ISLAMTODAY ID — Fasilitas Kesehatan (Faskes) di Istanbul atau Konstantinopel memiliki riwayat sejarah panjang dalam peradaban manusia. Sebagai kota penting era Romawi Timur hingga Turki Utsmani membuatnya sangat diperhitungkan.
Sejak ditaklukkan Sultan Muhammad Al-Fatih pada 29 Mei 1953, Istanbul pun ditetapkan sebagai ibukota pemerintahan, dan menjadi salah satu simbol keagungan peradaban Islam. Terutama dalam aspek layanan kesehatannya yang kian berkembang.
Istanbul adalah kota yang istimewa, melintasi banyak zaman mulai dari Romawi, Bizantium, Latin, Kesultanan Utsmani hingga Republik Turki. Perjalanan sejarah Istanbul sebelum Islam membuatnya menjadi saksi berdirinya sejumlah rumah sakit Kristen.
Pendirian rumah sakit-rumah sakit misi ini ada sejak era Kaisar Pertama Romawi Kristen, Konstantinus yang berkuasa hingga 337 M. Sebagai rumah sakit misi edisi awal, rumah sakit di Istanbul pra Islam ini tidak sepenuhnya fokus pada layanan medis.
“Membantu miskin dan sakit dianggap membantu Yesus, dan mereka yang melakukannya sehingga akan dibersihkan dari dosa-dosa mereka. Untuk alasan ini, pada awalnya Rumah sakit Kristen lebih mementingkan penguatan iman pasien daripada merawat mereka secara medis,” ungkap Prof. Dr. Nuran Yildrim, Universitas Istanbul, Fakultas Kedokteran Istanbul dalam bukunya berjudul A History of Healthcare in Istanbul (2010).
Prof. Nuran dalam paparannya menguraikan tentang kemajuan bidang kesehatan di Istanbul pada masa Islam berkuasa di sana. Kota ini menjadi pusat pendirian rumah sakit hingga sekolah khusus untuk para calon dokter.
Mengingat jejak sejarah Istanbul yang luar biasa, dua organisasi penting seperti PBB (UNESCO) menetapkan Istanbul sebagai Warisan Dunia (1985). Selanjutnya Uni Eropa pada tahun 2010 menetapkannya sebagai Ibukota Kebudayaan Eropa (European Capital of Culture).
Prof. Nuran dalam bukunya menjelaskan secara detail bagaimana kemajuan kota yang ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II atau Muhammad Al-Fatih tersebut. Menurutnya isu Kesehatan mulai menjadi perhatian serius bagi pemerintahan Daullah Utsmani pada masa Istanbul.
“Sebagian besar masalah terkait kesehatan pertama kali mendapat perhatian di Istanbul, ibu kota Negara Ottoman,” ungkap Prof. Nuran.
Sebagai pakar sejarah kesehatan Kota Istanbul ia menguraikan tentang fakta-fakta sejarah yang ada di sana. Berbagai peristiwa penting seperti lahirnya organisasi kesehatan, rumah sakit, sekolah dokter tumbuh di Istanbul.
Organisasi Kesehatan
Istanbul pada masa Kesultanan Turki Utsmani berkembang menjadi kota yang sangat maju peradabannya. Hal ini ditandai dengan hadirnya berbagai organisasi kesehatan milik pemerintah.
Organisasi kesehatan ini banyak berkembang pada masa Beyezid II hingga berakhirnya masa kesultanan Turki Utsmani pada 1922.
Organisasi kesehatan tersebut meliputi Departemen Kesehatan Pusat Kesultanan Turki Utsmani. Departemen Kesehatan Militer (Askeri Sıhhiye Dairesi) dan Dewan Urusan Medis Sipil (Meclis-i Tıbbiye).
Pada perkembangan berikutnya organisasi-organisasi kesehatan tersebut berubah nama menjadi Direktorat Medis Sipil dan Urusan Kesehatan Umum (Umur-ı Tıbbiye-i Mülkiye ve Sıhhiye-i Umumiye Nezareti).
Pada era Republik Turki tepatnya sejak 1922, nama-nama organisasi kesehatan itu pun berubah. Bersamaan dengan perpindahan ibukota negara ke Ankara, nama organisasi kesehatan dan strukturnya pun berubah.
Pada era republik organisasi kesehatan berada di bawah Kementerian Kesehatan dan Bantuan Sosial (Shhat vetimai Muavenet Vekâleti).
Rumah Sakit
Prof. Nuran mengungkapkan sejarah tentang rumah sakit pada masa peradaban Islam. Islam menyebutnya dengan istilah darussyifa atau rumah penyembuhan.
Keberadaan darussyifa dalam peradaban Islam sebenarnya sudah ada sejak masa Abbasiyah, era kepemimpinan Sultan Harun Al-Rasyid (786-809). Sebuah tradisi yang berlanjut hingga era Turki Utsmani.
Ia menambahkan pula jika selama periode 1399-1629, jumlaah darussyifa di Utsmani mencapai delapan buah. Lima darussyifa diantaranya terletak di Istanbul.
“Yang pertama dibuka di Istanbul adalah Fatih Darussyifa (pada) 1470. (Selanjutnya) Manisa Hafsa Sultan Darussyifa, Haseki Hurrem Sultan Daruşsyifa dan Atik Valide Nurbanu Sultan Darussyifa dibangun atas perintah ibu atau istri sultan untuk tujuan amal,” ungkap Prof. Nuran.
Satu hal yang diperhatikan Darussyifa pada masa Utsmani sangat peduli akan tata letaknya, sehingga berkesan bagi siapapun. Berada di tengah-tengah kompleks fasilitas umum yang memang disediakan untuk semua kalangan seperti masjid, madrasah, dapur umum menyediakan makanan untuk pelancong, perpustakaan, pemandian umum dan fasilitas lain yang memang dibutuhkan.
Oleh karenanya Prof. Nuran pun memuji kedudukan darussyifa era Turki Utsmani sebagai institusi yang sangat terhormat. Baik dari sisi dunia medis maupun dari sisi arsitektur bangunan.
“Darussyifa Ottoman memiliki tempat terhormat dalam medis, rumah sakit dan sejarah arsitektur,” tutur Prof. Nuran.
Pada masa itu setiap rumah sakit dilengkapi dengan minimal ada dua dokter yakni dokter kepala, dokter mata, ahli bedah, apoteker, petugas kebersihan, juru masak, tukang cuci, dan lain-lain.
Sekedar informasi tambahan selain menyediakan darussyifa untuk rakyatnya, Kesultanan Utsmani juga memiliki rumah sakit istana. Yakni rumah sakit yang khusus melayani kalangan istana baik sultan, keluarga sultan hingga para pegawainya.
Selanjutnya pada abad ke-19 di Istanbul mulai bermunculan rumah sakit serta klinik pengobatan swasta. Misalnya RS milik Cemil Pasha, Zeynep-Kami khusus untuk bedah, dan Rumah Kesehatan Fatih,Rumah Kesehatan Sultan Ahmet sebuah laboratorium bakteriologi swasta pertama.
Kepeloporan Istanbul juga terlihat dengan pendirian sekolah khusus untuk calon dokter, Madrasah Kedokteran Sulaimayniyah kurang lebih abad ke-17. Disusul kemudian pada abad ke-19 ada berdirilah Sekolah Kedokteran Militer (Tıphane-i Âmire) dan Sekolah Bedah Militer (Cerrahhane-i Mamure).
Kemajuan dunia kesehatan di Istanbul era Turki Utsmani juga ditunjunkkan dengan adanya Institut Bakteriologi Kekaisaran Konstantinopel (Bakteriyolojihane-i sahane) dan stasiun desinfektan pada 1893.
Penulis: Kukuh Subekti