ISLAMTODAY ID— Abu Bakar Muhammad bin Zakariya Razi atau lebih dikenal Ar-Razi adalah tokoh penting dalam sejarah kedokteran Daullah Abbasiyah. Bagi bangsa ar-Razi lebih dikenal dengan nama Rhazes.
Semasa hidupnya ia dikenal sebagai sosok ilmuwan yang kritis. Ia tidak serta merta melakukan penerjemahan terhadap kitab-kitab ilmuwan Yunani.
Ar-Razi justru termasuk ilmuwan yang sangat kritis terhadap kitab-kitab Yunani, termasuk dalam bidang kedokteran. Salah satu ilmuwan Yunani yang dikritisi oleh Ar-Razi adalah Galenus.
Sikap kritisnya terhadap Galenus ia tunjukan dalam karyanya kitab al- Syukuk ’ala Jalinus (Keraguan terhadap Galenus). Ia mengkritisi pendapat Galenus tentang teori keseimbangan tubuh yang disebut humour.
Dalam teori tersebut Galenus menyebut bahwa dalam tubuh manusia terdapat empat jenis cairan yang terdiri dari dahak, darah, cairan empedu warna kuning dan hitam. Apabila keadaan tidak seimbang seseorang bisa jatuh sakit.
Ar-Razi melakukan penelitian terhadap kebenaran teori tersebut, salah satunya dengan cara melakukan teknik pengobatan bekam. Ia pun mengobati pasien radang otak dengan bekam, hasilnya bekam terbukti efektif untuk mengobati penyakit tersebut.
“Hasil pengujian itu mendukung pandangan Galenus, bekam adalah pengobatan yang efektif—walaupun hanya sedikit yang menerima teori itu sekarang,” ungkap Ehsan Masood dalam Ilmuwan-ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern.
Di Mata Barat
Ilmuwan muslim kelahiran Rayy, terletak di dekat Teheran modern pada tahun 865 M/ 251 H. ini wafat di kota kelahirannya itu pada 27 Oktober 925M/ 313 H.
Ilmu kedokterannya ia pelajari langsung pada Ali Ibnu Sahl Rabban al Tabbari. Kecerdasannya dalam bidang kedokteran lantas membawanya dipercaya sebagai direktur rumah sakit di Rayy.
Namanya pun terdengar hingga ibukota Daullah Abbasiyah, Baghdad. Ia pun dipercaya oleh Khalifah al-Muqtadir untuk menjadi direktur rumah sakit di Baghdad.
“Ia bekerja cukup lama di Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad,” ungkap M. Atiqul Haque dalam bukunya Seratus Pahlawan Muslim yang Mengubah Dunia.
Atiqul menambahkan pada masanya Ar-Razi adalah seorang dokter yang diakui kehebatannya oleh rakyat dan para penguasa. Mereka menginginkan Ar-Razi untuk menjadi dokter keliling.
“Dia mengunjungi mereka bergiliran, mengobati penyakit dan merawat mereka,” tutur Atiqul.
Khalifah al-Muqtadir bahkan mempercayainya menjadi direktur rumah sakit di dua kota, Baghdad dan Rayy. Pekerjaannya sebagai dokter ia jalani hingga 40 tahun lamanya.
Kiprahnya sebagai dokter keliling ini membuat pasiennya berdatangan dari berbagai kawasan. Orang-orang di Asia Barat hingga Eropa banyak yang berkonsultasi padanya.
“Diantara mereka, banyak orang Yahudi, Kristen, Syiria dan Persia, mengunjunginya dalam jumlah ratusan sekaligus untuk menjadi muridnya,” ujar Atiqul.
Salah satu keahliannya yang banyak diakui oleh para ilmuwan adalah dalam hal operasi medis. Ia diakui memiliki ilmu yang lebih maju daripada dokter-dokter Yunani.
Atiqul megungkapkan jika Ar-Razi adalah seorang ilmuwan muslim yang totalitas dalam berkarya. Karya-karya monumentalnya terebra di berbagao bidang seperti obat-obatan, sains, kimia, fisika, astronomi, filsafat, matematika hingga etika.
“Dalam mencari ilmu pengetahuan, kesabaran, dan keuletan saya tak terbatas karena itu dalam setahun saya bisa menulis 20ribu halaman tulisan orisinil. Saya menghabiskan 15 tahun menulis Al-Hawi, bekerja keras siang dan malam sampai saya kehilangan penglihatan saya ” kata Ar-Razi seperti dikutip oleh Atiqul.
Deretan Karya Ar-Razi
Ar-Razi merupakan dokter yang sangat produktif dalam menulis, karyanya diperkirakan mencapai lebih dari 200 buku. Lebih dari setengahnya berupa kitab-kitab kedokteran serta pengobatan.
“Tulisan-tulisan monumental tentang obat yang sangat monumental seperti al-Hawi, Kitab al-Mansuri dan al-Judari al-Habbah,” ujar Atiqul.
- Kitab al-Mansuri
Kitab al-Mansuri merupakan kitab tentang obat-obatan Yunani. Kitab tersebut untuk pertama kalinya diterbitkan dalam bahasa Latin di Milan, Italia pada akhir abad ke-15.
“Dan kemudian diterbitkan dalam beberapa bahasa Eropa lain, termasuk Jerman dan Prancis,” jelas Atiqul.
- Kitab Al-Judari Al-Hasbah
Kitab Al-Judari Al-Hasbah merupakan kitab karyanya yang paling popular. Kitab yang mengupas tentang masalah cacar dan campak.
Eropa merupakan bangsa yang paling banyak memanfaatkan kitab tentang campak dan cacar tersebut. Di sana itab ini diterbitkan lebih dari 40 kali sepanjang tahun 1498 hingga tahun 1866 M.
“Buku paling awal dan paling otentik tentang cacar dan campak (yang) diterjemahkan dalam bahasa latin dan bahasa-bahasa Eropa lain,” ujar Aqtiqul.
Atiqul juga mengemukakan pendapat Phillip K. Hitti tentang Kitab Al-Judari Al-Hasbah. Kitab tersebut menjadi bukti keorisinilan karya dan pemikiran Ar-Razi.
- Kitab al-Hawi fi al-Tibb
Kitab al-Hawi fi al-Tibb disebut juga dengan The Comprehensive Book on Medicine. Kitab ensiklopedi kedokteran yang dinilai paling lengkap ini terbit dalam 20 jilid.
Kitab ini mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul Continents pada tahun 1279. Saat itu Charles I dari Kerajaan Sisilia mengutus seorang dokter Yahudi bernama Faraj Ibnu Salim.
Sejak tahun 1486, Kitab al-Hawi fi al-Tibb terus diterbitkan. Buku ini menjadi rujukan paling lengkap dalam bidang kedokteran.
“Buku ini dipuji karena berisi semua yang dibutuhkan di bidang kedokteran, terutama kebersihan, pengobatan dan perawatan penyakit dan gejala secara medis dan gizi,” tutur Atiqul.
Kitab tersebut dilengkapi dengan hasil kajian Ar-Razi terhadap kitab-kitab klasik dari berbagai peradaban dunia seperti Arab, Persia, Syiria hingga India.
- Kitab Barr us-Sa’at & Natural Habit
Kitab Barr us Sa’at atau Sembuh dalam Satu Jam merupakan kitab kesehatan yang banyak dibaca dan diterjemahkan ke dalam bahasa Persia dan Prancis. Sementara kitabnya Natural Habit menjadi dasar atas Teori Refleks dari Sherrington.
- Kitab al-Asrar
Kitab al-Asrar atau Buku Kimia merupakan sumbangan intelektualnya di luar dunia kedokteran dan kesehatan. Karyanya di bidang kimia ini bahkan diakui dunia lebih hebat dari Jabir bin Hayyan
“Deskripsinya tentang eksperimen kimia selain, selain peralatan yang dipakainya, ditulis dengan amat jelas tidak seperti tulisan-tulisan lain untuk topik yang sama,”ujar Atiqul.
Penulis: Kukuh Subekti