ISLAMTODAY ID — Masjid Hagia Shopia adalah simbol penting bagi kesukesan umat Islam dalam menaklukkan Konstantinopel pada masa Sultan Muhammad Al-Fatih pada 29 Mei 1453. Tahukah kamu siapa sosok arsitek yang berhasil merubah Hagia Shopia dari bangunan yang bobrok menjadi megah dan berumur ratusan tahun itu?
Dia adalah Mimar Sinan, sosok arsitek Turki Utsmani yang Namanya melegenda. Ia seorang arsitek yang berhasil dalam, membuat landmark di beberapa kota di wilayah kekuasaan Turki Utsmani.
Penulis Biografi Sinan, Sais Mustafa Celebi menyebutkan jika total bangunan yang berhasil dibangun oleh Sinan sepanjang karirnya sebagai arsitek mencapai 343 bangunan. Menurut Dr. Rabah Saud seorang asisten profesor di Universitas Ajman, Uni Emirat Arab (UEA) bangunan buah karya Sinan terdiri atas masjid, sekolah, jembatan, dapur umum, tempat pemandian umum, rumah sakit dll.
Dr. Saud dalam jurnal penelitiannya di Universitas Manchaster, Inggris menjelaskan secara rinci jumlah dari tiap-tiap bangunan. Adapun rincian bangunan karya Sinan adalah masjid jami’ (81), madrasah/ sekolah (55), masjid kecil (50), istana 34, tempat pemandian umum/hammam (33), pemakaman umum/ mausoleum (19), dapur umum/ imarat (16), rumah peristirahatan/ caravan (13), jembatan (8), sekolah Qur’an/ kuttab (7), saluran air (7), rumah sakit (3), ruko/ makhzan (3).
Arsitek muslim yang menggeluti dunia arsitektur lima puluh tahun lamanya ini lahir di Anatolia pada 1489 dan wafat di Istanbul 1588. Ia hidup pada masa Sultan Selim I, Sulaiman, Selim II dan Sultan Murad III.
Dari Arsitek Militer Hingga Arsitek Khusus Kesultanan
Seblum menjadi arsitek khusus yang ditunjuk oleh para sultan ia mengawali karir arsiteknya di dunia militer. Ia bergabung dengan korps militer khusus anak muda yang dikelola oleh Devshirme.
Sebuah institusi khusus era Turki Utsmani awal yang diperuntukkan untuk komunitas dzimmi. Yakni komunitas yang terdiri atas non-muslim yang tunduk pada pemerintahan Islam.
Masuknya komunitas dzimmi dalam pasukan militer Turki Utsmani pada awalnya tidak ada persyaratan perpindahan agama, termasuk ayah Sinan, Abd al-Mannan. Namun aturan itu berubah ketika Utsmani memiliki dua musuh utama dalam melakukan ekspansi kekuasaanya yakni Syiah Syafawi dan Kerajaan Habsburg.
Sinan sendiri bergabung dalam Korps Janissari yakni korps utama angkatan darat Kesultanan Turki Utsmani. Ia bergabung dalam pasukan elite Turki Utsmani tersebut pada masa Sultan Selim I (1512-1520).
“Dia direkrut oleh Devshirme ke dalam Korps Janissari pada masa pemerintahan Sultan Selim I (1512-20),” kata Dr. Saud.
“Sistem Devshirme mengandalkan perekrutan orang-orang muda berusia antara 12 dan 22 tahun untuk dilatih menjadi pengawal elit dan pegawai negeri Kekhalifahan Utsmaniyah,” jelasnya.
Dr. Saud menyebutkan salah satu kiprah cemerlang Sinan dalam bidang militer ialah ketika ia terlibat dalam perang Persia pada tahun 1534. Ia yang sejak awal sangat senang dengan dunia pertukangan, rancang bangun mulai menunjukkan bakat arsiteknya yang luar biasa.
Ketika itu pasukan kaum muslimin harus melakukan penyebrangan di danau Van, untuk menyebrang danau tersebut ia merancang kapal veri untuk pasukan tentara Utsmani. Jasa arsitekturnya bagi tentara Utsmani ialah ketika ia membangunkan sebuah jembatan penyebrangan dalam perang di Wallachia (Rumania).
“Sinan membangun sebuah jembatan melintasi Danube untuk penyeberangan tentara. Ini memberinya ketenaran dan kekaguman, mempromosikannya menjadi kepala konstruksi militer dan memperluas keterampilan pertukangannya ke pekerjaan tukang batu,” tutur Dr. Saud.
Arsitek Utama Kesultanan Turki
Dr. Saud menambahkan berkat kepiawaiannya dalam dunia arsitektur membuat Sultan Utsmani mempercayakan berbagai proyek bangunan penting padanya. Ia pun dipercaya untuk membangun berbagai bangunan penting seperti masjid, sekolah dan berbagai fasilitas umum untuk rakyat Utsmani.
Dr. Saud mengungkapkan Sinan pertama kali bekerja di Utsmani ketika Hurrem, istri Sultan Sulaiman I atau Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566). Pada tahun 1539 ia mendapatkan tugasnya sebagai arsitek untuk membangun Kulliye.
Kulliye adalah kompleks bangunan yang didalamnya terdapat berbagai bangunan seperti masjid, rumah sakit, sekolah (madrasah) dan dapur umum. Selain itu ia diminta juga membangun pemandian umum pada tahun 1553.
Selain istri sang sultan, putri Sultan Sulaiman I, Mihrimah juga memintanya membangun masjid di Uskudar (1548) dan Edinerkapi (1550). Selain itu Sultan Sulaiman juga memintanya membangunkan sebuah masjid untuk mengenang putranya, Masjid Sehzade pada tahun 1548.
Dr Saud mengungkapkan karya arsitektur monumental Sinan membentang di seluruh kawasan yang dikuasai oleh Turki Utsmani. Mulai dari Masjid Khorsaw Pasha di Aleppo, Masjid Sulaiman di Damaskus, Kubah Al-Haram Al-Shareef di Al-Quds, Palestina, Sekolah Sultan Sulaiman di Mekkah, Masjid Mehmed Pasha di Shofia dan di Herzegovena, Masjid Musthapa Pasha di Ofen (Budapest-Hongaria), lalu Istana Mehmed Pasha di Sarajevo (Bosnia).
Kecanggihan arsitektur Sinan sangat teruji salah satunya ketika namanya disandingkan dengan Michelangelo, arsitektur berkebangsaan Italia pada masa renaisans Eropa. Bahkan karya arsitektur Sinan juga terdapat dalam gereja-gereja di Italia.
“Kita bisa melihat banyak fitur Sinan di sejumlah gereja Italia. Dua kota (Florence dan Venesia), khususnya, memiliki hubungan yang lebih kuat dengan Muslim di Afrika Utara dan Timur lebih dari kota-kota Eropa lainnya,” ungkap Dr. Saud.
Pengalamannya di selama menjadi di dunia militer dan terlibat dalam beberapa ekspansi wilayah Turki Utsmani seperti ke timur Eropa, Azerbaijan, Mesir, Irak, Suriah membuatnya kaya akan inspirasi. Berbagai pengalamannya ini dia manfaatkan dalm proses pembangunan masjid era Turki Utsmani misalnya masjid Sehzade, era Sultan Sulaiman I.
Sinan Di Mata Sejarawan & Ilmuwan Barat
Kemegahan Masjid Hagia Shopia yang berumur panjang sejak di bangun pada era Romawi (537M) hingga kini adalah berkat jasa Mimar Sinan. Hal ini diungkapkan oleh sejarawan Seni Turki dari Universitas Mimar Sinan, Hayri Fehmi Yilmaz.
Dikutip dari TRT World (24/07/2020), Hayri mengungkapkan bagaimana jejak Sinan di balik megahnya Masjid Hagia Shopia, di Istanbul itu. Banyak pakar arsitektur mengakui jika Sinan adalah arsitektur terbaik Turki Utsmani yang berhasil membuat kubah Hagia Shopia berumur panjang.
“Kubah Hagia Sophia memberikan tekanan luar biasa pada seluruh struktur, sehingga Sinan menempatkan penopang batu di sekitar bangunan untuk meringankan bebannya,” ujar Hayri.
Dilansir dari theconversation (29/7/2020), Senija Causevic dari Universitas London menjelaskan jika Mimar Sinan melakukan proyek penguatan bangunan di Hagia Shopia (1566-1574). Sinan menambahkan dua menara, yang membuat bangunan Masjid Hagia Shopia tetap kokoh hingga abad ke-21 ini.
Jasa besar Sinan untuk Hagia Shopia juga ditegaskan oleh peneliti Sejarah Peneliti Sejarah Turki Yasin Karabacak. Sinan adalah arsitek Turki Utsmani yang sukses merestorasi Hagia Shopia, menjadi bangunan yang kuat dan berumur panjang.
“Penopang dan menara Arsitek Sinan membantu Hagia Sophia bertahan hingga sekarang tanpa memerlukan renovasi besar-besaran,” kata dilansir dari TRT World (24/07/2020).
“Ketika Anda memperhatikan menaranya secara khusus, Anda dapat dengan jelas melihat tujuannya untuk mendukung bangunan dengan kehadirannya yang berat,” jelasnya
Hari ini, 24 Juli genap setahun yang lalu, masjid Hagia Shopia kembali berfungsi sebagai masjid, shalat jum’at pertama kembali diadakan setelah ditutup oleh Mustafa Kemal Attaturk pada 1934 silam.
Hal ini bermula dari pencabutan dekrit 1934 yang dilakukan oleh Pengadilan Turki dan Dewan Negara pada 10 Juli 2020. Ditandai dengan pelaksanaan shalat jum’at pertama pada 24 Juli tahun 2020 yang saat itu dihadiri langsung oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Penulis: Kukuh Subekti