diduga merupakan alat penyulingan minyak pohon dari pohon kapur ataupun kemenyan. Sehingga komoditas ini tidak dibawa ke berbagai negeri dalam bentuk bahan baku gelondongan pohon, melainkan telah dalam bentuk minyak dalam kemasan botol.
“Wadah kaca yang bercerat (baca: bercorong) cukup panjang tampaknya ini adalah wadah kaca yang dulunya pernah difungsikan sebagai alat destilasi, entah kamper atau kemenyan,” pungkas Ery
Penulis: Kukuh Subekti
Editor: Arief Setiyanto