ISLAMTODAY ID— Tahukah kamu ada peristiwa apa di tanggal 2 Ramadan 50 Hijriyah?. Pada hari itu untuk pertama kalinya kota Islam dibangun di benua Afrika.
Kairouan disebut-sebut sebagai satu dari empat kota suci umat Islam di dunia, selain Makkah, Madinah dan Yerussalem.
Kota yang namanya diambil dari bahasa Arab, Kairouan atau al-Qayrawan yang berarti kamp militer itu berdiri pada tahun 670 Masehi. Sebuah kota bersejarah yang kini terletak di negaraTunisia, Afrika Utara.
Kairouan disebut-sebut sebagai gerbang masuknya Islam di tanah Afrika. Sebelum akhirnya Islam menyebar ke Mesir, Al-Jazair, Maroko hingga Spanyol.
Kota yang didirikan oleh salah satu panglima perang terbaik Islam, Uqbah bin Nafi ini berlokasi sangat strategis. Berperang sebagai kota penghubung antara Afrika Utara, Asia dan Eropa, membuat Kairouan tumbuh sebagai kota kosmopolitan di Afrika Utara.
“Posisi sentral Tunisia di Laut Tengah menjadikannya sebagai tempat persinggahan bagi barang-barang dari timur dan barat,” ungkap Glaire Dampsey Anderson dalam The Aghlabids and Their Neighbors: An Introduction.
Ekspansi Islam ke Kairouan pertama kali dipimpin oleh Amr bin Ash pada tahun 639 M. Ikhtiar untuk membawakan risalah Islam itu lantas dilanjutkan oleh keponakannya, Uqbah bin Nafi pada tahun 50 H atau 670 M.
Kota yang kini berjarak 160 kilometer dari selatan Kota Tunis itu pada masanya terkenal dengan permadaninya. Karpet permadani khas Kairouan berbahan dasar wol yang diberi pewarna alami.
Selain permadani, pada masanya Kota Kairouan juga menjadi daerah transit dan penghubung antara Afrika Utara, dengan Afrika sub Sahara, Eropa dan Irak.
Komoditas perdagangannya pun beragam mulai dari permadani, keramik, kaca, logam, emas, tekstil, gading, biji-bijian hingga budak.
Pada masanya Kairouan berkembang sebagai kota termakmur di Afrika. Sebelum kehadiran kota-kota Islam seperti Tunis, Marrakesh, Fez, Tlemecen hingga Kairo.
Kemakmuran kota ini terbukti dengan berbagai fasilitas umum seperti kamar mandi. Selama periode kejayaannya sejak tahun 670-an hingga tahun 970-an.
Kairouan termasuk satu dari empat kota suci umat Islam selain Makkah, Madinah dan Yerussalem. Kairouan bahkan menginspirasi Dinasti Fatimiyah membangun kota serupa di Kairo.
Kota ini mengalami berbagai dinamika perkotaan, salah satunya pada masa Dinasti Abbasiyah. Hal ini ditandai dengan pengangkatan Ibrahim ibnu al-Aghlab oleh Khalifah Harun ar-Rasyid yang berkuasa antara tahun 786 hingga 809 M.
Ibrahim ibnu al-Aghlab merupakan gubernur pertama dari Dinasti Aghlabid di Tunisia. Saat itu wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabid hingga ke wilayah Eropa seperti Italia, Malta, Sardinia hingga Korsika.
Pusat Ilmu dan Peradaban
Pada masa Dinasti Aghlabid, Kairouan tumbuh menjadi kota pusat intelektual. Hal ini ditandai dengan berdirinya Bayt al-Hikmah atau Rumah Kebijaksanaan pada akhir abad ke-9.
Para ilmuwan muslim banyak mempelajari berbagai bidang ilmu seperti kedokteran, astronomi, teknik hingga penerjemahan. Para intelektual muslim yang diantaranya Ziad Ibnu Khalfun, Ishak Ibnu Imran, dan Ishak Ibnu Sulaiman.
Karya-karya mereka banyak diterjemahkan oleh Constantine The African pada abad ke-11. Hasil terjemahannya ke bahasa latin menjadi rujukan utama di Sekolah Kedokteran Salerno, Italia Selatan.
Kitab-kitab karya para ilmuwan muslim dari Kairouan yang diterjemahkan oleh Constantine The African diantaranya berjudul Kitab Al-Maliki karya Ali al-Majusi, Al-Makala fi’l Malikhuliya (Melankolis) dari Ishak Ibnu Imran, Bawl (kencing), al-Humayyat, al-Aghdiya (Diet) karya Ishak al-Israili, dan lain-lain.
Kota Kairouan juga dilengkapi fasilitas kesehatan, rumah sakit bernama ad-Dimnah yang berdiri sejak tahun 830 H. Lokasi rumah sakit bersebelahan dengan Masjid Agung Kairouan atau Masjid Uqbah bin Nafi.
Bangunan-bangunan rumah sakit di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Aghlabid diberi nama ad-Dimnah. Kompleks rumah sakit dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti ruang tunggu, masjid, madrasah hingga pemandian umum.
Masjid Agung Kairouan yang dilengkapi dengan perpustakaan dilengkapi dengan manuskrip-manuskrip kuno. Salah satunya dengan penemuan katalog manuskrip terbitan tahun 693 H atau 1293 M.
Penulis: Kukuh Subekti