ISLAMTODAY ID— Kegiatan korespondensi melalui pos sangat penting bagi kepentingan suatu negara, begitu pula pada era peradaban Islam. Kepentingan tersebut membuat dunia pos terus mengalami perkembangan.
Sepeninggal Rasulullah Muhammad, wilayah kekuasaan Islam terus meluas hingga lintas benua. Perluasan wilayah mendorong terjadinya kemajuan di bidang korespondensi.
Prof. Raghib As Sirjani dalam bukunya Sumbangan Peradaban Islam Pada Dunia menyebutkan ada empat jenis pos.
Pertama, korespondensi melalui pos darat yang dilakukan oleh seorang laki-laki dengan fisik yang kuat. Kedua, pos laut yang menggunakan alat transportasi laut.
Ketiga pos udara memanfaatkan tenaga burung, merpati pos, dan keempat korespondensi pos mercusuar.
Berikut ini kita simak sejauh mana perkembangan dunia korespondensi, pos dalam peradaban Islam.
Pos Darat
Pos darat biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dengan kemampuan fisik yang kuat mengingat ia harus melakukan perjalanan jauh. Mereka biasanya menggunakan seekor kuda, unta dan baghal (hasil perkawinan antara kuda dan keledai) untuk mengangkut surat-surat.
Selain petugas posnya, pos darat juga tidak sembarangan memilih binatang ternak untuk membawa surat-surat. Binatang ternak yang dipilih ialah binatang memiliki kecepatan di atas kuda-kuda biasa serta kuat dalam berjalan kaki.
Pos darat pun diatur dengan sangat rigid. Hal ini mempertimbangkan jarak antar kantor pos dan medan yang harus ditempuh.
Jika tidak diatur sedemikian rupa akan membuat kuda, unta dan baghal mengalami kesulitan selama melewati gurun pasir. Tak jarang luasnya gurun pasir dan terbatasnya ketersediaan air justru menyulitkan binatang ternak.
Untuk menjawab tantangan tersebut seringkali dibuat jalur alternatif ke daerah lain yang memiliki banyak sumur,termasuk pula tingkat keamanan dan kenyamanan jalur pos darat tersebut.
Pos Laut
Kedua, pos laut dengan memanfaatkan jasa kendaraan laut. Orang pertama yang memanfaatkan jalur pos laut adalah Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.
Ia menggunakan kendaraan jenis kapal bermesin yang dipaku, dijahit dengan benang dan dicat. Pos Laut adalah antitesis dari Pos darat sebab pos laut hanya dijalankan di negara dengan wilayah lautnya yang dominan.
Merpati Pos
Ketiga, merpati pos, merupakan kegiatan pos yang memanfaatkan burung merpati. Surat yang ditulis dengan kertas kecil, dan ringan lalu digantungkan di leher merpati.
Nama dari kegiatan tersebut ialah Al-Hady. Pos Merpati merupkan pos terbaik dalam hal kecepatan dibanding dengan pos darat dan pos laut.
Seekor merpati pos pun menempati posisi yang istimewa, harga jualnya sangat tinggi. Seekor merpati pos di Kota Bashrah dijual dengan harga yang mencapai tujuh ratus dinar.
Merpati Pos banyak digunakan pada masa pemerintahan Sultan Nuruddin Zanki dan Al-Ubaidi (Al-Fathimi). Dengan jangkauan terbang di beberapa kota seperti Kairo-Bashrah dan Kairo-Damaskus.
Disepanjang rute tersebut dibangun pula bebebrapa menara untuk singgah burung-burung Merpati Pos sesuai alamat yang dituju.
Metode pengiriman merpati pos juga memiliki sejumlah resiko seperti terbunuh, hilang dan tersesat. Sehingga surat yang dikirim melalui merpati pos biasanya disertai pula salinan surat yang dikirim melalui merpati pos yang berbeda.
Jarak pengiriman salinan melalui merpati pos berbeda tersebut dillakukan dengan jarak dua jam dari pengiriman yang pertama. Selain itu pengiriman merpati pos tidak bisa dilakukan ketika musim hujan.
Merpati pos biasanya dilakukan pada masa-masa darurat seperti situasi perang. Surat merpati pos ditulis singkat melalui kertas kecil yang ringan.
Pos Mercusuar
Pos Mercusuar yang terletak disepanjang pantai. Dengan fungsi menara sebagai penjaga dan peringatan terhadap datangnya musuh yang mengancam di jalur laut.
Pesan yang disampaikan pos mercusuar disampaikan dengan sandi-sandi pencahayaan khusus yang hanya dipahami oleh petugas.
Misalnya ketika petugas menara melihat kedatangan musuh melalui laut pada malam hari maka ia akan menyalakan api. Namun jika kedatangan musuh dari laut dilihat pada siang hari maka petugas menara hanya akan menghidupkan asap.
Kemajuan tersebut menurut Prof. Raghib belum dilakukan oleh bangsa-bangsa lainnya di luar peradaban Islam, termasuk bangsa Eropa. Bahkan bangsa Eropa baru bisa merasakan kemajuan di bidang pos beberapa abad kemudian.
“Dapat kita simpulkan bahwa sistem pos dan perhubungan dalam peradaban Islam memiliki mekanisme yang teliti dan maju sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang pada masanya,” ungkap Prof. Raghib.
“Jasa pos mampu menghubungkan antara pemimpin dengan seluruh rakyatnya dan mengetahui segala perkembangan yang terjadi di dalamnya,” pungkasnya.
Penulis: Kukuh Subekti