ISLAMTODAY ID—Jenderal Soedirman merupakan kader Muhammadiyah yang berjasa dalam membidani lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Ia bahkan dikenal sangat ahli dalam melakukan taktik perang gerilya pada masa perang kemerdekaan.
Faktanya di luar dunia militer, ia juga memiliki sejumlah kiprah penting yang tak bisa dipandang sebelah mata. Berbagai kiprahnya menunjukkan totalitasnya dalam mencintai tanah air.
Berikut kisah perjuangan Jenderal Soedirman yang diuraikan langsung oleh Sejarawan Muhammadiyah, yang juga Sejarawan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Sardiman. Ia dalam acara Bedah Karya Jenderal Soedirman Dari Muhammadiyah untuk Indonesia yang berlangsung virtual pada Senin (23/8) mengungkapkan sejumlah kontribusi besar sang jenderal.
Sardiman merupakan sejarawan yang sudah sejak tahun 1998 banyak meneliti sosok Jenderal Sardiman. Selain itu ia juga memiliki sejumlah dokumentasi penting hasil wawancara milik sejarawan TNI yang belum sempat dibukukan.
Berikut ini berbagai kiprah sang Jenderal Soedirman untuk umat dan bangsa Indonesia, terutama sebelum ia resmi menjadi seorang panglima TNI. Ia aktif dalam berbagai bidang baik itu dunia militer, pendidikan, dakwah maupun berbagai aktivitas sosial lainnya.
Kiprah Sang Jenderal
- Kepala Penjagaan Udara Cilacap
Sardiman menambahkan sejumlah kiprah penting lainnya yang pernah dijalankan oleh Jenderal Soedirman. Salah satu posisi penting yang pernah diduduki oleh Jenderal Soedirman semasa akhir penjajahan Belanda ialah menjadi Kepala Penjagaan Udara atau Luch Bischermen Diens di Cilacap.
- Negosiator Muhammadiyah-Jepang
Pada masa Jepang, sang jenderal juga memiliki kiprah dalam mengamankan pendidikan Indonesia. Ia berhasil mencegah militer Jepang untuk menutup sekolah milik Muhammadiyah, berkat negosiasinya Jepang tidak jadi menutup bangunan sekolah Muhammadiyah untuk pangkalan militernya di Cilacap.
“Pak Dirman dengan cerdasnya, saudara-saudara teman-teman Jepang kalau anda menutup sekolahan berarti anda nanti tidak akan mendapat dukungan dari rakyat Cilacap. Orang Jepang udah ketakutan itu, makanya selamat, tidak jadi ditutup,” ucap Sardiman.
- Mendirikan Koperasi
Jenderal Soedirman pada masa penjajahan Jepang, memiliki andil besar dalam menyelamatkan ekonomi umat Islam diantaranya dengan mendirikan sebuah koperasi. Pembentukan koperasi tersebut bahkan ditiru oleh Jepang dengan mendirikan koperasi yang diberinama Kumiai.
- Mendirikan Badan Pengurus Makanan Rakyat
Kiprah lainnya yang ia lakukan semasa hidupnya ialah mendirikan sebuah organisasi yang mengurusi makanan rakyat. Salah satu ancaman selama kolonialisme asing ialah bahaya kelaparan.
- Da’i Muhammadiyah
Kiprahnya sebagai da’i keliling Muhammadiyah selama tinggal di Cilacap memiliki makna pengting bagi suksesnya dakwah Muhammadiyah di sana. Ia dengan telaten dan tekun melakukan kunjungan silaturahmi kepada berbagai elemen Islam terutama kepada kalangan Nahdliyin.
“Soedirman berusaha untuk berdialog, dia bersilaturahmi ke kiai-kiai NU, hasilnya memang sangat memuaskan orang kemudian menerima Muhammadiyah,” ujar Sardiman.
- Guru
Selama menjadi guru di HIS Muhammadiyah, Jenderal Soedirman bukanlah guru sembarangan. Ia tercatat pernah menjadi Kepala Sekolah HIS Muhammadiyah.
Sejak SMP
Sardiman menjelaskan rentetan peristiwa penting yang menunjukkan sisi rasa cinta tanah air Jenderal Soedirman itu muncul terutama sejak ia mulai memasuki bangku SMP di MULO Taman Dewasa. Hal ini terekam pada sebuah percakapan penting antara dirinya dan sang Kepala Sekolah Taman Dewasa ini.
“Jadi (Jenderal Soedirman) dipanggil, punya cerita bahwa karena Taman Dewasa terbentur oleh undang-undang sekolah liar kan berarti dilarang. Kepala sekolah ini sangat melihat bakat Soedirman sehingga dipanggil,” kata Sardiman.
Singkat cerita dalam panggilan tersebut, sang kepala sekolah bertanya pada Soedirman tentang isi sebuah buku. Ia memiliki kemampuan dalam memahami pesan tentang narasi kolonialisme dalam buku yang dibacanya tersebut.
“Waktu dipanggil itu, menariknya gini, (Ia ditanya) ‘Dirman pernah baca buku X (misalnya)?’. ‘Iya gimana bapak?’. ‘Apa isinya?’ ‘Di sana isinya ada gambar orang Belanda kemudian di belakangnya ada asisten wedana, ada bangsawan Indonesia. Di sana ada gambar orang mencuri ditulisi orang Indonesia, di sana ada rumah orang Belanda depannya ada orang ngemis dan yang mengemis itu ditulisin orang Indonesia,” ungkap Sardiman.
Sardiman menjelaskan bagaimana kemampuan Jenderal Soedirman yang masih duduk di bangku SMP itu memiliki kemampuan menganalisis pesan di balik sebuah ilustrasi akhirnya membuat kepala sekolah terpesona. Di sisi lain ilustrasi tersebut juga menjadi salah satu pemantik semangat juangnya melawan kolonialisme asing di Indonesia.
“Kemudian oleh guru Taman Siswa (Dewasa) itu disarankan pindah ke MULO Wiworotomo. Itulah menjadi startnya Sudirman membina kedirian Sudirman itu waktu di MULO Wiworotomo,” tutur Sardiman.
“Karena keberagamaannya menjadi sangat terjamin,” jelasnya.
Semangat juang Jenderal Soedirman makin terasah dengan baik setelah ia aktif dalam berbagai kegiatan ke-muhammadiyahan, terutama di Hizbul Wathan (HW). Ia bahkan dipercaya menjadi pimpinan Muhammadiyah baik di tingkat Banyumas puncaknya, ia pernah menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah Jawa Tengah pada tahun 1937.
Penulis: Kukuh Subekti