ISLAMTODAY ID — Peradaban Islam yang berjaya di masanya sesungguhnya ialah praktik dari apa yang tertera dari Al-Qur’an dan hadits. Baik Al-Qur’an maupun hadits sering kali mendeskripsikan tentang alam dengan sangat indah. Khususnya ketika mendefinisikan tentang keindahan surga.
Prof. Raghib As-Sirjani dalam bukunya yang berjudul Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia menjelaskan bagaimana konsep taman itu terbentuk. Salah satu teori yang dikemukakan oleh Prof. Raghib ialah teori Firdaus yang diambil dari kitab Al-Imarah Al-Islamiyah wa Al-Biah.
“Pengembangan Islam memiliki ciri khas yang kami istilahkan dengan An-Nazhariyah Al-Firdausiyah (teori firdaus) dalam kaitannya mewujudkan taman-taman di lingkungan yang memiliki kondisi cuaca panas,” kata Prof. Raghib.
Dalam peradaban Islam, taman selain berfungsi sebagai sarana memperindah dan mempercantik lingkungan juga untuk mengaplikasikan firman Allah dalam sebuah karya seni. Seperti firman Allah dalam al-Qur’an Surat An-Naml: 60 yang berbunyi, “Lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah.”
Prof. Raghib mengatakan terlalu banyaknya deskripsi tentang alam dalam Al-Qur’an dan Hadits turut memberi pengaruh kepada peradaban Islam.
Ia mengatakan bahwa tidak ada sebuah kota di antara kota-kota Islam dari ujung timur ke barat yang kosong dari keberadaan taman. Taman-taman karya peradaban Islam tersebut misalnya menyebar di berbagai negara seperti Andalusia, Turki, Syam, Persia, Mesir, Samarkand, Maghrib, Tunis, Yaman, Oman, India dan masih banyak lagi.
Taman Istana dan Masjid
Lebih lanjut Prof. Raghib mengungkapkan tentang keindahan taman di dua kota ternama di Andalusia yakni kota Cordova (Kordoba) dan kota Granada.
Di Kota Kordoba seorang arsitektur taman Abdurrahman Ad-Dakhil membangun Ar-Rashafah yang merupakan taman Islam yang paling besar. Ia terinspirasi oleh karya kakeknya Hisyam bin Abdul Malik yang lebih dulu membangun Ar-Rashafah di negeri Syam.
“Taman tersebut ia penuhi dengan tumbuh-tumbuhan yang aneh dari berbagai macam belahan dunia. Ia mengirim utusannya ke Syam untuk mengimpor biji-biji pilihan dan bibit-bibit yang aneh. Karena kesungguhan dan perawatan yang baik dalam waktu singkat biji-biji dan bibit-bibit tersebut tumbuh menjadi tanaman-tanaman yang menakjubkan dan menghasilkan buah-buahan yang aneh. Maka taman yang telah ia bangun menjadi pusat perhatian masyarakat umum,” tutur Prof. Raghib
Keindahan taman di Andalusia yang juga terdapat di Granada terletak di dua tempat khusus seperti di pagar kota Granada. Di sana terdapat taman-taman dan kebun-kebun hingga seolah ia adalah pagar yang lain.
Yang kedua terdapat di istana Al-Hambra merupakan contoh yang terbaik dari taman-taman yang dihasilkan peradaban Islam. Selain itu, ada pula taman Al-Arif yang dibangun di atas perbukitan.
“Kaum muslimin merancangnya dengan bentuk bertingkat, luas tingkat paling besar adalah tiga belas meter dan jumlah tingkat tidak lebih dari enam tingkat,” terang Prof. Raghib.
Dalam komposisi pembangunan taman tersebut, keberadaan air memiliki peran penting. Karena air mengalir dari taman yang paling atas dari sumber-sumber yang melimpah menuju saluran-saluran air yang melewati setiap pohon. Rancangan taman ini secara jelas terinspirasi oleh firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Waqi’ah ayat 31 yang berbunyi, “Dan air yang mengalir terus-menerus.”
James Dicky seorang Ahli sejarah Spanyol, Islam, dan Syariah Islamiyah di Universitas Mansister dan Universitas Harvard mengatakan bahwa pembangunan taman terus berlanjut meskipun penguasa Kota Kordoba mengalami pergantian. Taman-taman yang ada di komplek istana pun berada dalam pengawasan ilmuwan pertanian.
Selain, istana keberadaan taman juga ada di setiap rumah penduduk meskipun rumah itu kecil.
“Walaupun kebanyakan rumah-rumah tersebut kecil, akan tetapi semuanya memiliki aliran air, bunga-bunga, pohon-pohon kecil, dan sarana-sarana istirahat secara sempurna. Hal ini menunjukan bahwa negeri Andalusia ketika berada di bawah kekuasaan orang-orang Moro (muslimin) jauh lebih indah daripada sekarang,” kata James Dicky seperti yang dikutip oleh Prof. Raghib dari buku James Dicky yang berjudul “Peradaban Arab Islam di Andalusia”.
Keindahan taman dalam peradaban Islam juga kita temukan di Istanbul, Turki. Di sini setiap pembangunan taman harus melalui perancangan yang matang terlebih dahulu baru dibangun.
Istana-istana di Istanbul ibukota Daulah Utsmaniyah ini sering disebut al-hada’iq atau taman-taman. Taman yang dibangun umumnya menghadap ke pantai.
Selain bangunan taman di istana, di Istanbul bangunan taman juga terdapat di masjid-masjid yang merupakan kekuasaan Utsmani. Rata-rata masjid dibangun dengan rancangan penghijauan di sekelilingnya. Tujuan utamanya untuk menghindari munculnya bahaya kebakaran, seperti yang terdapat di masjid As-Sulaimaniyah yang berada di kota Istanbul.
Kebakaran pada masa itu disebabkan oleh adanya bangunan rumah-rumah kayu yang lokasinya berdekatan dengan masjid. Hal ini membuat arsitek masjid kala itu merancang bangunan masjid dengan menyediakan lahan yang luas di sekitar bangunan masjid.
“Pada masa Daulah Utsmaniyah sering kali pepohonan di tanam di halaman masjid-masjid besar. Di antara masjid-masjid yang seperti itu adalah masjid Nabawi dan masjid Bayazid di Turki,” ungkap Prof. Raghib.
Penulis: Kukuh Subekti