ISLAMTODAY ID — Interaksi orang-orang Nusantara dengan bangsa Arab, dalam hal ini Yaman sudah terjadi sejak sebelum Islam tiba di Nusantara. Dr. Muhammad Isa Anshary, M.PI memaparkan hal ini dengan mengutip buku karya Donald Macclaine Champbell yang berjudul Java: Past and Present. Sebuah buku yang mengisahkan tentang interaksi orang-orang Nusantara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Dr. Isa Anshory menguraikan pula tentang kehadiran orang-orang barat (arah barat dari Pulau Jawa-RED) yang datang ke Nusantara pertama kali adalah bangsa Mesir. Yang datang pada 4.500 tahun SM. Hubungan antara Mesir dan Nusantara tentu memberikan pengaruh yang tidak sedikit. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Thomas Stamford Rafles seorang penulis buku The History of Java.
Menurut Rafles, salah satu pengaruh kebudayaan Mesir nampak pada relief dan patung-patung yang terdapat pada Candi Cetho dan Candi Sukuh yang terletak di Kabupaten Karanganyar. Ia berpendapat bahwa dua candi tersebut berbeda dengan candi-candi yang lain yang pernah dilihatnya di Nusantara. Dua candi tersebut menurutnya unik karena memiliki kemiripan dengan patung-patung yang terdapat di Mesir.
Lebih lanjut Dr. Isa menguraikan bagaimana sepak terjang para leluhur Nusantara dalam pergaulan internasionalnya pada masa itu. Di antara bangsa-bangsa yang memiliki hubungan dekat dengan Nusantara, Jawa khususnya adalah bangsa Arab. Kita secara bergantian saling mengunjungi. Bahkan hubungan keduanya sudah terjalin sejak sebelum Masehi.
“Buktinya apa? Dalam buku Java: Past and Present disebutkan, pada awal abad pertama Masehi orang Arab membangun pemukiman di pantai barat Sumatera, antara Padang dan Bengkulu. Orang Arab juga sudah lama menjalin hubungan dengan orang Jawa akan tetapi kapan orang Arab mengunjungi Jawa, tidaklah diketahui, karena mereka diketahui sejak berabad-abad sebelum Masehi telah mendatangi wilayah timur (Nusantara-RED),” kata Ustadz Isa.
Pada awal tahun 600 M, sebelum Islam datang pengaruh Arab dipastikan telah terasa di tanah Sumatera. Sebuah perdagangan penting antara komunitas Arab dan Srilanka bahkan sudah terjalin pada saat itu. Adapun komoditas yang dijual dalam perdagangan saat itu adalah lada, emas, perak dan timah.
Makna Kedatangan Islam
Kedatangan Islam di tahun 622 M, di awal abad ke-7 M, selanjutnya semakin mendorong orang-orang Arab untuk melakukan petualangan. Kegemaran berpetualangan Bangsa Arab telah dilakukan jauh sebelum Islam datang, dan setelah Islam datang. Salah satu bangsa yang senang berpetualang adalah orang-orang Arab Selatan atau orang Yaman.
Orang-orang Yaman gemar melakukan petualangan ke wilayah-wilayah yang lebih utara di jazirah Arab. Ada juga yang melakukan petualangan ke luar wilayah jazirah Arab, termasuk ke Nusantara. Mereka sangat bersemangat untuk menyebarkan suatu kepercayaan baru, Islam. Sembari melakukan aktivitas-aktivitas perdagangan.
“Ini setelah Islam datang, Islam menjadi faktor pendorong, faktor yang memberikan semangat baru, kobaran api semangat baru bagi mereka untuk melakukan petualangan mengelilingi dunia,” terangnya.
Wajar kiranya jika kemudian hubungan dagang antara Arab dan Nusantara semakin intens. Perdagangan menjadi perintis penyebaran Islam. Munculnya dua dinasti yang kuat, Daulah Umayyah di Barat (660-749 M) dan Dinasti Tang (China) di Timur (618-907 M), turut mempengaruhi perdagangan laut antara Barat dan Timur Asia.
Melalui hubungan perdagangan inilah muncul jaringan Islamisasi di wilayah-wilayah yang dilewati jalur perdagangan. Alhasil perdagangan orang Arab menjadi semakin kuat. Bersama dengan orang Arab, Persia, India dan China, orang Arab mendominasi perdagangan di Samudera Pasai. Bahkan penguasaan Islam terhadap jalur Samudera Hinida itu berlangsung dari 41 H-904 H atau 661 M-1498 M.
“Jadi sebelum orang-orang Eropa datang ke negeri kita, wilayah Samudera Hindia dari Nusantara sampai Afrika Timur sudah dikuasai oleh para pedagang yang rata-rata beragama Islam,” imbuhnya.
Hubungan intens dengan internasional menjadi mata rantai utama, untuk menelusuri jajak awal Islamisasi Jawa. Bangsa Arab sebagai bangsa pertama yang menerima sekaligus menyebarkan agama Islam. Sementara relasi antara bangsa Arab, dengan orang-orang, Nusantara, Jawa sudah sangat lama terjalin. Tentulah upaya Islamisasi Jawa, sudah dilakukan sejak awal lahirnya agama ini.
“Apa bila orang Jawa sebelum tahun Masehi sudah sampai Madagaskar, wilayah Yaman itu sudah mereka lewati, dan ketika awal abad Masehi orang Arab sudah membangun koloni di pantai barat Sumatera, maka menjadi aneh pada saat abad ke-7 M jazirah Arab berhasil di Islamkan. Kemudian orang Arab yang sudah terbiasa melakukan perjalanan ke wilayah timur jauh, ke wilayah Asia Tenggara hari ini, mereka tidak ada upaya untuk menyebarkan agama Islam sama sekali,” pungkasnya.
Catatan Dinasti Tang
Keberadaan orang Arab di Nusantara misalnya terungkap dari tulisan W.P Groeneveldt tentang Nusantara dalam Catatan Tionghoa. Dalam tulisannya yang mengutip catatan dari Dinasti Tang, suatu peristiwa di Jawa sekitar tahun 674 M. Peristiwa tersebut adalah adanya rencana penyerangan dari pemimpin pemukiman Tashih atau Arab kepada Kerajaan Holing yang saat itu dipimpin oleh Ratu Shima.
Kisah Kerajaan Holing dan bangsa Tashih itu dimulai ketika seorang Tashih dengan sengaja meletakan pundi-pundi perhiasan miliknya di salah satu perempatan jalan wilayah kekuasaan Kerajaan Holing (Jepara-Grobogan). Namun perhiasan tersebut tidak juga bergeser dari tempatnya setelah berhari-hari. Karena memang di Kerajaan Holing atau Kerajaan Kalingga ini berlaku aturan “Bahwa tidak boleh menyentuh barang yang bukan miliknya, siapa yang berani menyentuh barang bukan miliknya maka tangannya akan dipotong”. Hingga suatu ketika sang putera mahkota lewat dan tidak sengaja menendangnya.
“Putra mahkota menendang barang yang bukan miliknya, maka kaki putra mahkota tadi terpaksa dipotong juga. Orang Tashih tadi ketika melihat bahwa ratu Shima adalah seorang ratu yang sangat adil dan dia dicintai oleh rakyatnya, rakyatnya sangat hormat pada ratu Shima, ia melihat dan mengurungkan serangan terhadap Kerajaan Holing,” paparnya.
Penulis: Kukuh Subekti