ISLAMTODAY ID— Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, mufti terakhir di Makkah dan Madinah era Kesultanan Turki Utsmani. Ia juga merupakan maha guru dari para ulama Nusantara pada periode abad ke-19.
Banyak ulama-ulama asal Nusantara yang menjadi muridnya. Misalnya, Syaikh Nawawi al-Bantani, KH Muhammad bin Abdullah as-Suhaimi, KH Muhammad Sholeh Darat, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Utsman bin Yahya al-Batawi, Syaikh Abdul Hamid Kudus, Syaikhana Muhammad Khalil Bangkalan.
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan lahir di Makkah pada tahun 1232 Hijriyah atau tahun 1816 Masehi dan wafat di Madinah pada tahun 1304 H atau 1886 Masehi. Ia merupakan ulama bermazhab Syafi’i.
Semasa hidupnya ia dikenal sebagai pakar nahwu. Salah satu karya intelektualnya di bidang bahasa Arab itu ialah Kitab Mukhtasar Jiddan dan Dahlan al-Fiyyah.
Kitab-kitabnya tersebut banyak menjadi rujukan utama para santri di pesantren-pesantren Indonesia. Kitab tersebut dinilai sangat mudah dipahami karena menggunakan bahasa dan susunan redaksi yang mudah dipelajari.
Sanad keilmuan nahwu sejumlah ulama nusantara seperti Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi dan Syaikhona Khalil Bangkalan bahkan disanadkan langsung kepada Syaikh Ahmad Zaini Dahlan.
Kitab-kitab lainnya yang merupakan karya intelektualnya ialah Sharhu Matn-il-Alfiyyah (Penjelasan teks al-Alfiyyah dalam Bahasa Arab), Tarikh-ud-Duwal-il-Islamiyyah bil-Jadawil-il Mardiyyah (Sejarah Negara Islam), Fath-ul-Jawad-il-Mannan ‘alal-‘Aqidat–il-Musammati bi Fayd–ir-Rahman fi Tajwid-il-Qur’an (Ringkasan Aturan Tajwid Bacaan Al-Qur’an), Khulasat-ul-Kalam fi Umara’-il-Balad-il-Haram (Sejarah penguasa Mekah), Al-Futuhat-ul-Islamiyyah (Sejarah dibukanya berbagai negara oleh umat Islam), Tanbih-ul-Ghafilin, Mukhtasaru Minhaj-il-‘Abidin (Ringkasan yang Mengungkap Sopan Santun para Jamaah), Ad-Durar-us-Saniyyah fir-Raddi ‘alal-Wahhabiyyah (Risalah yang Menyangkal Wahhabi), Sharh-ul-Ajurrummiyyah (Penjelasan teks Tata Bahasa Arab), Fitnat-ul-Wahabiyyah (Risalah tentang Kesengsaraan yang Ditimbulkan oleh Wahhabiyyah).
Penulis: Kukuh Subekti