IslamToday ID — Siapa yang tidak mengenal kota Cordova atau Kordoba, sebuah kota di kawasan Spanyol yang banyak dikunjungi wisatawan asing. Salah satu kota dengan destinasi wisata sejarah paling menarik di Spanyol. Terutama jejak sejarah peradaban Islam di negeri matador.
Prof. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia menyebut keindahan Kota Cordova melebihi kota-kota Eropa yang lainnnya di abad ke-10 Masehi. Kota ini bahkan telah menjadi perhatian dunia, dan menjadi kota yang begitu mengagumkan. Ia mengibaratkan keindahan kota Cordova sejajar dengan kota Venesia di Balkan.
“Para turis yang datang dari utara merasakan kekhusyukan dan kewibawaan kota yang memiliki tujuh puluh perpustakaan dan Sembilan ratus pemandian umum itu,” kata Prof. Raghib.
Selain menjelaskan bagaimana kiprah Cordova di antara kota-kota lainnya di Eropa, Prof. Raghib juga menjelaskan gambaran geografis kota Cordova. Kota Cordova terletak di sungai Al-Wadi Al-Kabir di bagian selatan Spanyol.
Sementara berdasarkan fakta sejarah kota Cordova sebagaimana yang dituliskan oleh Mausu’ah Al-Maurid Al-Haditsah di tahun 1995, Prof. Raghib mengungkapkan bahwa Kota Cordova merupakan kota yang diyakini didirikan oleh bangsa Cordova yang tunduk pada pemerintahan Romawi dan Visigoth.
Kejayaan Cordoba
Kisah kegemilangan Cordova dimulai ketika kota ini dikuasai oleh penguasa muslim. Tepatnya setelah berhasil ditaklukan oleh Panglima Islam, Thariq bin Ziyad pada tahun 93H/ 711M. Kegemilangan mulai nampak pada tahun 138H/759M yang ditandai oleh berdirinya daulah Umawiyah di Andalusia di bawah pimpinan Abdurrahman Ad-Dakhil (singa Quraisy).
Puncak kejayaan Cordova, ketika kota ini menjadi ibukota daulah Umawiyah, serta didirikannya istana khalifah umat Islam di dunia Barat. Saat itu yang berkuasa ialah Abdurrahman An-Nashir, Khalifah Umawiyah pertama di Andalusia, yang dilanjutkan oleh puteranya Al-Hakam Al-Mustanhir.
Selain sebagai ibukota pemerintahan, kota ini juga menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban dunia. Dan mampu bersaing dengan kota-kota peradaban Islam yang lain seperti Konstantinopel ibukota imperatur Bizantium di Eropa. Begitu pula dengan kota-kota lainnya seperti Kota Baghdad yang merupakan ibukota daulah Abbasiyah, Kota Kairawan dan Kota Kairo di Afrika.
“Orang-orang Eropa menyebutnya dengan mutiara dunia,” jelas Prof. Raghib.
Ia juga menjelaskan bagaimana peran Cordova sebagai perpanjangan dari peradaban Islam di Eropa. Cordova memiliki peran sebagai kota yang mampu menerjemahkan nilai, ilmu dan keagungan kota Cordova mampu menjadi saksi hidup atas pencapaian peradaban kaum muslimin dan kemuliaan Islampada abad keempat hijriyah atau sepuluh masehi. Sementara di saat yang sama bumi Eropa masih diliputi oleh abad kegelapan.
“Ketika para pemimpin kota Lyon, Nevar dan Barcelona membutuhkan ahli bedah, insinyur, arsitek bangunan, penjahit pakaian, atau ahli music maka mereka langsung menuju Kota Cordova,” demikian kata orang Barat, J. Brand Trend dalam bukunya berjudul ‘Spanyol dan Portugal’ yang dikutip oleh Prof. Raghib.
Metropolitan City
Bahkan Prof. Raghib dengan bangga menyebut Kota Cordova sebagai kota metropolitan yang maju di abad kesepuluh masehi. Kota ini banyak mengalami kemajuan yang mengagumkan. Menjadi kota pusat ilmu dan pengetahuan, membuat kota ini pun tertata secara administrasi dan perkantoran. Banyak badan-badan, lembaga pemerintah berdiri, seperti lembaga peradilan, kepolisian, hisbah (polisi Syariah).
Kota Cordova juga mengalami kemajuan di bidang industri. Banyak sekali berdiri industri-industri penting yang muncul di Cordova seperti industri kulit, industri perkapalan, industri alat-alat pertanian, industri obat-obatan. Bahkan di bidang industri pertambangan pun telah ada seperti emas, perak dan tembaga.
Berikut ini bukti kemajuan kota Cordova yang diungkap Prof. Raghib dari Imam Al-Muqri tentang data-data pembangunan di Kota Cordova. Pertama dari jumlah masjid di masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil dari 490 masjid meningkat menjadi 3.837 masjid. Begitu pula untuk jumlah rumah, terdapat 213.077 rumah rakyat, rumah kaum ningrat sebanyak 60.300 serta jumlah pertokoan yang jumlahnya mencapai 80.455 toko. Sementara untuk fasilitas umum terdapat pemandian umum yang jumlahnya sebanyak 900 buah, dan lapangan umum terdapat 28. Selain ditandai dengan banyaknya bangunan perkantoran kota ini juga termasuk kota yang padat, bahkan lebih padat jika di banding saat ini.
“Jumlah penduduk kota pada masa daulah Islam mencapai sekitar 500.000 jiwa. Yang patutdisebutkan adalah jumlah penduduk Cordova sekarang mencapai sekitar 310.000 jiwa,” tutur Prof. Raghib.
- Jembatan Cordova
Sebuah jembatan yang terletak di sungai Al-Wadi Al-Kabir. Nama lain dari jembatan ini ialah Al-Jisr dan Qantharah Ad-Dahr. Jembatan ini memiliki ukuran fisik bangunan dengan panjang empat ratus meter serta lebar empat puluh meter dengan tinggi jembatan tiga puluh meter.
Menurut Ibnu Al-Wardi dan Al-Idrisi dalam kitabnya Kharidah Al-Aja’ib wa Faridah Al-Ghara’ib memberi kesaksian bahwa jembatan Cordova memiliki ukuran melebihi jembatan-jembatan lainnya. Baik dari segi kemegahan bangunan maupun kecanggihannya.
Jembatan Cordova yang menurut Prof. Raghib berusia lebih dari 1400 tahun ini dibangun pada tahun 101 hijriyah. Pembangunan jembatan terjadi pada masa gubernur Andalusia As-Samh bin Malik Al-Khaulani di bawah kekuasaan khalifah Umar bin Abdul Aziz.
“Artinya jembatan dibangun pada saat manusia belum mengenal sarana transportasi kecuali binatang keledai, unta, bighal dan kuda. Dan ketika itu sarana -sarana pembangunan belum canggih. Hal inilah yang menjadikan jembatan tersebut sebagai salah satu kebanggaan peradaban Islam,” ujar Prof. Raghib.
-
Masjid Cordova
Masjid Jami’ Cordova atau dalam bahasa Spanyol disebut Mezquita yang diambil dari kata masjid. Meskipun saat ini masjid yang paling terkenal di Eropa itu kini telah berubah menjadi katedral. Bangunan masjid ini mulia di bangun pada masa Abdurrahman Ad-Dakhil pada tahun 170H/786M, yang pembangunannya dilanjutkan oleh puteranya Hisyam dan khalifah-khalifah setelah itu. Setiap khalifah yang memerintah selalu memberikan sentuhan baru untuk bangunan masjid. Selain menambah keluasan masjid, para khalifah juga secara berkelanjutan memperindah bangunan masjid dengan tujuan menjadikannya sebagai bangunan paling indah dan besar di dunia.
Prof. Raghib mengutip pendapat dari kitab Ar-Raudh Al-Mi’thar yang mengatakan, “Di Kota Cordova ini terdapat masjid yang sangat terkenal sering disebut-sebutkan. Dia adalah masjid yang terbesar di dunia dari segi keluasan, Teknik yang canggih, bentuk yang indah, dan bangunan yang sempurna.”
Kemegahan masjid Cordova di tandai dengan luasnya dengan panjang masjid 180 depa. Separuh dari bangunan masjid dibuat beratap dan separuhnya lagi tidak beratap. Selain Panjang masjid ini juga memiliki 14 lengkungan , memiliki 1000 tiang yang terdiri dari besar dan kecil, memiliki 113 penerang, penerang plaing besar memuat 1000 lampu sementara penerang paling kecil memuat 12 lampu.
Jenis kayu yang terdapat di masjid Cordova iala kayu pohon cemara Thurthusy. Pada bagian atap terdapat macam-macam seni ukir yang berbeda-beda. Susunan warnanya dibuat berwarna-warni merah, hijau, putih, biru dan hitam celak. Di sebelah utara masjid terdapat menara yang teknik bangunannya membuat takjub siapapun yang melihatnya. Di masjid ini penuh dengan tanaman jeruk dan buah delima yang buah-buahnya bisa dinikmati oleh orang-orang yang lapar dan orang-orang yang datang.
-
Universitas Cordova
Masjid Cordova selain sebagai tempat untuk beribadah juga menjadi tempat pusat ilmu pengetahuan. Oleh karenanya menjadi universitas paling masyhur di dunia sekaligus menjadi markas ilmu di Eropa. Bermula dari sinilah ilmu pengetahuan bangsa Arab ditransfer ke negara-negara Eropa yang lain hingga berabad-abad lamanya.
Para pengajar dan dosen diberi gaji yang layak agar mereka mengabdikan diri untuk mengajar dan menulis dengan sebaik mungkin. Untuk para pelajar juga memperoleh jatah uang secara khusus. Bagi kalangan yang tidak mampu diberikan beasiswa serta bantuan-bantuan yang lain.
Dari Universitas Cordova inilah lahir para ilmuwan dari kalangan kaum muslimin. Mereka menguasai ragam disiplin ilmu. Di antara para tokoh intelektual saat itu ialah Az-Zahrawi (325-404H/936-1013M ia adalah seorang ahli bedah paling masyhur, dokter dan ahli obat-obatan. Nama yang lain yang juga ada di sana ialah Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, Muhammad Al-Ghafaqi ( salah satu pencetus ilmu kedokteran mata, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Rusyid, Al-Idrisi, Abu Bakar Yahya bin Sa’dun bin Tamam Al-Azdi, Qadhi Al-Qurthubi An-Nahwi, Al-Hafidzh Al-Qurthubi, Abu Ja’far Al-Qurtubi dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan lainnya.
Penulis: Kukuh Subekti