ISLAMTODAY ID— Gerakan Penjokong Moeslimin Palestina (GPMP) solidaritas umat Islam Indonesia terhadap peristiwa memilukan, hari Nakba atau hari bencana. Tepat pada 14 Mei 1948, Israel mendeklarasikan diri sebagai negara baru tepat di atas tanah Palestina.
Peristiwa ini bahkan berakibat pada terusirnya 750ribu lebih umat Islam Palestina dari tanah kelahirannya. Di tengah perang mempertahankan kemerdekaan umat Islam Indonesia masih sempat membuat gerakan amal untuk Palestina.
Gerakan ini berlangsung serempak di berbagai kota di Indonesia. Mulai dari Jakarta, Tegal hingga Pontianak.
Aksi tersebut dimuat dalam surat kabar harian berbahasa Belanda. Misalnya pada 16 Agustus 1948 Koran Nederlandsche Dagbladper yang terbit di Jakarta menyebut umat Islam Pontianak berhasil mengumpulkan dana 6000 gulden.
Sementara koran De Locomotief edisi 3 Oktober 1948 yang terbit di Semarang memberitakan jika umat Islam di Jakarta mampu mengumpulkan dana hingga 10.000 pound.
Berita aksi solidaritas kaum muslimin Indonesia juga diberitakan oleh Kantor Berita Antara. Antara pada tanggal 2 Juni 1948 memberitakan tentang adanya rapat Gerakan Penolong Muslim Palestina.
Rapat yang bertempat di Gedung Miss Tjitjih, Jakarta tersebut menghasilkan sejumlah keputusan penting. Diantaranya panitia gerakan mengirimkan surat kawat yang ditujukan kepada sebuah organisasi kemanusiaan Hilal Ahrar (Kairo) dan Mufti El-Huseini (Mufti Besar Yerusallem).
Antara dalam beritanya seperti yang dimuat dalam buku berjudul, “Kronik Revolusi Indonesia: 1948” menuliskan tentang maksud dari pengiriman pesan kawat tersebut.
Pesan kawat tersebut berisi tentang pernyataan kesanggupan dari golongan-golongan Indonesia, Arab, Pakistan di Indonesia untuk membantu bangsa Arab di Palestina.
Dalam ulasan di buku kronik tersebut disebutkan pula bahwa pertunjukan amal di ‘Alhambra’ tanggal 28 Mei 1945 mendapat hasil bersih 5000 poundsterling. Dan acara serupa akan terus dilanjutkan kembali.
Antara juga mengungkapkan balasan dari Mufti El-Huseini yang berterima kasih kepada umat Islam di Indonesia. Ia juga memberikan doa agar acara GPMP bisa berjalan dengan baik dan lancar serta memuaskan.
Hal yang perlu menjadi perhatian serius umat Islam hari ini adalah Indonesia kala itu sedang dalam kondisi yang cukup sulit. Fakta sejarah menunjukan bahwa sejak 1945-1949, Indonesia mati-matian berperang melawan Belanda demi statusnya sebagai negara berdaulat.
Kita tidak mungkin lupa dengan peristiwa Resolusi Jihad Ki Hasyim Asy’ari pada tahun 22 Oktober 1945. Lalu keluarnya Komando Jihad Muhammadiyah atau Amanat Jihad Muhammadiyah pada 28 Mei 1946.
Puncaknya kita juga tidak akan lupa dengan banyaknya upaya pendudukan kembali Belanda di berbagai tempat di Indonesia. Dimana upaya pendudukan tersebut kita kenal dengan Agresi Militer Belanda baik itu di Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi.
Gerakan Solidaritas Pra Kemerdekaan
Umat Islam Indonesia rupanya dalam sejarahnya telah memiliki kepedulian yang teramat dalam terhadap umat Islam Palestina. Hal ini dibuktikan dengan salah satu peran media Islam sejak tahun 1936.
Umat Islam Indonesia sebagaimana yang disiarkan oleh Majalah Berita Nahdlatoel Oelama (BNO) sejak tahun 1936 mulai menyerukan solidaritas bagi Palestina. Seruan ini dipicu oleh syahidnya ulama pejuang Palestina, Syaikh Izuddin Al-Qasam pada tahun 1935.
Selanjutnya BNO juga memuat seruan Qunut Nazillah dari Ki Hasyim Asy’ari. Majalah BNO edisi No. 22, tahun ke-7 (20 Redjeb 1357 H/ 15 September 1938 M) memuat tentang teks qunut Nazillah yang ditujukan untuk umat Islam Palestina.
Seruan qunut Nazillah ini bahkan diserukan kembali ketika Israel dengan kejinya mengusir 700.000 umat Islam Palestina serta mengumumkan pendirian negara Israel. Pembacaan qunut dilakukan setahun berturut-turut sejak Mei 1948.
Selain seruan qunut upaya menggalang dana juga dilakukan di tengah-tengah upaya memperoleh kemerdekaan Indonesia. Hal ini ditandai dengan keputusan resmi dari Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dalam forum sidang pada Oktober tahun 1939.
Penulis: Kukuh Subekti