ISLAMTODAY ID—Ilmuwan muslim merupakan pelopor dunia farmasi. Mereka turut aktif dalam pengembangan berbagai bidang obat-obatan.
Dua diantara mereka adalah Abu Muhammad Abdallah Ibn Ahmad Ibn al-Baitar Dhiya al-Din al-Malaqi atau Ibnu Baithar dengan karya monumentalnya Jami’ Al-Mufradat Al-Adwiyah. Lalu ada Ibnu Sina dengan karyanya yang terkenal Al-Qanun fi At-Thibb.
Jami’ Al-Mufradat Al-Adwiyah Karya Ibnu Baithar
Prof. Raghib dalam bukunya Sumbangan Peradaban Islam pada Dunia memaparkan kepeloporan kaum muslimin dalam dunia obat-obatan. Salah satunya karya seorang ilmuwan muslim akhir abad ke-12M, Ibnu Baithar kelahiran Kota Malaga, Spanyol.
“Risalah-risalah tentang karya dalam bidang ilmu apoteker di masa ini tidak terbatas. Bisa berupa obat-obat yang tidak dicampur, obat-obat racikan yang ditulis oleh Ibnu Baithar dalam bukunya Jami’ Al-Mufradat Al-Adwiyah,” ungkapProf. Raghib mengutip pendapat dari Max Marhoof lewat karyanya Mabhas Tib, Mansyur fi Turast Al-Islam.
Ilmuwan muslim banyak sekali melakukan pembaruan. Diantaranya menemukan sumber-sumber bahan obat-obatan baik yang nabati dari tumbuhan maupun obat-obatan kimia.
Max Marhoof mengungkapkan tentang adanya aksi impor besar-besaran tanaman obat dari Pantai Laut Tengah dan Spanyol. Serta terdapat 1400 macam obat kedokteran yang berkembang pada masa itu.
Pemanfaatan obat-obatan yang berasal dari tanaman contohnya ialah pada biji kopi yang digunakan untuk obat penyakit hati. Biji kopi yang ditumbuk juga bisa dimanfaatkan untuk obat radang, disentri serta infeksi luka.
Selain pemanfaatan tanaman obat, para ilmuwan muslim juga memanfaatkan ilmu kimia. Kemajuan di bidang ilmu kimia pada akhirnya membawa pembaruan obat-obatan modern yang membantu penyembuhan penyakit.
“Seperti mengeluarkan alkohol, campuran air raksa, garam amoniak, menciptakan minuman yang diperas, menyuling atau mengambil intisari suatu bahan,” ungkap Prof. Raghib.
Kepeloporan lainnya dalam dunia farmasi yang dilakukan oleh umat Islam ialah dalam penggunaan obat. Ada empat teknik penggunaan obat yang dipelopori oleh kaum muslimin.
“…Taqthir (penyulingan), memisahkan buih, Al-Malghamah (mencampur air raksa dengan sumber-sumber bumi lain), At-Tasami (Meminadahkan bahan padat menjadi uap, kemudian dari kondisi padat yang kedua tidak sampai mencair, At-Tabluri (mengkristalkan) atau memisahkan kristal bahan-bahan kering, At-Takyis (Penggunaan aksoda alami),” tutur Prof. Raghib.
Ilmuwan muslim di Arab pada masa itu juga telah memanfaatkan gula dan madu sebagai bahan untuk mencairkan obat-obatan. Tapi penggunaan gula lebih diutamakan.
Penemuan lainnya ialah penggunaan air raksa dalam campuran salep yang ditemukan oleh Ar-Razi. Saat itu yang menjadi obyek percobaannya ialah kera.
Ilmuwan muslim juga memanfaatkan teknik menyuling dalam mencampur bahan-bahan obat. Hal ini mereka lakukan ketika mencampur sepuluh hingga seratus obat-obatan. Pada kesempatan lainnya ilmuwan Islam juga mencampur antara candu dan air raksa.
“… Campuran candu dan air raksa, menggunakan ganja, candu dan sebagainya dalam batasan yang diperbolehkan,” ucap Prof. Raghib.
Al-Qanun fi At-Thibb Karya Ibnu Sina
Rangkuman obat-obatan juga banyak diungkapkan oleh Ibnu Sina (980-1037) dalam bukunya yang berjudul Al-Qanun fi At-Thibb atau The Cannon of Medicine. Kitab tersebut pun menjadi referensi utama dalam dunia kesehatan terutama di dunia obat-obatan.
“Berbagai informasi obat-obatan Unani dan Hakimi ada di dalamnya. Buku ini memuat bermacam-macam pengobatan dan gejala penyakit yang dijelaskan secara terperinci,” ujar M. Atiqul Haque dalam bukunya berjudul 100 Pahlawab Muslim yang Mengubah Dunia.
“Lebihj dari 700 resep, penggunaandan keuntungannyadisebutkan dalam buku farmakope (panduan meracik obat) ini,” jelasnya.
Buku ini menjadi buku pegangan dan panduan berbagai institusi kesehatan dunia, terutama di Eropa. Kitab Qanun tersebut bahkan menjadi buku pelajaran utama di bidang ilmu Kesehatan Eropa.
Ibnu Sina juga merupakan ilmuwan muslim yang memperkenalkan kita pada sistem pengemasan tablet obat dengan lembaran emas dan perak. Dia juga mengembangkan obat untuk pengobatan mata katarak.
“(Pakar Kesehatan) dari Maroko sampai India dan Indonesia bahkan sekarang memberikan resep penyakit sesuai dengan praktik yang dilakukan Ibnu Sina,” ujar M. Atiqul.
Penulis: Kukuh Subekti