ISLAMTODAY ID— Wolff Schoemaker mantan anggota tentara Belanda, KNIL memiliki keberpihakan sendiri terhadap Islam dan Indonesia. Ia bahkan sempat menyampaikan keinginannya itu kepada mantan muridnya, Soekarno.
Wolff Schoemaker sangat dekat dengan Soekarno dan Mohammad Natsir. Bagi Soekarno ia adalah dosennya selama kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), sedangkan bagi Natsir, ia adalah seorang teman sejawat.
Kesultanan Islam Indonesia
Salah satu gagasan cemerlang seorang Wolff Schoemaker ialah tentang pembentukan negara Islam. Pada tahun 1948, Wolff Schoemaker sempat menyampaikan keinginannya kepada Soekarno tentang Kesultanan Islam Indonesia.
“Dia mendorong anak didiknya itu untuk mengubah negara Indonesia menjadi Kesultanan Islam Indonesia. Menurut dia, hanya kohesi muslim yang mampu menyatukan Indonesia,” dilansir dari compagnieppfcom, edisi 12 Oktober 2020.
Sebelumnya gagasan dan pandangannya tentang Islam telah lebih dulu ia salurkan dalam sebuah buku. Pada tahun 1937, ia bersama dengan tokoh aktivis Persatuan Islam (Persis) Bandung, Mohammad Natsir menerbitkan sebuah buku berjudul Cultuur Islam.
Selanjutnya pada tahun 1948, buku tersebut diterbitkan ulang dengan judul ‘Kebudyaan Islam’ oleh penerbit asal Jakarta, Tinta Emas atau Sinar Ilmu.
Karel Steenbrink dalam A Convert to Islam in 1915: Carl Wolff Schoemaker menjelaskan tentang isi tentang ide dan gagasan Wolff Schoemaker.
Karel menjelaskan berdasarkan kutipan dari Baahrum Rangkuti, Wolff Schoemaker sebagai arsitek ia menulis tentang arsitektur Islam Internasional. Salah satunya tentang arsitektur Mughal, India dan juga tentang arsitektur Indonesia.
Sementara Natsir menulis tentang sejarah awal muslim, bahasa Arab, kejayaan Islam di Baghdad, Basra, Damaskus, Toledo dan Cordova, hingga keunggulan pengetahuan kedokteran bangsa Arab, dan kemunduran bangsa Eropa hingga tahun 1100.
Dalam buku yang sama Wolff Schoemaker juga memberikan kritik pada perkembangan dunia arsitektur Islam semasa ia hidup. Menurutnya perkembangan arsitektur yang ada sangat jauh kekinian.
Bahkan Wolff Schoemaker meyakini Islam pada masa keemasan tidak hanya dimaknai sebagai ibadah ritual melainkan juga sebagai sumber inspirasi intelektual. Sehingga memajukan peradaban manusia baik di Asia maupun Eropa.
“Alangkah sayangnya melihat, bagaimana keadaan arsitektur Islam zaman kita sekarang, amat jauh dari keadaan di zaman keemasan itu, semasa Islam tidak hanya dianggap sebagai satu paham ketuhanan dan gerak-gerakan bibir saja, semasa dada kaum Muslimin masih terbuka dengan luas menerima dorongan Islam yang membangkitkan semangat supaya turut bersama-sama menegakkan satu kemajuan rohani dalam masyarakat-kebudayaan di Eropa dan Asia!” kata Wolff Schoemaker dikutip dari komunitasaleutcom pada 29 November 2011.
Selain mengkritik perkembangan dunia arsitektur Islam pada masa itu, ia juga mengkritik gaya arsitektur masjid yang berkembang di Indonesia. Sebagai seorang arsitek ia berpendapat kekuatan Islam sesungguhnya bisa dilihat dari pembangunan masjidnya.
Wolff Schoemaker mengatakan “Rupa kekuatan Islam bisa dilihat dari pembangunan masjid.” Kritiknya tentang arsitektur masjid di Indonesia ia katakan, “Sederhana, miskin, tidak mempunyai kekuatan dan keindahan yang diciptakan oleh Islam di tempat lain.”
Menurut Wolff Schoemaker hal tersebut kontras dengan potensi yang dimiliki oleh umat Islam di Indonesia.
Salah satu warisan intelektualnya dalam dunia arsitektur ia wujudkan dalam bentuk bangunan Masjid Raya Cipaganti, Bandung yang dibangun pada tahun 1933.
Masjid Raya Cipaganti atau Masjid Nijlandweg itu terletak di kompleks elite Belanda. Masjid tersebut memadukan gaya arsitektur Jawa, Timur Tengah dan Eropa Modern.
Pada tahun 1938, Wolff Schoemaker menunaikan ibadah haji. Perjalanan tersebut menjadi serangakaian dalam tugas barunya sebagai pengajar di Technische Hogeschool Delft, Belanda.
Semasa hidupnya Wolff Schoemaker juga aktif di sejumlah organisasi Islam di Bandung. Ia menjadi Wakil Ketua Western Islamic Association Western di Bandung.
Tidak hanya itu ia juga terlibat aktif dalam Organisasi Persatuan Oemat Islam (PUI) di Bandung. Sebuah organisasi yang didirikan oleh Kiai Ahmad Sanusi, salah satu tokoh Islam yang getol memperjuangkan Islam sebagai dasar negara di BPUPKI.
Wolff Schoemaker lahir dari keluarga Katolik di Banyubiru, Semarang pada 25 Juli 1882. Ia wafat di Bandung pada 22 Mei 1949.
Meskipun telah menjadi seorang muslim sejak tahun 1915, namun pada akhir hayatnya ia justru dikebumikan dengan tata cara Nasrani. Ia dimakamkan di Kompleks Pemakaman Pandu, Cicendo, Bandung.
Mengenai hal ini sejumlah sumber menyebutkan bahwa hal itu bukanlah murni keinginan Wolff Schoemaker, melainkan pihak keluarganya.
Penulis: Kukuh Subekti