ISLAMTODAY ID— Perkembangan ilmu geologi dalam peradaban Islam menjadikan pengetahuan tentang bumi bukan sekedar takhayul. Para ilmuwan muslim berhasil mengembangkan metode-metode ilmiah.
Fakta tersebut berbeda dengan yang terjadi pada masa peradaban Yunani, Aristoteles (383-322 M). Ia membagi dunia dalam beberapa bagian misal bumi terdiri atas unsur api, air, udara dan tanah. semenata langit diciptakan dari either.
Prof. Dr. Raghib As Sirjani dalam bukunya yang berjudul ‘Sumbangan Peradaban Islam’ pada Dunia mengatakan bahwa kaum muslimin memfokuskan penelitiannya dan kesimpulannya dengan membahas tentang geologi dengan metode ilmiah yang benar.
Para ilmuwan muslim berhasil menafisirkan alam semesta seperti gunung dan tambang bumi. Termasuk fenomena-fenomena alam seperti gempa, gunung meletus, pasang dan surut, terbentuknya gunung dan lembah.
Prof. Raghib juga menyebutkan beberapa ilmuwan muslim yang berjasa dalam bidang geologi seperti Fairuz Al Abadi (729H-817H/ 1329-1425M). Ia menulis kitab ilmu geologi yang diberi nama Al-Qamus.
Selain Fairuz muncul beberapa ilmuwan muslim lainnya seperti Al-Jauhari dengan bukunya Ash-Shahah. Kemudian Ibnu Sayidah (398-458H/ 1007-1066) dengan bukunya Al-Mukhashshash.
Sejumlah ilmuan muslim seperti Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Al-Mas’udi, Ikhwan Shafa, Al-Maqdisi, Al-Biruni, Ibnu Sina, Al-Idrisi, Yakut Al-Himawi, hingga Al-Quzuni juga berjasa dalam pengembangan ilmu geologi.
“Para ilmuan tersebut mengemukakan teori mereka yang bermacam-macam tentang gempa, sebab-sebab terjadinya, tentang batu tambang dan batu besar,” kata Prof. Raghib.
Para ilmuan muslim juga mengkaji tentang peningkatan derajat panas dalam perut bumi. Mereka bahkan ahli dalam teori tentang pembentukan gunung.
Selain mampu menjelaskan tentang bumi, para ilmuan muslim juga menjelaskan tentang fenomena alam lain seperti meteor dan siklus air serta sungai.
Mereka membagi batu meteor dalam dua jenis yakni batu dan besi, beserta rincian mengenai sifat dan bentuknya.
Prof. Raghib juga memaparkan tentang kajian ilmiah terhadap air dan sungai. Ada Ikhwan Ash-Shafa melalui kitabnya, Rasail Ikhwan Ash-Shafa sementara Ibnu Sina dengan kitabnya yang berjudul An-Najat.
Geologi dan Ilmu Pertambangan
Melalui ilmu geologi umat Islam berhasil menemukan ilmu tentang pertambangan, terutama minyak bumi. Salah satu ilmuwan muslim yang membahas tentang ilmu tambang ialah Ibnu Sina.
Kitab Asy-Syfa karya Ibnu Sina misalnya mengulas tentang pengaruh ketinggian dan kandungan mineral pertambangannya.
Ilmuwan muslim yang lain seperti An-Nuyari menuliskan tentang geologi dan meteorologi. Kajiannya tersebut dituliskannya dalam kitab Nihayat al-Arab.
Ilmu geologi juga bisa dikaitkan dengan ilmu geografi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Al-Mas’udi dalam kitabnya berjudul Muruj Adz-Dzahab.
“Ilmu geologi menurut kaum muslimin berkaitan erat dengan banyak ilmu lain dalam perkembangannya,” tutur Prof. Raghib.
Gempa Bumi dan Batu Mulia
Pada abad keempat hijriyah atau 10 Masehi seorang ilmuan muslim telah mampu menjelaskan tentang gempa bumi. Ibnu Sina misalnya dalam kitabnya Asy-Syfa menerangkan bahwa “gempa bumi itu terjadi disebabkan pergerakan perlawanan dari bagian-bagian bumidengan sebab yang ada dibawahnya.”
Penjelasan gempa bumi juga diungkapkan oleh Ikhwan As-Shafa dalam kitab Ar-Rasail. Ia berpendapat gempa bumi berasal dari tingginya derajat panas bumi yang dipicu oleh gas bumi.
Prof. Raghib juga mengungkapkan kehebatan ilmuan muslim yang telah mampu menjelaskan tentang batu tambang dan batu mulia. Para ilmuan telah mampu menerangkan dan menjelaskan sifat ilmiahnya.
Selain mampu menjelaskan proses terbentuknya mereka juga sudah tahu lokasi, tempat batu tersebut berada.
“Athar bin Muhammad Al-Hasib adalah orang pertama yang menulis buku tentang masalah bebatuan dengan bahasa Arab. Kitab ini berjudul Manafi’Al-Ahjar,” ungkap Prof. Raghib.
Prof. Raghib juga memaparkan mengenai penemuan Ibnu Sina dalam kitabnya Asy-Syfa. Ibnu Sina menjelaskan tentang tiga sebab terbentuknya batu. Menurutnya sebab terbentuknya batu adalah berasal dari tanah kering, atau dari uap air serta dari endapan.
Tidak hanya itu Ibnu Sina juga membagi bahan tambang dalam beberapa jenis batu seperti batu belerang, batu yang berwarna putih campur hitam dan batu gunung.
Penulis: Kukuh Subekti