• Login
  • Register
IslamToday
No Result
View All Result
  • Today
  • News
  • Ulas Nusa
  • Smartizen
  • Internasional
  • Jejak Peradaban
  • Documentary
  • Today
  • News
  • Ulas Nusa
  • Smartizen
  • Internasional
  • Jejak Peradaban
  • Documentary
No Result
View All Result
IslamToday
No Result
View All Result
Koran SI ‘Sarotomo’ dan ‘Doenia Bergerak’, Begitu Ditakuti Belanda

Ilustrasi Vergadeering Sarekat Islam Surabaya 26 Januari 1913

Home Ulas Nusa

Koran SI ‘Sarotomo’ dan ‘Doenia Bergerak’, Begitu Ditakuti Belanda

2021-02-17
0 0

ISLAMTODAY ID — Sejarawan muda alumni pascasarjana Universitas Indonesia (UI), Adhytiawan Suharto mengatakan bahwa tren kemunculan surat kabar di Hindia Belanda pasca berdirinya Sarekat Islam (SI) sangat ditakuti oleh Belanda. Hal ini sangat terlihat pada dua koran di bawah SI Solo seperti Sarotomo dan Doenia Bergerak.

Adhyt mengatakan bahwa berdirinya surat kabar SI di Solo memberi pengaruh yang cukup signifikan di berbagai daerah di Indonesia. Kehadiran Sarotomo di Solo terbukti mampu memberi pengaruh bagi pada para priyayi di Solo. Hal ini dilihat dari dengan mudahnya kehadiran SI diterima di Solo.

Surat Kabar Taman Pewarta 2 Juni 1914 Milik Haji Samanhudi. Dok IslamToday

“Ketika SI Berdiri di Sukoharjo, di Tawangsari di Pedan, Trucuk, di Klaten itu kan isinya pegawai-pegawai kecamatan semua yang direkrut,” jelas Adhyt kepada IslamToday, Rabu (10/2/2021).

“Jadi (meskipun) mereka merasa, mereka mungkin secara ke-Islaman kurang, tapi ketika di Solo ini ramai, orang-orang di Solo ini ramai ikut SI, mereka ikutan, ketika ada SI mereka menyambut,” ujar Adhyt.

Adhyt menambahkan penggunaan Sarotomo sebagai media propaganda atau media organ bagi SI Solo sangat efektif.  Meskipun, jumlah oplahnya sangat terbatas yakni hanya beredar di wilayah Solo, Klaten, Yogyakarta dan Jawa Tengah. Akan tetapi, gagasan-gagasan intelektual di Sarotomo sangat mudah diterima oleh para priyayi.

“Terbitnya memang nggak banyak nggak tiap hari, (tapi) isi-isi mereka adalah pemikiran tentang bagaimana Islam berkembang, ini kan mempengaruhi para priyayi di daerah itu,” tutur Adhyt.

Baca JugaPostingan Lainnya

Proyek IPAL di Situs Sejarah, Tokoh & Masyarakat Aceh Nyatakan “Mosi Tidak Percaya!” ke Walikota

Gawat! Jejak Sejarah Kesultanan Aceh Darussalam, Terancam Proyek Limbah dan Tinja

Kebijakan Walikota Banda Aceh Lanjutkan Proyek IPAL “Ahistoris dan Tak Objektif”

Ia menilai strategi propaganda Sarekat Islam lewat Sarotomo sangat berhasil jika dilihat dari segi pengaruhnya. Kehadiran Sarotomo juga mampu memotivasi umat Islam di daerah lain untuk mendirikan SI seperti di Batavia, Semarang, Bandung, Surabaya. Hal ini pun membuat cemas pihak Belanda.

“Dulu sekali ada yang mencetus, itu pikiran mereka jadi tergejolak jadi gelisah jadi ada kemauan gedhe. Jadinya SI menjadi tren model di awal, makanya pemerintah khawatir dengan media organ,” ungkap Adhyt.

Surat Kabart Islam Bergerak 10 Juli 1918. Dok IslamToday

Belanda Resah

Ketakutan Belanda semakin menjadi ketika aktivis SI Solo mendirikan lagi satu surat kabar yang sangat kritis dan vokal dalam mengkritik pemerintah Belanda. Di tangan Marco Kartodikromo lah media pengkritik pemerintah paling radikal itu hadir. Media dengan konten yang sangat keras dalam mengkritik pemerintah Belanda ini bernama Doenia Bergerak.

“Karena kontennya lebih radikal ya akhirnya kan pemerintah punya alasan untuk melarang,” ujar Adhyt.

Jika perjuangan butuh siasat dan strategi, hal inilah yang dilakukan oleh Doenia Bergerak. Doenia Bergerak sama sekali tidak mencantumkan nama penulisnya. Namun di dalam koran tersebut dimuat tulisan jika Doenia Bergerak adalah bagian dari Sarekat Islam Solo.

“Di Doenia Bergerak itu kontennya itu lebih banyak menuliskan anonim, jadi banyak kolumnis-kolumnis dari Pacitan, dari Madiun ngirim tapi lebih banyak yang anonim ada yang Madiuner, ada Wisanggeni, itu nama-nama anonim yang memang secara keras mengkritik kegiatan Belanda,” ucap Adhyt.

Adhtyawan Suharto Foto: ITD/ Tori Nuariza

Adhyt menambahkan aktivitas jurnalistik Marco Kartodikromo semakin meresahkan pemerintah Belanda. Sebab melalui Doenia Bergerak pula Marco kemudian mengumpulkan para simpatisan Sarekat Islam dari berbagai daerah. Hingga terbentuklah Inlandsche journalisten Bond (IJB), para anggota IJB salah satunya dilantih untuk bisa menulis.

“Belanda takut dong karena ini mempengaruhi (pribumi muslim). Kalau dulu kan itu perubahan, itu kalau dia ada perubahan berpikir,” tuturnya.

 

Reporter: Kukuh Subekti / Redaktur: Tori Nuariza

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Share :
Tags: Adhytiawan Suhartogagasan intelektual pribumi muslimHindia BelandaInlandsche journalisten Bond (IJB)Koran Koran Sarekat IslamMarco KartodikromoPemerintah Kolonial BelandaSarekat Islam (SI)Sarekat Islam SoloSI BataviaSurat Kabar Doenia Bergeraksurat kabar Sarotomo
Please login to join discussion

News

Tolak Keras Proyek IPAL di Gampong Pande, PELISA: “Makam Penjajah Belanda Justru Diperlakukan Istimewa!”

Tolak Keras Proyek IPAL di Gampong Pande, PELISA: “Makam Penjajah Belanda Justru Diperlakukan Istimewa!”

2021-02-27
0

Proyek IPAL di Gampong Pande, DPRK Aceh: “Hilangkan Kemuliaan Bangsa Aceh, Apa Kata Dunia?”

Proyek IPAL di Gampong Pande, DPRK Aceh: “Hilangkan Kemuliaan Bangsa Aceh, Apa Kata Dunia?”

2021-02-27
0

Kebijakan Walikota Banda Aceh Lanjutkan Proyek IPAL “Ahistoris dan Tak Objektif”

Proyek IPAL di Gampong Pande, H Firmandez: “Itu Kecelakaan Sejarah, Harus Dihentikan!”

2021-02-27
0

Novel Desak Kapolri Usut Tuntas Kasus Penyerangannya dan Ungkap Pelaku Sebenarnya

Novel Desak Kapolri Usut Tuntas Kasus Penyerangannya dan Ungkap Pelaku Sebenarnya

2021-02-27
0

Next Post
Jejak Islam Abad 7-8 M di Nusantara,  Koin Umayyah-Abbasiyah di Situs Bongal

Jejak Islam Abad 7-8 M di Nusantara, Koin Umayyah-Abbasiyah di Situs Bongal

IslamToday

No Result
View All Result
google-play-badge

Categories

  • Analisis
  • Documentary
  • Histori
  • Infografis
  • Insight
  • Internasional
  • Jejak Peradaban
  • News
  • onReport
  • Smartizen
  • Ulas Nusa

Connect With Us

Facebook Instagram Youtube Twitter

Recent Posts

  • Tolak Keras Proyek IPAL di Gampong Pande, PELISA: “Makam Penjajah Belanda Justru Diperlakukan Istimewa!”
  • Proyek IPAL di Gampong Pande, DPRK Aceh: “Hilangkan Kemuliaan Bangsa Aceh, Apa Kata Dunia?”
  • Proyek IPAL di Gampong Pande, H Firmandez: “Itu Kecelakaan Sejarah, Harus Dihentikan!”

© 2019 - 2020 Islam Today All Right Reserved

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Iklan
  • Kontak Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
Sign In with Google
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
Sign Up with Google
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • ←
  • Google Play
  • Google Play Islam Today