ISLAMTODAY ID — Ahmad Hasan atau lebih dikenal dengan nama A. Hasan merupakan tokoh utama Persatuan Islam (Persis) Bandung.
Isu tentang sekulerisme, liberalisme dan Islamophobia memang baru menjadi tren dalam beberapa dekade lalu, namun gagasan tersebut rupanya sudah ada sejak tahun 1920-an. Hal inilah yang dipikirkan oleh A. Hasan.
Sosok ulama seolah memiliki firasat yang tajam akan situasi dan keadaan yang mungkin akan terjadi dikemudian hari. Tiga isu tersebut kini akrab dengan umat Islam Indonesia bahkan di dunia.
Gagasan untuk membela dan mempertahankan agama sudah disampaikan oleh A. Hasan jauh-jauh hari. Ia melakukan berbagai cara dan strategi untuk melawan itu semua, mulai dari menulis buku, mengajak berdebat hingga mendirikan sebuah media massa.
Kepeloporan dalam hal membela agama Islam ini terungkap dalam salah satu tulisan yang dikutip oleh sejarawan dai UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Sudarnoto Abdul Hakim pada Senin (5/4/2021).
“Bila tuan mendengar Islam direndahkan orang di depan tuan, maka saat itu juga dengan cepat Tuan harus berpikir ‘Tuan orang Islam atau bukan?’ Kalau tuan merasa bukan orang Islam masa bodoh, abis perkara, tak ada persoalan lagi. Tapi kalau tuan merasa seorang Islam maka tuan harus berpikir ‘Siapa lagi yang akan membela Islam di saat seperti itu selain tuan?’. Bulatkan tekad, Islam harus tuan bela!”.
Sudarnoto juga menjelaskan berbagai peran yang dilakukan oleh A. Hasan dalam rangka membela agama Islam dari sejumlah gangguan yang datang.
“Ajakan A. Hasan sangat luar biasa, saya kira dia akan merasakan bahwa pasca A. Hasan itu nanti kekuatan-kekuatan yang mencoba menyerang Islam dengan berbagai cara dengan berbagai dalih akan tetap muncul,” kata Sudarnoto seperti dikutip dari kanal youtube Pondok Pesantren Budi Mulia.
“Bahkan kekuatan-kekuatan Islamophobia, anti-Islam akan bermunculan,” jelasnya.
Sudarnoto menuturkan bahwa dengan menyimak perjalanan sejarah A. Hasan itu mengisyaratkan bahwa ia meminta generasi penerusnya untuk mempertahankan dan membela Islam terhadap apapun yang terjadi di masa depan.
Islam harus dibela dari berbagai aksi pelecahan yang dilakukan oleh kaum sekuler dan kelompok Islamophobia.
“Gagasan A. Hasan untuk membela Islam dan umat Islam dari kelompok sekuler dan kelompok Islamophobia itu masih terjadi hingga hari ini. Baik itu hidup di kalangan masyarakat maupun mulai berkembang di dalam kantong-kantong kekuasaan di negeri kita,” ujar Sudarnoto.
Langkah-langkah A. Hasan Bela Islam
Sudarnoto pun memberikan jabarannya terhadap berbagai langkah dan strategi yang pernah ditempuh oleh A. Hasan. Berbagai strategi yang dilakukan oleh A. Hasan merupakan strategi yang elegan dan sangat meyakinkan.
- Menulis Opini dan Mendebat Pastur
Peristiwa pertama yang menjadi penanda dimulainya A. Hasan membela Islam ialah ketika ia mendidik muridnya, Mohammad Natsir.
Momentum ini terjadi pada tahun 1931, ketika Natsir yang masih berstatus pelajar SMA di Algemene Midelbare School (AMS) Bandung. Natsir muda ingin melawan argumentasi seorang pastur Katolik.
Mengingat isi ceramah sang pendeta yang cenderung menyudutkan Islam itu berlangsung di gereja, maka Natsir memilih diam. Karena tidak etis ceramah agama dibantah.
Rupanya kesempatan mendebat sang pendeta pun datang, sebab esok harinya ceramah tersebut dimuat di surat kabar. Alhasil Natsir memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melawan argumentasi sang pastur.
Sudarnoto mengungkapkan tentang perintah A. Hasan kepada Natsir untuk menuliskan opini. Opini yang bertujuan untuk membantah tudingan dan argumentasi seorang pastur Katolik dari ordo Jesuit. Pastur tersebut menghina Al-Qur’an sebagai ‘Kumpulan dongeng-dongeng, cerita buatan, dan cerita yang disalahpahamkan’.
“Pastur-pastur yang melakukan serangan terhadap Islam misalnya Ten Berge itu pastur Katolik dari ordo Jesuit, itu menulis dalam jurnal Studien,” ungkap Sudarnoto.
“Tuan Hasan kemudian meminta kepada muridnya Natsir untuk menulis. Setelah ditulis, dia (A. Hasan) mengundang Pastur Ten Berg itu untuk berdebat,” tegasnya.
- Mendirikan Majalah Pembela Islam
Langkah kedua yang dilakukan oleh A. Hasan ialah mendirikan media massa. Ia merintis berdirinya majalah Pembela Islam. Sebuah majalah yang dibuat dengan tujuan untuk melawan maraknya Kristenisasi di Indonesia.
“Dari catatan-catatan yang ada majalah Pembela Islam secara khusus didedikasikan untuk membentengi umat secara khusus dari Kristenisasi,” tutur Sudarnoto.
- Negara Diminta Lindungi Syariat Islam
Ketiga, ia meminta agar negara memberikan perlindungan terhadap syariat Islam. Ia menjadi kawan berdialektika, berdiskusi proklamator Indonesia, Soekarno dalam menentukan bentuk negara.
Sudarnoto mengungkapkan hasil dialektika yang terjadi antara A. Hasan dan Sukarnolah yang nantinya menentukan ikut menentukan bentuk negara Indonesia. Hal ini terlihat dari keberadaan Pancasila, dimana agama menjadi bagian penting di dalamnya.
“Sukarno dipengaruhi oleh A. Hasan, pemikiran A. Hasan dan pak Natsir sehingga Indonesia itu tidak menjadi negara sekuler,” tutur Sudarnoto.
Salah satu kekhawtiran A. Hasan tentang Indonesia menjadi sekuler ini dilatarbelakangi dengan peristiwa sekulerisasi yang terjadi di Turki tahun 1920-an. Sebab pemikiran sekulerisme ini dinilai sangat dekat dengan pemikiran ateisme.
“Karena itu A. Hasan memperteguh bahwa Indonesia harus sebuah negara yang benar-benar melindungi syariat Islam. Cuman rumusan terakhir yang sekarang ini,” jelasnya.
Penulis: Kukuh Subekti