ISLAMTODAY ID—Menelusuri riwayat perhimpunan Shidiq Amanah Tabligh Fathonah (SATV) yang didirikan para aktivis Sarekat Islam (SI) Solo sangat menarik. Menunjukkan bahwa para aktivis SI sangat memperhatikan aspek ke-Islaman umat Islam.
Periode tahun 1920-an SI Solo tak lagi aktif seperti biasa, sebagian dari mereka memutuskan untuk berdakwah. Gerakan SI Solo mulai didominasi oleh para anggotanya yang berlatarbelakang jurnalis bersama dengan Muhammadiyah mulai mengaktifkan kelompok pengajian SATV.
SATV merupakan organisasi dakwah yang didirikan oleh para jurnalis Islam di Solo pada tahun 1919. Organisasi yang didirikan oleh Haji Misbach dan para aktivis SI Solo itu dinilai sangat berpengaruh bagi perkembangan dakwah Islam.
SATV sendiri menunjukkan bahwa SI dan Muhammadiyah telah saling bersinergi sejak tahun-tahun pertama berdirinya Muhammadiyah (1912). Dakwah Muhammadiyah mulai masuk ke Solo pada tahun 1915 dibawakan langsung oleh Haji Fachroedin.
Haji Fachroedin pada tahun tersebut telah aktif mengampu majelis ta’lim Muhammadiyah di Keprabon, Solo. Sebuah kelompok pengajian yang pada tahun 1918 berganti nama menjadi SATV.
Dikutip dari buku Sarekat Islam Surakarta 1912-1913 disebutkan bahwa Haji Fachroedin adalah seorang kolumnis aktif di surat kabar SI, Islam Bergerdak dan Medan Moeslimin. Maka wajar jika Adhytiawan Soeharto dalam bukunya tersebut menyebut jika kelompok pengajian ini dirintis oleh para jurnalis Islam di Solo.
“Pengajian (Muhammadiyah) tersebut diadakan Haji Misbach di rumah Harsoloemakso yang bertempat di Keprabon,” kata Adhyt.
Sekolah Islam SATV ‘Madrasah Syariah’
Demi menjaga efekivitas dakwah, SATV membagi tiga kelompok pengurus. Pertama bagian tabligh, kedua, sekolah Islam dan ketiga Taman Poestoko.
Keberadaan SATV di Solo tentu melengkapi kiprah dakwah SI setelah sukses dengan kehadiran dua korannya, Islam Bergerak dan Medan Moeslimin. Dari SATV lahirlah sekolah Islam pertama di Solo, yang terletak di dekat Stasiun Sangkrah, Solo.
“Sekolah Islam SATV berdiri di dekat Stasiun Sangkrah, dan sekolah tersebut juga menerima anak-anak pribumi dari berbagai daerah. Sekolah itu mulai berjalan pada Maret 1920,” ungkap Adhyt.
“Target SATV juga merekrut merekrut murid-murid HIS (Hollandsch Inlandsche School) yang mau mendalami agama Islam, karena di sekolah mereka tidak terdapat pelajaran membaca Al-Qur’an dan pelajaran agama Islam,” jelasnya.
Adhyt menjelaskan sebelum memiliki gedung sendiri, sekolah tersebut menumpang di rumah milik Harsoloemakso di Keprabon, Solo. Ia juga menambahkan tentang latar belakang berdirinya sekolah Islam SATV tidak lain adalah untuk melawan kristenisasi yang mulai marak di Solo.
“Pengurus SATV melihat adanya upaya dari kalangan Kristen untuk mengajak anak-anak pribumi masuk ke agama mereka,” tutur Adhyt.
Salah satu peristiwa yang dimaksud ialah maraknya pembagian selebaran gratis di Gladag, Solo pada Januari 1920. Selebaran yang didalamnya berisi tentang ajaran-ajaran Kristen dan ajakan untuk masuk agama Kristen.
Sementara pada saat yang sama, fasilitas pendidikan bagi masyarakat Solo masih minim. Untuk itu para aktivis SI khususnya yang aktif dalam SATV berusaha keras mendirikan sekolah Islam.
Berkat bantuan para donatur pembangunan sekolah Islam di Solo akhirnya bisa dimulai pada 15 Februari 1920. Sumbangan untuk pembangunan sekolah Islam itu awalnya terkumpul 2050 gulden dan ditambah 20 gulden dari acara biosgkop yang diadakan oleh SATV.
Melihat pentingnya keberadaan donatur bagi kegiatan dakwah, SATV pun menginisiasi terbentuknya kelompok donatur pada Juli 1920.
Adhyt mengungkapkan hal lain yang dilakukan oleh SATV Solo selain mendirikan sekolah ialah mengembangkan perpustakaanya, Taman Poestoko. Bekerjasama dengan Muhammadiyah mereka aktif mengumpulkan kitab-kitab fiqih, dan kitab-kitab agama karya ulama Mesir.
Keberadaan SATV paling signifikan ialah kemampuannya merangkul kelompok organisasi abangan di Solo. Mereka mampu menghidupkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat Solo.
Pengaruh SATV di Madiun
Perkembangan SATV dinilai sangat progresif dan mendapat sambutan dari khalayak luas. Oleh karenanya keberadaan SATV dengan mudah segera menjamur ke berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
SATV menyebar ke berbagai daerah yang masih memiliki pengaruh SI yang sangat kuat seperti Ambarawa, Kebumen, Kediri, Tulungagung, Madiun dan Ungaran.
Salah satunya pengaruh SATV di Uteran, Madiun yang sudah ada sejak akhir tahun 1919 SATV. Tokoh-tokoh yang ikut menggagas berdirinya SATV Uteran ialah Harsoloemakso (SATV Solo), RM Partowinoto (Sekretaris SATV Solo), dan Harun Rasyid (Pemred Medan Moeslimin).
Struktur kepengurusan SATV Uteran itu ialah Karjosoedarmo (Ketua), Sastrosoetomo dan Imam Sibawi (Sekretaris), Doejat dan Parto Oelomo (Bendahara). Selain mereka ada juga delapan pengurus lainnya.
SATV daerah memiliki tujuan yang sama dengan SATV di Solo yakni melakukan syiar dakwah Islam di wilayahnya masing-masing. Mereka dalam menjalankan kegiatan dakwah juga diingatkan untuk tetap berpedoman pada syariat Islam, Al-Qur’an dan Hadist.
“Hasil rekomendasi dari vergadering SATV cabang Uteran adalah mengadakan pengajaran gratis kepada anak-anak tentang mengenal huruf-huruf Arab. Selain itu mengadakan banyak pengajian di masjid-masjid Uteran dan mengadakan sekolah Al-Qur’an di sana,” ucap Adhyt.
Penulis: Kukuh Subekti