ISLAMTODAY ID—Jejak kebesaran Kesultanan Kesultanan Islam di Nusa Tenggara nyaris tak bersisa akibat letusan gunung Tambora pada tahun 1815. Salah satunya menimpa Kesultanan Islam Sumbawa.
Tapi eksistensi dan kebesaran Kesultanan Islam di Sumbawa masih dapat dilihat dari jaringan ulama dan karya karya mereka. Pada abad ke-19 M, para ulama yang berasal dari Sumbawa telah meramaikan pusat-pusat studi Islam di Mekkah.
Sejumlah ulama masa Kesultanan Islam di Sumbawa bahkan telah bermukim di Mekah. Diantaranya Ibrahim al-Khulushi ibn Wud al-Jawi al-Sumbawi, Syaikh Idris Ibn ‘Utsman al-Sumbawi, Syaikh ‘Abd Ghani al-Bimawi, Syaikh Zain al-Din al-Sumbawi, dan Syaikh Muhammad Ali Ibn ‘Abd al-Rasyid Ibn ‘Abdullah al-Sumbawi al-Jawi.
Mereka bahkan menulis berbagai karya monumental. Seperti Kitab Al-Yawaqit Wa al-Jawahir Fi ‘Uqubah al-Kabair yang di tulis Syaikh Muhammad Ali.
Kitab Al-Yawaqit Wa al-Jawahir Fi ‘Uqubah al-Kabair
Kitab Al-Yawaqit Wa al-Jawahir Fi ‘Uqubah al-Kabair merupakan terjemah Melayu beraksara Arab Pegon. Karya ini juga menegaskan bahwa Sumbawa dipimpin dengan sistem Islam.
Hal ini tampak dari keberadaan qadi atau hakim agung di negeri tersebut. Syaikh Muhammad Ali adalah seorang qadi atau hakim dari negeri Sumbawa yang tinggal di Kota Mekkah.
“….telah meminta dari al-faqir yang hina dan yang mengakui akan dosa-dosa dan kekurangannya, Muhammad Ali anak Abdul Rasyid anak Abdullah, seorang Qadi (negeri) Sumbawa (yang bermukim) di Kota Mekkah yang mulia,” ungkap Filolog Muda, lulusan Universitas Al-Azhar Mesir, Ahmad Ginanjar Syaban dalam bukunya berjudul Mahakarya Islam Nusantara.
Karya Al-Yawaqit Wa al-Jawahir Fi ‘Uqubah al-Kabair juga menunjukan adanya relasi pengaruh pemikiran antara ulama Sumbawa dengan dengan ulama dari Mesir. Kitab aslinya merupakan karya intelektual yang ditulis oleh ulama Mesir, Syaikh ‘Abd al-Wahhab al-Syarani yang wafat pada tahun 973H/ 1565M.
“Yaitu sebagian handai taulan saya yang utama lagi mulia, untuk menerjemahkan kitab karangan Syaikh ‘Abd Wahhab al-Syarani yang bernama ‘al-Yawaqit wa al-Jawahir’ dalam menerangkan ganjaran bagi para pelaku dosa besar, juga tentang gambaran hari kiamat , dan tentang gambaran surga dan para penghuninya, menerjemahkan kitab tersebut dari bahasa Arab kepada bahasa Jawi (Melayu).”
Kitab Al-Yawaqit Wa al-Jawahir Fi ‘Uqubah al-Kabair selesai disalin usai Shalat Ashar pada hari Senin tanggal 18 Dzulqa’dah 1243H/ 1827M. Kini kitab tersebut telah banyak dicetak secara umum dan beredar luas dibeberapa negara seperti Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand.
Ginanjar dalam Mahakarya Islam Nusantara berpendapat keberadaan Al-Yawaqit Wa al-Jawahir Fi ‘Uqubah al-Kabair membeberi dua makna penting. Keberadaan kesultanan-kesultanan Islam
Pertama, Kesultanan-kesultanan di Sumbawa pada masa tersebut telah menjadi kekuatan Islam yang besar dan berpengaruh di gugusan kepulauan Nusa Tenggara. Kedua, Aktivitas keilmuwan Islam di wilayah Sumbawa telah berkembang dengan cukup matang. Hal ini ditandai dengan cukup banyaknya ulama-ulama Sumbawa yang berkarir sebagai pengajar dan pengarang kitab di Mekkah.
Penulis: Kukuh Subekti