ISLAMTODAY ID— KH Abu Dardiri bersama dua anggotanya K.H. Saleh Suaedy dan M. Soekoso Wirjasaputro merupakan tiga tokoh penting di balik berdirinya Kementerian Agama (Kemenag).
Mereka adalah rombongan delegasi Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) Banyumas dalam sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang berlangsung sejak tanggal 25 sampai 27 November 1945.
Upaya tiga delegasi itu didukung oleh sejumlah tokoh KNIP seperti Mohammad Natsir, Dr. Muwardi, Dr. Marzuki Mahdi dan M. Kartosudarmo.
Pada tanggal 26 November 1945, tiga utusan yang dipimpin oleh KH Abu Dardiri kembali memperjuangkan pentingnya keberadaan kementerian khusus bagi umat Islam. Para utusan berusaha meyakinkan forum sidang yang dihadiri oleh ratusan anggota KNIP se-Indonesia.
“Supaya dalam negeri Indonesia yang sudah merdeka ini janganlah hendaknya urusan agama hanya disambilkan kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan saja, tetapi hendaklah Kementerian Agama yang khusus dan tersendiri,” dikutip dari laman resmi kemenaggoid pada 26 November 2021.
KH Abu Dardiri merupakan tokoh Masyumi yang lahir di Gombong, Kebumen pada 24 Agustus 1895. Sebelum menjadi pengusaha percetakan yang sukses, ia adalah mantan pegawai kereta api dan buruh pabrik gula.
Krisis ekonomi yang terjadi pada periode awal abad ke-20 membuat pabrik gula tempatnya bekerja gulung tikar. Ia dengan bekal modal seadanya itu pun merintis usaha percetakan di Purbalingga.
Pada tahun 1920, ketika Muhammadiyah mendirikan cabang di Purbalingga, dan ia pun terpilih sebagai ketua kabangnya, maka bisnisnya kian besar. Relasinya yang luas membuatnya mampu mendirikan percetakan di beberapa kota seperti Jakarta dan Gombong.
Setelah sukses dengan amanah pertamanya sebagai Ketua Cabang Muhammadiyah Purbalingga, ia menjadi Konsul Muhammadiyah Banyumas pada tahun 1940. Ia pun pindah domisili ke Purwokerto.
Dilansir dari harian republikaid (8/11/2021) pada era penjajahan Jepang, ia sempat pula menjabat sebagai Kepala Jawatan Agama atau Syumokatyo untuk Karisidenan Banyumas. Saat itu ia mengusulkan kepada pemerintah Jepang untuk memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah rakyat (SR) di wilayah Banyumas.
Selanjutnya pada era kemerdekaan ia dipercaya sebagai Ketua Partai Masyumi Purwokerto. Ia pun terpilih sebagai Ketua Muda KNID Banyumas.
Selanjutnya ia memimpin rombongan utusan KNID Banyumas untuk memperjuangkan perlunya Kemenag. Rencana pembentukan Kemenag berjalan alot sejak 11 Juli 1945 hingga November 1945.
KH Abu Dardiri wafat pada 1 Agustus 1967 di rumah kediamannya, Jalan Ragasemangsang, Purwokerto.
Kehadiran Kemenag memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia. Itulah upaya bangsa Indonesia untuk mengatur dan menata kembali kehidupannya di tengah-tengah perang mempertahankan kemerdekaan.
Kemenag mengambil alih sejumlah wewenang keumatan dan keagamaan yang sebelumnya dipegang beberapa kementerian seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kehakiman dan Kementerian Pengajaran.
Beberapa kepentingan umat Islam yang diambil alih oleh Kemenag meliputi masalah perkawinan, peradilan agama, kemasjidan, haji, dan pengajaran agama di sekolah.
Untuk itu pada 3 Januari 1946 bertepatan dengan 29 Muharram 1364 Hijriyah, pemerintah resmi menetapkan berdirinya Kementerian Agama. Pada ketetapan yang sama juga mengangkat HM Rasyidi sebagai Menteri Agama Republik Indonesia.
Penulis: Kukuh Subekti